Selasa, 19 Mei 2015

Definisi Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Masalah mendidik adalah masalahnya setiap orang, karena setiap orang sejak dahulu hingga sekarang, tentu berusaha mendidik anak-anaknya dan anak-anak lain yang diserahkan kepadanya untuk dididik. Demikian pula dengan masalah “belajar” dan “mengajar”, yang dapat dikatakan sebagai tindak pelaksanaan usaha pendidikan, adalah masalah setiap orang. Tiap orang boleh dikatakan sebagai belajar, misalnya belajarnya seorang murid kepada gurunya, olahragawan kepada pelatihnya, dan sebagainnya.[1]
Dalam menentukan definisi tentang belajar dapat dilakukan pendekatan dari berbagai segi, tergantung dari sudut teori belajar mana yang dianut oleh seseorang. Karena masalah belajar adalah masalahnya setiap orang, maka tidak mustahil jika banyak pihak yang berusaha mempelajari dan menerangkan perihal hakikat belajar itu. Namun sampai sekarang, hanya para ahli ilmu jiwalah yang paling berhasil dalam memberikan sumbangan dan menjawab banyak persoalan sehubungan dengan belajar. Maka konsep-konsep dan prinsip-prinsip serta informasi lainnya yang telah tersusun dalam lapangan psikologi itu, akan sangat berguna untuk memahami, merangsang dan memberi arah dalam aktivitas belajar.[2]

Senin, 18 Mei 2015

PERKEMBANGAN SOSIO EMOSIONAL ANAK

BAB I
PENDUHULUAN

1.1    Latar belakang
Perhatian dan pengamatan terhadap anak-anak oleh para filsuf sebenarnya sudah ada sejak abad ke-5 Sebelum Masehi. Hal ini dapat dibuktikan apabila secara teliti mempelajari pendapat-pendapat antara lain : Plato (427-347SM). Orang yang pertama kali menyusun pendidikan secara teratur, Aristoteles (384-322 SM). Orang yang menghendaki pendidikan agar kehidupan nasional sehingga ia menitikberatkan perkembangan pada individu. Socrates (469-322 SM) ia adalah sebagai peletak pada abad-abad itu di Yunani dan Romawi. Walaupun mereka masih  menganggap antara anak-anak dan orang dewasa sama dan tidak ada perbedaan diantara keduanya.
Akan tetapi setidak-tidaknya perhatian dan anggapan anak-anak itu, menunjukkan bukti adanya pemikiran tentang perkembangan anak pada zaman itu. Pemikiran dan pendapat para filsuf terhadap anak pada waktu itu masih menyatu dengan filsafat (induk segala ilmu), dan belum merupakan suatu ilmu yang berdiri sendiri.

AKU - Karya Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
   
Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

Asal Usul Orang Jawa (Agama Ageming Aji)

Orang Jawa telah mengenal agama sejak zaman prahistori. Serat Ramayana yang berasal dari abad ke-9 menunjukkan bahwa orang Jawa Kuno telah memeluk agama hindu dan Budha. Kedua agama tersebut sangat mewarnai dan menjadi jiwa bagi orang Jawa hampir menyeluruh hingga abad ke-15.

Pada akhir abad ke-15, terjadi gelombang mengislaman secara besar-besaran di Jawa, yakni sejak sejak Prabu Brawijaya V, raja yang diakui sebagai raja terakhir Majapahit, masuk agama Islam atas bimbingan Sunan Kalijaga. Prinsip agama ageing aji membuat rakyat Jawa mengikuti apa keyakinan dan agama rajanya. Apalagi kemudian disusul berdirinya kerajaan Demak sebagai kerajaaan yang menjadikan kitab suci al Quran sebagai undang-undang kerajaan. Kepemimpinan Demak di Jawa selama ± 65 Tahun, telah membuat sebagian besar orang Jawa beragama tauhid.

