Selasa, 02 April 2013

Tuhan bersemayam dalam hati mbak-mbak Polwan


Terserah apapun caranya, memakai nilai filosofi ke-malaikatan bahkan konspirasi licik ke-Iblisan pun tidak menjadi masalah. Paling tidak untuk menemukan hakikat ruh, nilai spiritual untuk menuju puncak ilahiyah—“bertemu”  dengan Tuhan. 

Ana inda dzonni abdi bi. Aku menuruti apa yang diprasangkakan hambaKu. Allah begitu detail membaca sifat ketidakfahaman kita terhadap  kehadiranNya di segala segmen hidup kita. Allah menghadirkan diriNya, sifatNya, dalam bentuk ayat-ayat tertampang jelas di segala aktifitas anda. Anda melihat bebatuan dan gunung-gunung yang terhampar, anda merasakan angin yang berhembus, dan apapun saja sesungguhnya ruh Allah sedang bersemayam disana. Jika anda belum bisa merasakan kehadiran Allah dalam ayat-ayat qauliyahNya, paling tidak anda benar-benar-benar ngroso, ngogoh sukma untuk menemukan Allah didalam ayat-ayat kauniyahNya. 

Ana Ana inda dzonni abdi bi. Aku menuruti apa yang diprasangkakan hambaKu. Sejauh potret perjalanan manusia, anda juga termasuk saya belum pernah ngajak rembukan Tuhan untuk selalu ikut andil menentukan langkah, bertanya pun kita ogah. Tuhan merasa dinomor duakan, cemburulah Dia. Barangkali, anda begitu mudah memetakan jalan, target-terget beberapa tahun kedepan untuk menjadi apa, berkarier dimana, beristri dan beranak berapa, mau istri yang kayak atau model gimana de el el. Sangat mudah menulis scedhule tatanan hidup, berani menentukan lelakuning urip tanpa bertanya pada Tuhan sesunguhnya Tuhan mau menjadikan anda menjadi apa dan harus bagaimana. 

Ana Ana inda dzonni abdi bi. Aku menuruti apa yang diprasangkakan hambaKu. Anda tidak bisa menghendaki, memacu diri untuk benar-benar bisa ajer-ajer dengan Tuhan. Lha kowe iku sopo, nabi yo ora. Sejauh yang anda mampu adalah hanya bisa khusnudzon, berbaik sangka, menata hati bahwa Tuhan benar-benar hadir, bersemayam dalam anatomi tubuh anda, dalam sirrul haq yang tersimpan jauh didasar hakikat diri anda sebagai manusia. 

Ana Ana inda dzonni abdi bi. Aku menuruti apa yang diprasangkakan hambaKu. Perempuan itu makhluk “nggak jelas”. Ketidakjelasan dia sebagai makhluk menimbulkan berbagai macam interpretasi yang bermacam-macam. Tidak sesederhana menilai perempuan sejauh yang anda nilai hanya erotisitas, biologisitas, seksualitasnya saja. Lebih dari itu. Perempuan menyimpan kekuaatan supranatural yang tidak bisa dijangkau, dia punya kans untuk mempertemukan anda dengan Tuhan. Paling tidak, dengan simulasi “nakal” kita sebagai hamba yang benar-benar ingin menyatu dengan dzatNya.

Tuhan bersemayam dalam kecantikan perempuan. Tuhan menyapa anda dalam kelembutan hati perempuan. Tuhan nyawiji disetiap gerak eksotisnya (red,-perempuan), dikedipan kedua matanya, dalam kehalusan kulit dan cara bicaranya, Tuhan menyimpan rahasia dalam kemanjaan diri seorang perempuan, Tuhan merasa tersakiti jika anda menyakiti perempuan begitu juga Tuhan akan tersenyum jika anda memanjakan perempuan. 

Khusus untuk point ‘Tuhan bersemayam dalam kecantikan perempuan’, aku benar-benar tak bisa berbuat apa-apa. Puncak nilai dari kecantikan adalah keindahan. Jika anda merasa grrrrrrrrr dengan melihat wanita, perempuan cantik, maka puncak perasaaan apa yang anda alami ketika anda merasakan kehadiran Tuhan sebagaimana anda melihat kecantikan perempuan. 

Aku merasa Tuhan hadir di kecantikan Neng Rumanah binti H. Muhyidin (Sinetron,-tukang bubur naik haji)— menyapa dalam kecantikan mbak-mabk Polwan, menggoda  dalam kecantikan mbak-mbak Pramugari dan mengenalkan diriNya pada kecantikan perempuan yang aku memanggilnya May.