Sabtu, 03 Agustus 2013

Firasat

Setiap orang dengan cara berfikirnya yang matang, sensivitas hatinya yang bekerja acapkali mendapat firasat dalam gerak langkahnya. Terlepas, bagaimana ia mengaktualisasikan firasatnya dalam lakon hidup yang ia jalankan.

Kayaknya, nanti pada usia 25 keatas, banyak sekali momentum ‘berat’ yang harus diperjuangkan, direnungkan, dibicarakan dengan serius, dirasakan betul-betul, agar hidup ini semakin matang dalam berproses. Hidup sekali, maka harus berarti. 

Kayaknya, harus benar-benar slulup untuk mencari sahabat sejati. Yang siap bergandeng tangan, berpeluk kasih dan cinta agar apa-apa yang bergobar dalam dada bisa direndam, bisa saling mengelus satu sama lain. melengkapi hasrat pengetahuan, dinamika cinta, kelaparan hidup, kesabaran, momong anak, tetangga, masyarakat, hingga bangsa dan Negara. 

Spiritual harus selalu tatag. Bismillah dengan kehendaknya. Urusan kodrat salah dan lupa menjadi keasyikan tersendiri untuk selalu bisa ngroso, ngrogoh sukmo bahwa kebenaran mutlak hanya berasal dari Tuhan. Manusia hanya menginterpretasikan ke dalam wilayah dan nilai-nilai kemaslahatan. 

Berpijak pada tiga tingkat kebenaran. Benere dewe, benere wong akeh, benere gusti Allah. 

Mumpung diciptakan sebagai manusia, berolah kekuatan untuk mendapatkan kebahagiaan tanpa batas. Meningkat dari kebagaiaan materi pada kebahagian cahaya, nur, jasadi rohani. 

Memanusiakan keharmonisan, men-sastrakan estetika, menggali peradaban mulia dan nyata. Membuka hijab mata akan sinar, pendaran-pendaran hidayah Allah di setiap sendi kehidupan.

Semua yang akan tersibak, mana mungkin terpahat dengan detail-detail bahasa yang akan disampaikan. Ia absurd, namun jelas. Ia samar, tapi menyimpan sinar kepastian. Bersenandung syair, yang setiap mentrum, diksi, pola kalimat yang diucap dan ditulis terasimilas dengan pengetahuan ilahiyah. Ladunni. 

Maka, jalan yang ditempuh mengharuskan untuk eling lan waspada. Menjaga lisan, karena ludah dan bau mulut yang keluar tunduk pada idu geni. Akal, hati, menyatu dalam sukma ilmu sangkan paraning dumadi. Ubun-ubun berpendar-pendar membikin saluran-saluran, frekuensi, gelombang akan hadirnya wahyu sejati. Sang hyang jamus kalimasada. Semua bingung harus berlindung dan meminta saran kepada siapa. Tidak ada kepemimpinan di negeri ini, yang ada hanya orang yang punya kuasa. Siapa yang berkuasa bukan berarti memimpin, dan siapapun yang memimpin ia pasti berkuasa. 

Berbondong-bondonglah manusia meneriakkan Tuhan di alam sadarnya. Ia mengiba, berusaha nyicil cinta, melakukan kebaikan-kebaikan, berharap uluran kasih Allah, rahmad Allah.  

Malang, 3 AGustus 2013