Tips masuk dunia jurnalistik

Banyak pertanyaan seputar bagaimana memasuki dunia jurnalistik ketika sebuah lowongan dipasang. Bagaimana caranya ? Mengapa saya gagal ? Saya baru lulus bisakah masuk ke dunia jurnalistik. Lalu mau melamar bagaimana caranya ?
Pertanyaan serupa pernah muncul dalam benak saya sebelum memasuki dunia jurnalistik.
Salah satu tip untuk memasuki dunia jurnalistik adalah kesiapan dari dalam diri kita ? Apakah kita benar senang melihat bagaimana kesibukan para wartawan, presenter televisi atau radio dan berbagai tokoh jurnalistik berbicara soal media ? Jika ya, maka teruskan pada tahap berikutnya.
Mengapa minat menggebu ini penting ? Karena dengan modal inilah semua kesulitan bisa diselesaikan. Minat yang tinggi dinggal digabung dengan skills, misalnya membuat cv dan wawancara.
Jika minat sudah ada, maka mulailah bertindak menuju dunia jurnalistik dengan banyak menulis, banyak membuat analisa dan membuat opini di media massa di kota Anda. Identifikasi minat Anda. Bila bermimat di dunia sastra, mulailah dengan menulis puisi, prosa atau cerpen. Mulailah sekarang juga apalagi bagi yang akan lulus. Tulisan Anda di sebuah media daerah atau bahkan media nasional akan memperkuat bobot Anda dibandingkan dengan rekan lainnya ketika sama-sama mengajukan lamaran ke sebuah perusahaan.

Penulisan Opini

Bila berita sebagai hasil konstruksi dari peristiwa (fakta) dan dituntut obyektif dalam penyajiannya, maka tidak demikian halnya dengan opini. Opini bukan merupakan kontruksi peristiwa, tetapi lebih pada penilaian terhadap peristiwa (fakta), jadi terdapat unsur-unsur subyektifitas penulis dalam penyajiannya. Pun penulisannya tidak didasarkan pada 5W + 1H sebagaimana berita.
Langkah awal yang harus dilakukan sebelum mengumpulkan bahan dan menulis opini adalah menentukan tema (problema yang akan diurai). Tema merupakan bentangan benang-merah dalam benak penulis yang menggambarkan tujuan tulisan. Merupakan gagasan pokok. Tanpa tema tulisan opini tidak akan utuh dan tidak menentu arahnya. Ada berbagai macam bentuk penulisan opini dalam jurnalistik yakni, artikel; kolom; essai; resensi. Beberapa bentuk tulisan tersebut lazimnya merupakan ruang bagi pembaca media. 

PENGGALIAN DATA

Data : keterangan yang benar dan nyata, keterangan yang dapat dijadikan dasar kajian.
Fakta : hal (keadaaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar terjadi.
Cara menggali data bisa dengan observasi (pengamatan) atau interview. Observasi adalah  cara pengambilan data dengan menggunakan mata langsung. Sedangkan interview adalah proses memperoleh berita keterangan dengan cara Tanya jawab antara penanya dengan penjawab ( responden) dengan menggunakan alat pandu wawancara (interview guide).

Bagaimana Menulis di Surat Kabar

NewspaperTulisan itu memfokuskan kepada cara menulis artikel di ruang opini. Sudah banyak diketahui bahwa menulis di ruang opini merupakan peluang terluas bagi para pembaca untuk mengemukakan gagasan dan opininya.

Tidak hanya Anda dapat mengutarakan pandangan mengenai sebuah peristiwa tetapi juga Anda bisa mendapatkan penghargaan berupa imbalan bagi tulisan. Biasanya setiap surat kabar sudah menganggarkan dana khusus bagi para penulis. Ruang artikel tidak hanya merupakan rubrik tetap tetapi juga menghangatkan dan meramaikan tampilan surat kabar. Lebih dari itu, dengan adanya artikel ini - apalagi dari kalangan spesialis - maka pengetahuan pembaca ini juga akan bertambah cepat. Sebuah persoalan duduk perkaranya bisa dipahami dalam sebuah artikel.

