Jangan
berputus asa dari rahmad Allah, kalau kau belum apa-apa sudah putus asa, kau
menjadi bagian orang-orang yang merugi. Begitu kata Allah. Allah sangat tahu
kadar kemampuan, kekuatan para hambanya. Kekuatan mental, berfikir, bergaul,
me-manage organisasi dan lain-lain. Jika dikatakan bahwa manusia haram, pantang
berputus asa—merasa pun tidak boleh—itu hanya reorika Allah agar manusia sregep
memaksimalkan potensi yang dititipkan Allah padaNya. Anda harus pintar membaca
dialektika informasi Tuhan. Dengan cara berfikir, merenung, bertadabbur.
Kamu
itu belum sregep memaksimalkan potensi kok ujug-ujug mengeluh. Mengeluh itu
boleh, dalam batas kewajaran dimana manusia sudah mentok atas apa yang
diusahakannya. Itu yang disebut tawakkal, pasrah.
Aku
sampai saat ini masih belum faham, mengapa para intepreneur begitu mudah
membolak-balik psikologis manusia untuk menemukan kebenaran, memupuk stimulus,
memompa semangat para peserta seminar dengan durasi sedemikian singkat itu.
kita sangat begitu lemah, pasrah buta, gelap tiada tara untuk nggole’i sendiri
siapa kita sesungguhnya. Sensitive terhadap potensi yang diberikan Tuhan pun
kita remang-remang, bingung untuk menemukan sak jane aku iki kate dadi opo
to. Dibuatlah seminar interpreneur,
mengadopsi, ndlomongi “gombalan” sang interpreneur untuk mewujudkan ini itu
dengan mimpi-mimpi, harapan tinggi namun belum pasti. Aku adalah termasuk orang
yang anti, alergi mengikuti work shop- work shop begituan. Jangan ditiru.