Mas Hamzah, salah seorang staff HTQ yang beliau tempatkan sebagai
administrator dan bendahara pesantren menambah spekulasiku akan tak fahamnya
beliau tentang administrasi. Tidak hanya secara teknis, namun juga secara pengetahuan,
keilmuan, dan segala bidang tentang ke-administrasian maupun keorganisasia. Ini
hanya spekulasiku saja, tak akan menambah dosa karena smoga saja ini semua
salah.
Pengetahuan umum maupun prinsip didalam organisasi merupakan satu
pengetahuan utuh yang baku, procedural, yang tidak boleh dikemukakan hanya
sebagai wacana ‘sampingan’ apalagi sebagai pelengkap penderita dalam satu
management baku disebuah instisusi, lembaga, atau apapun saja. Secara teknis,
ada petanggungjawaban kolektif dalam mengatur, meng-evaluasi, mengontrol. Tidak
hanya dalam urusan progam kerja, namun juga kepada tanggung jawab, job-disc
masing-masing pengurus.
Tapi sekali lagi, semoga saja spekulasiku ini salah.
Aku jatuh cinta pesantren sederhana ini. Dengan orang-orangnya,
watak keakraban diantara mereka, semuanya. Semacam ada gugatan, teriakan dalam
hati bahwa teman-teman disini memang diam-diam sangat bersaudara, sangat
menjalin cintanya yang tulus, ikhlas, dengan sesamanya.
Aku jatuh cinta pesantren sederhana ini. dengan segala
aturan-aturan ‘mencla-menclenya’. Dengan ambiguitas kebijakan pengasuhnya,
bahwa ternyata kami dididik untuk mengatur sandal dengan rapi, markir motor
jagrak tengah, mendengarkan music dengan headseat, mematikan kran air dengan
benar, dilarang merokok (isu yang
terjadi) tanpa memperdulikan hal yang subtansi bagaimana agar semua rajin
setoran, rajin jama’ah, aktif nderes, rajin puasa, hormat dan jujur diantara
teman, dan lain sebagainya.
Aku cinta pesantren sederhana ini. dengan pendidikan
ke-materiaanya, bahwa kami harus mengedepankan keindahan fisik tanpa
mengindahkan kebenaran nilai, kebenaran sejati, kejujuran hakiki. Apakah jika
semua sudah beres mematikan kran air dengan benar, menata sandal, tidak boleh
merokok sudah pasti semua rajin nderes, mudarrosah, hafalan semakin tambah. Sesungguhnya
tidak ada kepemimpinan yang haq di pesantren sederhana ini. yang ada hanyalah
kepemimpinan untuk selalu rasan-rasan, ngomong yang tidak-tidak, diantara
teman-teman. Ya Allah. Kok ngene seeeh. Tapi itu semua tidak mengurangi cintaku
pada pesantren ini.
Pesantren sederhana ini masih mencari kunci, menata batu bata yang
belum terpasang, menambal semen yang tercacar, memahat daun-daun pintu yang
masih berupa kayu, pepohonan.
Tidak ada kuasa apa-apa. Innama amruhu idza arada syaian an yaqula
lahu kun fayakun. Keihklasan teman-teman ketika membaca wirid, ketulusan hati
mereka ketika nderes, kemauan fikiran untuk selalu berbenah, menghitung,
mengkalkulasi segala tindakan, semoga menjadi daftar panjang pahala dari Tuhan.
Berharap semoga Tuhan pendarkan ke ubun-ubun mereka pengetahuan yang makrifati,
hati yang bersih.
Malang, 24 Agustus 2013