Kamis, 24 Mei 2012

Website resmi untuk Omik Fakultas Hudaya


Setiap lembaga, organisasi membutuhkan ruang khusus agar ia bias dikenal oleh masyarakat luas. Artinya, pengenalan diri kepada public sudah menjadi satu alat yang harus diterapkan agar setiap lembaga termsuk organisasi agar ia mempunyai bergend dimasyarakat, mahasiswa, dan segala segmentasi yang melingkupinya.
Salah satu segment yang mulai rame, gencar dengan aktivitas hari-hari ini tentunya adalah lembaga eksekutif mahasiswa baik Hmj maupun Dema. Dengan segala bentuk progam kerja, lembaga ini seyogyanya ingin merangkul seluruh jajaran mahasiswa agar mau berpartisipasi aktif dalam mengakomodir, memperjuangkan hak-hak mahasiswa, menyerap aspirasi public dalam menegakkan republic mahasiswa yang sehat, dan progresif. Lembaga ini terbukti menjadi motor organisasi yang kuat untuk memfilter kebijakan-kebijakan rektorat yang dianggap kurang pro dengan mahasiswa. Namun sayang, lembaga eksekutif belum sepenuhnya mendapat “apresiasi” secara komperehensif dari jajaran dosen, dekanat, hingga rektorat.

Sabtu, 19 Mei 2012

Gunting, Rambut Gondrong dan Bapak Berbrewok


            Suatu kali, aku mengantarkan seorang kawan ke sebuah kantor instansi di perguruan tinggi ternama di Malang. Maksud dan tujuan kawanku ke kantor institusi tersebut adalah meminta hak serta ngurusi administrasi yang berkaitan dengan proses beasiswanya di salah satu perguruan tinggi. Ini adalah kali kedua dia datang ke kantor instansi tersebut setelah kali yang pertama dia ditolak dan diusir dari tempat itu. Tentunya, ketika kawanku ini memberanikan diri untuk datang lagi dia sudah menyiapkan mental, kejernihan akal, dan sedikit srategi  agar tidak mengalami kali kedua seperti yang pertama dia alami pada waktu sebelumnya.
             Ketika kami sampai di kantor aku katakan kepadanya “Bleh, opo kowe siap?engko awakmu diusir maneh. “Ah..santae, sing penting aku maju dulu” ujarnya acuh. Sepertinya sudah mantap dia. Apapun hasilnya, diterima, ditolak, diusir kali ketiga, bahkan diblack list nama agaknya dia sudah tak peduli. Kebutuhan yang bersifat pragmatis sudah tak bisa ditunda lagi, harus segera direalisasikan. Idealis tak dibutuhkan saat ini.

Kamis, 17 Mei 2012

Terpasung


            Entah, ketika menapak langkah pada satu langkah kaki yang bernama kuliah tergambarkan pada ruang sadarku  tentang banyak corak, pola absurd, sketsa yang sampai sekarang belum kutemukan satu bentuk nyata sebenarnya terbentuk gambar apa dari sekian pola abstrak itu.
            Segala macam bentuk yang kuanggap abstrak itu berupa segala system yang dipatrap di kampus. Seperti mahasiswa harus berambut rapi, klimis, membuat makalah, masuk perkuliahan yang diabsen, haram berambut gondrong dan celana bolong dan lain-lain. Inilah abstrak-ku itu. Dengan alasan rasional memang dapat aku akui, bahwa kelembagaan itu mempunyai “otonomi” internal yang harus di manuti oleh segenap akademikanya. Jadi, siapapun anda ketika mlebu “kandang singa” mau tak mau anda minimal harus pakewuh dengan segala hal-hal yang berada disana terutama dengan system yang diterapkan.

Senin, 14 Mei 2012

Di Lorong Ibnu Aqil (3)


Membaca Indonesia lewat Lukisan
(Judul berita di Radar Malang  17 Mei 2012)




         Bursa dan Pameran Lukisan Kontemporer dalam rentetan acara Harlah PMII ke-52 yang diselenggarakan oleh Rayon Ibnu Aqil berlangsung pada hari Senin  (14/05/2012) menarik banyak kalangan untuk berdatangan untuk sekedar melihat maupun menawar harga lukisan yang ada. Dari mahasiswa banyak yang tertarik dengan model lukisan sketsa dan karikatur. Mahasiswa bisa langsung dilukis di tempat maupun menitipkan foto untuk dilukis sesuai dengan keinginan pemesan.
         Bursa dan pameran ini bekerja sama dengan Ojik galeri, Penjal (pelukis jalanan), ngakak (ngalam karikatr) dan PMII rayon perjuangan ibnu aqil. Empat puluh dua lukisan dipamerkan. Mulai dari sketsa, karikatur, maupun lukisan human interest dari tokoh bangsa. Emha ainun nadjib, Abdurahman Wahid (Gus Dur), Lukman Efendi, dan lain-lain.