Teknik Menulis bagi Pemula

Proses menulis yang sering saya sarankan bagi kalangan penulis pemula adalah FreeWriting dan Re-Writing.Dengan teknik Free Writing berarti kita menulis secara  bebas, tanpa mempedulikan bagus tidaknya tulisan yang sedang digarap. Pokoknya terus saja menulis sampai capek, sampai tidak ada lagi yang mau ditulis. Sekalipun nggak urut biarkan saja. Tidak bagus cuekin saja. Bahkan karena bingung, akhirnya kita hanya menulis: “… apa ya? Aku tak tahu mau nulis apa? Ah gimana nih? Dst”. Yang ada dalam pikiran kita cuma: what next, next, next!

Perhatikan saja kalau kita lagi emosi (khususnya marah atau gembira), atau dalam pengaruh tekanan (seperti lagi ujian essay).  Naturalnya sebagian besar kita akan menulis dengan cara free writing, ya ‘kan?

Teknik Penulisan Berita

Sebuah berita ditulis tidak hanya karena merupakan peristiwa besar. Lebih dari itu berita disampaikan terutama melalui tulisan merupakan bagian dari kerja jurnalistik menyampaikan informasi penting bagi masyarakat. Dengan informasi ini dalam bentuk paket berita masyarakat bisa memahami apa yang terjadi di sekitarnya dan bertindak berdasarkan informasi dari media massa itu.

Oleh sebab itulah, ada beberapa pilar penting dalam penulisan berita.

Tips Menulis di Media Massa

Anda sudah menulis artikel untuk kolom opini di surat kabar namun seringkali di tolak? Atau Anda baru akan memulai untuk mengirimkan artikel ke surat kabar atau majalah ? Tulisan berikut barangkali akan menjembatani beberapa kesulitan sehingga artikel Anda atau analisis Anda bisa sering dimuat.Beberapa ciri dari harian dan majalah penting untuk diingat sehingga saat memulai menulis sudah terbayangkan siapa pembacanya dan bagaimana skope medianya.

Tips di bawah ini tentu tidaklah lengkap dan bukanlah aksioma yang harus diikuti. Namun tips ini sekedar rambu-rambu yang bisa memberikan sedikit panduan mengenai menulis di media massa.

PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF DAN DINAMIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebelum menjelaskan tentang pengelolaan kelas yang efektif dan dinamis, perlu kiranya kita mengetahui apa itu efektif dan dinamis. Kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya);  manjur atau mujarab (tt obat); dapat membawa hasil; berhasil guna (tt usaha, tindakan);  mulai berlaku (tt undang-undang, peraturan). Sedangkan definisi dari kata efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Sedangkan kata dinamis adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamis juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan oleh penulis profesional dan oleh para pengajar adalah juga pengelolaan kelas. Mengapa demikian? Jawabnya sederhana. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar.

METODE LANGSUNG (THARIQAH MUBASYAROH) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Metode adalah cara, yang didalam merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan.untuk menetapkan lebih dahulu apakah sebuah metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus.[1]
Untuk memulai memberikan perhatian pada pendekatan pembelajaran itu adalah dengan berusaha menjelaskan istilah-istilah yang seringkali berkembang karena kemiripan dan dekatnya hubungan diantara masing-masing istilahberikut ini, yaitu.pendekatan, metode  dan teknik pembelajaran. Metode pembelajaran bahasa Arab telah mendapat mendapat perhatian dari para pakar pembelajaran bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan penelitian untuk mengetahui efektitas dan kesuksesan berbagai metode pembelajaran.[2]
Setelah kita membahas tentang hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode maka pembahasan kita kali ini adalah tentang metode-metode yang telah berkembang dalam pembelajaran bahasa Arab. Salah satunya adalah metode langsung/ thariqoh mubasyaroh yang merupakan metode kedua dari metode pembelajaran bahasa Arab setelah metode nahwu wa tarjamah (grammar and translation method). Dengan adanya pembelajaran metode mubasyaroh ini kita bisa sedikit banyak memperoleh manfaat dan dapat menerapkannya pada pembelajaran bahasa Arab.

Sabtu, 16 Mei 2015

GURU

Semoga, cerita ini bukan merupakan bentuk gede rumongso, karena aku tulis dengan kehatia-hatian dan perenungan. Setiap kata, kalimat, hingga paragraph aku susun dengan ketelitian rasa, kekurangan diri, agar aku tak terjebak kepada kesombongan, tidak terkungkung pada konservatisme diri.
Semoga, setiap untaian renungan—yang selama ini aku alami dari berbagai kejadian—bukan merupakan kekolotan hati, tidak juga merupakan sifat picis, apalagi mengklaim bahwa prinsip yang aku pegang adalah yang paling benar dan sejati.

Astagfirullaha Rabbal Baraya…
Astagfirullaha minal khataya..

Begini kawan…

Adakah diantara kalian yang pernah merasakan keterasingan. Keteraasingan ini luas maknanya. Engkau bisa merasakan keterasingan diri, bahkan didalam keramaian pun seolah-olah terasa sepi. Tidak ada apa-apa kawan, masih ada satu keterasingan yang mungkin engkau akan menderita jika mengalaminya.

Jumat, 15 Mei 2015

#Renung Senja 29



Ya Allah...
Mendayu-dayu menikmati setiap lantunan ayat-yang dibaca dilisan anak-anak itu.
Kaki ini hanya sepenuhnya bersila, yaa..sesungguhnya hanya bersila, jika ada getaran biasanya kaki ini kuposisikan dengan duduk diantara dua sujud.
Mata ini benar-benar tak bisa kubuka, hanya terpejam. Bukan menyimak apa yang sedang kalian baca. Ada getaran lain yang menyeret-dimana diri ini serasa hilang.
Ah.. Bagaimana menggambarkannya.
Seperti ini mungkin.
.
Ibarat telaga. Yang permukaannya tenang, airnya jernih. Di sekitar telaga itu, hidup bermacam-macam hewan yang hidup rukun berdampingan.

Selasa, 05 Mei 2015

#Renung Senja 28

Jadi, sekian langkah kakiku berjalan, berkilo-kilo diri ini kubuang dalam pengasingan, bahkan silaturahmi sesama kawan-kawan lama sudah ‘tidak’ pernah aku sambung—sebagaimana biasanya. Bukan pelarian apalagi mencari ruang aman agar tak lagi bergelut di dunia ‘rimba’ yang dulu aku sangat menikmati dan mengejar-ngejarnya. Pragmatisme.

Hidup yang amat sangat luas dan berlipat-lipatnya, ada sahabat, ada musuh, gembira, lapar, sepi, huru-hara, gegap gempita politik, tukang bakso, aktivis, dan apapun saja hanya satu dari ribuan langkah dimana kau tetap merasa gelap dengan ketidaktahuan akan masa depan. Spekulasi. 

Sabtu, 02 Mei 2015

Asal-usul Manusia Menurut Hindu Kaharingan


Seperti halnya agama-agama Samawi yang meyakini bahwa manusia berasal dari satu nenek moyang yang sama yaitu Nabi Adam dan Hawa, maka menurut kepercayaan agama Hindu Kaharingan mengenai asal-usul manusia memiliki cerita yang berbeda. Menurut kepercayaan agama ini bahwa manusia berasal dari keturunan raja Bunu yang sedang menuju jalan pulangnya kepada Tuhan penguasa semesta atau Ranying Hatala Langit.