Minggu, 13 Mei 2012

Sri Sultan Hamengku Buwono X ; Pemimpin itu harus ber- Tri Sakti Brata


   Malang pada (11/05/2012) benar-benar seperti mendapat durian runtuh. Seakan tidak percaya dengan apa yang benar-benar terjadi pada malam itu. Disaksikan ratusan mungkin ribuan orang menyambut kedatangan Sri Sultan Hamengku Buwono X di jalan ijen tepatnya di perpus kota Malang. Kedatangan Sri Sultan ini membawa aroma baru terhadap era kepemimpinan era modern yang mengangungkan republic sebagai system dari pada kerajaan sebagai manuver baru untuk memperbaiki kondisi bangsa. Kepemimpinan Sri Sultan yang berpusat di Ngayogyokarto adalah model monarki, sistem kerajaan utuh yang tidak dapat diintervensi oleh apapun, bahkan oleh Negara sekalipun. Kerajaan ini mempunyai otonomi independen untuk mengatur, membangun, dan mensejahterakan masyarakatnya sendiri. Presiden hanya bisa pakewuh, sungkem, dan andhap ashor jika sudah masuk wilayah Ngayogyokarto ini.

Sabtu, 12 Mei 2012

Cak Kum-Pimred Radar Malang- (sebuah spionase)


Kurniawan Muhammad, seorang pimred Koran lokal radar Malang ternyata adalah alumni Universitas Brawijaya fakultas perikanan. Aktif di sejumlah kegiatan pers mahasiswa dengan mengasuh majalah ketawang gede. Ada yang menarik untuk sedikit di pahami bahwa konsentrasi seseorang dalam menekuni sebuah bidang, perjalanan karier, dan pendidikan  belum tentu menjadi akhir finis yang linier terhadap diskursus ilmu yang ditekuninya. Cak Kum, panggilan akrab Kurniawan Muhammad adalah alumnus fakultas perikanan  tapi menjadi wartawan jawa pos dan pimred radar Malang. Ini kan tidak nyambung-Jaka tingkir numpak becak;gak nyambung cak-.
Seperti yang dia ceritakan tentang pengalaman hidupnya di perpus lt.2 dalam acara “Short Course Of Journalism And Creative Writing” (11/05/2012)
“Saya adalah alumnus fakultas perikanan, tapi sekarang saya malah menjadi wartawan”terangnya dengan ringan.

Di Lorong Ibnu Aqil (2)

Ada ruh Al-Ghazali dan Socrates di dalam dirimu 

Teori tentang individualisme muncul karena dia dianggap asing, aneh, tidak berbicara dan tidak  berbuat, apatis terhadap segala segmen kehidupan entah cultural maupun structural. Anda punya sensivitas yang cukup representatif untuk menilai gejala seperti ini jika anda sedikit mau membuka mata dan telinga. Ini titik yang paling sederhana dan mudah. Tengoklah di sekitar dimana anda berada, di masjid, gereja, warung, perkantoran, kampus, lapangan sepak bola, gedung-gedung megah metropolitan dan lain-lain. Bicaralah dengan akal dan hati terhadap siapa saja yang anda temui. Jangan mengedapankan ego dan status sosial, mentang-mentang dosen, ustadz, muallim, lalu menjaga jarak dengan tidak mau ngopi dan futsalan bareng. Kalian menutup diri dan kehilangan interaksi sosial dengan mengagung-agungkan jabatan dan prestisiusitas. Maqalah Ki hajar Dewantoro tentang Ing ngarso sung tulodo ing madyo mangun karso belum sepenuhnya terpatri dalam tingginya intelektualitas kita. Manusia pintar nan cerdas memang gampang dicari, tapi manusia yang paham dan mengerti seakan hilang tertelan bumi. Wahai bumi, segera keluarkan manusia-manusia itu dari perutmu.