Raja Bunu sendiri adalah salah satu anak dari pasangan Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameloh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun yang diyakini oleh pemeluk agama Hindu Kaharingan sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Ranying Hatala Langit yang sengaja diciptakan untuk menghuni bumi dengan ciri-cirinya sebagai berikut :

Dunia Mahluk Halus


Pada kenyataannya banyak orang yang tertarik menelaah pada dunia mahkluk halus, barang kali mereka mendengar beberapa cerita atau membaca tulisan atau dari buku-buku.

Bagi orang yang telah mencapai ilmu sejati dalam kejawen atau mungkin yang sudah menguasai metafisika, dunia mahkluk halus itu biasa adanya, bukannya omong kosong. Dibawah ini digambarkan informasi dari dunia-dunia mereka versi kejawen,dimana ( lebih dari satu dunia ) paling tidak yang terjadi ditanah Jawa.

Banyak ahli kejawen mempunyai pendapat yang sama bahwasanya di dalam dunia yang satu dan sama ini, sebenarnya dihuni oleh tujuh macam alam kehidupan, termasuk alam yang dihuni oleh manusia.

Di dunia ini memiliki tujuh saluran kehidupan yang ditempati oleh bermacam-macam mahkluk. Mahkluk-mahkluk dari tujuh alam tersebut, pada prinsipnya mereka mengurusi alamnya masing-masing, aktivitas mereka tidak bercampur setiap alam mempunyai urusannya masing-masing. Dari tujuh alam itu hanyalah alamnya manusia yang mempunyai matahari dan penduduknya yang terdiri dari manusia, binatang dan lain-lain mempunyai badan jasmani.

Minggu, 19 April 2015

#Renung Senja 27

Ngene lho rek...

Lek prasaku, hidup itu tidak hanya hitam dan putih. Diantara keduanya, ada warna tersembunyi entah apa. Ada sela, ada bagian, yang diam-diam harus kau selidiki. Syukur bisa ketemu, dan jika tak kunjung ketemu ya tidak apa-apa. Rahasia itu sebuah kenikmatan.

Oke-Oke aku ngerti..
Awakmu lak bosen se, bingung, kowah-kowoh kate lapo, suwung. Sedang dilanda puncak kebosanan. Aku pernah ngomong, " Kowe lek nang kene ora ceto. Ngaji gak ceto, jama'ah males, istiqomah uabot, metuo. Kamu bergelut sana dengan duniamu, organisasimu, dadi uwong temenanan, berjuang tenanan, kamu dapat pencapaian prestasi dan perjuanganmu sendiri.

Sejarah nama Indonesia

Oleh: Agus Sunyoto   

Kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut kawasan kepulauan  di laut selatan  ini sebagai Nan-hai (“Kepulauan Laut Selatan”) dan penduduknya disebut Kun-lun.  Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini dengan berbagai sebutan seperti Nagnaloka (tempat orang telanjang),  Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah  Ramayana karya pujangga Walmiki  menceritakan pencarian terhadap Sita, istri Rama yang diculik Rahwana sampai ke Suwarnadwipa (“Pulau Emas”, diperkirakan Pulau Sumatera sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.        
    
Catatan kuno India menyebut wilayah lautan di sebelah timur dan selatan sebagai kekuasaan Baruna yang tinggal di istana Barunai yang terletak  di Barunadwipa (Pulaunya Baruna, nama purba Kalimantan). Penduduk Lautan di wilayah Baruna disebut Kalakeya (monster lautan) karena kesukaan naik ke daratan India dan melakukan penjarahan dan perusakan yang mengerikan.     
     
Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu sebagai Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab, luban jawi (“kemenyan Jawa”), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “orang Jawi” oleh orang Arab, termasuk untuk orang Indonesia dari luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatera), Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah (Sunda), Mul-Jawa, yang disebut kullu Jawi (“semuanya Jawa”).        
   
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang adalah Portugis yang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”, sementara kepulauan ini memperoleh nama Hindia Timur (Indes orientales, Oost Indie, East Indies), Kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau. Nama lain yang kelak juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l’Archipel Malais).              

Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda) yang menggantikan kekuasaan VOC (Verenigde Oost-Indie Compagnie) pada tahun 1800 setelah VOC bubar tahun 1799. Pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.   
           
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (dalam bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20. Nama Indonesia               

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.             

Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis “… the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians“.                

George Samuel Windsor  Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.        
       
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.     
         
 Untuk pertama kalinya kata Indonesia  muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: “Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago“.               

Ketika mengusulkan nama “Indonesia” agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.                 

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel (“Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu”) sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah “Indonesia” itu dari tulisan-tulisan Logan.             

 Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.             

Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (“Hindia”) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesiër (orang Indonesia).                

Pada dasawarsa 1920-an, nama “Indonesia” yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama “Indonesia” akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.                     

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.              

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,”Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut “Hindia-Belanda”. Juga tidak “Hindia” saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.”                

Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama “Indonesia”. Akhirnya nama “Indonesia” dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.                

 Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesië diresmikan sebagai pengganti nama “Nederlandsch-Indie”. Permohonan ini tentu ditolak.               


Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama “Hindia-Belanda”. Pada tanggal 17 Agustus 1945, menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah [Republik Indonesia]. - See more at: http://www.pesantrenglobal.com/sejarah-nama-indonesia/#sthash.eIRoKteM.dpuf

#Renung Senja 26

Rendah hatilah, dan engkau jangan ernah merasa menang dalam kehidupan. Dan engkau jangan merasa minder hanya karena disebut kalah oleh kehidupan. Menang dan kalah tidak begtu hakikatnya. 

#Renung Senja 25

Jadi, ada orang yang diingatkandengan kata-kata ia bangun, ia bangkit. Kadar kesanggupannya untuk merasa peka dan ngroso berada pada alam pendengaran dimana ia sanggup bergerak hanya dengan kata dan kalimat.

Ada orang yang ia harus diingatkan dengan uswatunhasanah. Cukup kita member contoh kongkrit, bergerak mengerjakan sesuatu, kerjakeras, maka lahirlah pepatah banyak bekerja sedikit bicara. Model manusia seperti ini akan banyak memberikan produktivitas positif disbanding dengan hanya koar-koar, berteriak, ceramah, tapi tak satupun yang ia ceramahkan pernah dilakukan.  

Ada orang yang memang harus diajak. Karena ia butuh kepemimpinan dan keorganisasian. Ia bergerak dan bekerja atas dasar pembagian tugas, jadwal yang teratur, management yang tertata, konsep serta struktur dimana perjanjian kolektif antar manusia bisa terjalin.

Adam as diturunkan di Jawa

Allah menurunkan Adam di bumi tepanya di India, di daerah yang bernama Sarendib. Daerah ini digambarkan sebagai daerah yang subur tanahnya, banyak terdapat gunung berapi, dan terdiri dari dua musim. Di sarendib ini pengolahan emas menjadi komoditas perekonomian, karena begitu Adam diturunkan Allah memerintahkannya untuk mengolah emas, perang, tambang sebagai mahar perkawinan keturunannya.

Tapi, muncul pertanyaan. Dimanakah Sarendib ini. Di india tidak ada satupun daerah yang bernama Sarendib. Diduga, Sarendib adalah kota kuno ketika India dan daratan Indonesia masih menjadi satu.

Menurut prof Arisiyo Santos sepanjang daratan India dan Indonesia dulunya bersatu sebelum bencana menghancurkannya. Professor ahli nuklir ini berpendapat bahwa sepanjang daratan ini merupakan tempat peradaban besar dan hebat dulunya, dimana para peneliti menyebutnya Peradaban Atlantis. Peradaban penuh fantasi, yang manusianya digambarkan oleh Plato merupakan manusia yang mempunyai tekhnologi tinggi, maju dan modern.