Kamis, 10 Mei 2012

Di Lorong Ibnu Aqil ( 1 )

"Umar bin Khataab" pengagum artis dan lagu-lagu india

          Perawakannya yang besar, langkah kakinya yang mantap dengan bumi, tegap badannya yang gagah layak perwira jendral membuat warga rayon ibnu aqil sangat sungkem, pakewuh, terhadap sosok ini. Dikenal tegas dan berani menggertak apa saja. Khususnya terhadap hal-hal yang dianggap menyeleweng dan pada saat itu juga harus ada perubahan. Gak peduli sopo wonge, salah yo tetep salah begitulah kira-kira satu prinsip hidup yang terpatri dalam hatinya. Suatu contoh, pada hari kamis (03/05/2012)  rayon perjuangan ibnu aqil menghelat acara harlah dengan membaca manaqib bersama di depan gedung Sc dengan mengundang OMIK kampus, OMEK, heksa rayon, dan UKM . Acara berbalut spiritual itu juga dihadiri KH. Marzuki Mustamar (PCNU Malang), ketua komisariat PMII sunan ampel Malang dan Presiden DEMA Universitas. Tentu acara ini membuat satu prestisius tersendiri bagi warga rayon ibnu aqil karena dulu hingga sekarang acara yang dihelat ibnu aqil selalau mengundang perhatian, kedigdayaan, dan kemegahan. Namun, kemegahan itu seakan hampa karena kader-kader baru ibnu aqil angkatan sapu jagad tidak turut serta[1] dalam acara itu.

Rabu, 09 Mei 2012

Arek PBA yang KOMRASEN (komunitas ngrasani dosen)


          Akhir-akhir ini saya dan teman-teman menjadi korban ketidakadilan pelampiasan dengan menciptakan sebuah komunitas yang menamakan “komrasen” (komunitas ngrasani dosen). Komunitas ini berisi orang-orang yang frustasi akan sebuah ketidakadilan dan krisis pelampiasan. Ada hal-hal yang membuat mereka frustasi dan stress karena mereka merasa termargimalkan dan tidak dinggap dari kehidupannya. Banyak kronologis yang melatarbelakangi mengapa mereka menjadi seperti ini. Ini berawal dari salah seorang dosen yang berstatus doctor namun mengajarnya seperti TK kanak-kanak. Kami diajar seperti kami ini masih anak ingusan . ehm,,agaknya sulit merepresentasikan ke dalam tulisan terkait bagaimana beliau cara mengajar kami yang sebenarnya beliau tahu kami ini mahsiswa dan sudah dewasa, namun dalam pandangan beliau kami masih seperti anak-anak TK yang harus diasuh dan diajar sedemikian rupa layaknya guru TK mengajar anak-anak didiknya.

mBingungisasi


        Siapa aku ini, bagaimana diriku ini, mengapa dengan diriku ini, sehingga dengan lancang menghimpun emas berlian yang sungguh sangat mungkin tak aku dapatkan. tidak setara sekali dengan diriku yang penuh dengan kebusukan dan kekotoran. Aku pandai menghias kebusukan dengan keindahan. Kuhias sedemikian rupa, kuukir topeng kemunafikanku dengan citra baik yang dibaik-baikkan, citra cerdik yang di plat dengan kelicikan.  Layaknya serigala berbulu domba, atau mungkin landak yang berbulu badak. sudah landak ditambah dengan badak pula. Siapa aku ini, manusia kah, atau jangan-jangan binatang berwajah manusia, atau mungkin sebaliknya manusia yang berperikebinatangan. lihatlah dirimu itu, akal kau letakkan di telinga, telinga kau letakkan di hidung, hidung kau cantolkan di antara dua selangkangan, hati kau putarbalikkan, wajah kau bentuk dengan bentuk yang tidak  berbentuk. Tuhan kau anggap manusia, dan manusia kau anggap Tuhan.

Selasa, 08 Mei 2012

Dialog Kebangsaan "Membaca Indonesia" PMII rayon perjuangan Ibnu Aqil



            Dialog kebangsaan dengan tema “membaca Indonesia” kemarin (07/05/2012) membuat kader-kader PMII semakin tahu akan sadar posisinya sebagai mahasiswa dan sebagai aktivis. Dr. Muhtadi Ridwan narasumber dalam dialog itu menegaskan bahwa Posisi mahasiswa adalah sebagai tonggak perjuangan, agent of control dari berdirinya Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa tokoh-tokoh revolusioner seperti Bung Karno, cokro aminoto, Sudiro Husodo,  adalah para mahasiswa yang berjuang mati-matian demi Indonesia ketika itu. Demo-demo selalu bergejolak, penuh dengan darah hingga mau menjemput mereka. Jadi, salah ketika pemerintah menilai buruk apa yang dilakukan mahasiswa dengan demo-demo yang selama ini dilakukan.

Selasa, 01 Mei 2012

Klarifikasiku pada Tuhan


Bukan maksudku meninggallkanmu Tuhan
Juga bukan maksudku mematikan cahaya terangmu dalam kalbuku
Tidak Tuhan
Tidak

Tuhan Merasa Cemburu


Perempuan itu bernama May

Tidak cantik tidak menggoda
Tidak berlihai tidak juga menggoda
Namun Cahaya Tuhan seakan hadir dipelupuk matanya