Kamis, 11 April 2013

22 ke 23

        Ya Allah. Hari-hari ini aku begitu takut. Memendam gelagat rasa yang aneh, hampa, mungkin sedikit ngawur. Maka dari itu, hari-hari ini aku menghibur diri dengan berbagai empirisitas kenyataan yang membuat diriku sendiri tak faham mengapa aku melakukan hal demikian. Katakanlah, sudah dua mingguan ini aku berkawan dengan anak-anak, tertawa riang, menjadi teman mereka sekaligus mencuri-curi kesempatan menjadi guru bagi mereka. Serasa menyatu dengan mereka dan sama sekali aku tidak berani menganggap bahwa aku sedang menolong mereka. Merekalah yang sesungguhnya menolong aku, dengan wirid-wiridnya, canda tawanya, doa-doanya.

Ya Allah. Hari-hari ini aku begitu hidup, kurasakan seperti itu. kau hamparkan zatMu disetiap yang tampak. Ayat-ayat kauniyahMu menjadi bagian nyata dalam hidup ini. Itu yang tergambar, itu yang terjelas. Dan manusia benar-benar lalai dengan sesuatu yang nyata, yang wujud. Beberapa hari yang lalu, kulihat seorang kakek-kakek tua dengan membawa buntalan lusuh. Pakaian yang ia kenakan rasanya lebih layak untuk dilelang saja. Ia meminta-minta ke semua orang, mengharap belas kasih, menunggu uluran tangan orang. Di Malang ini, kita dengan mudah menemukan orang-orang demikian. Di lalu lintas, emperaan toko, depan ATM diberbagai tempat yang penuh lalu lalang orang. Benakku bertanya-tanya, dimanakah keluarga mereka, anak-anak mereka. 

Ya Allah. Malam sesungguhnya menyimpan misteri dan teka-teki. Hidup ini penuh dengan ‘malam-malam’. Gelap dan tak berujung. Aku tak tahu semenit, dua menit ke depan akan mengalami apa. Tak cukup mempu memahami dimana sesungguhnya letak diriku ini berpijak. Tidak bisa mengurai dengan kepastian beberapa tahun kedepan aku menjadi apa, berkarier dimana, dan beristri dengan siapa. Ah istri. Untuk masalah satu ini, biar kuserahkan saja sama Tuhan. Yang kubisa hanyalah, berdo’a, riyadhah, tahu diri dan mensholehkan hati. 

Ya Allah. Ketika jari-jemariku ini ‘bermain’ diatas keybord, menulis sesuatu yang aku tidak fahami, tanganku berkata “ Kau tak punya kuasa apa-apa. Walau sekedar ngukur gatal di kepalamu. Kau ini siapa, senaknya saja menggerakkan aku untuk menuruti perintahmu”. 

Loh, pripun duh Gusti, ia memprotes aku. Tak terima dengan segala hal tentang diriku. Ia menghinaku, menghujatku dan tidak mau menuruti apa yang menjadi kehendakku. 

Ya Allah. Beri aku proses yang pahit agar aku menjadi sadar. Hentakkkan kepalaku biar aku berfikir. Pertemukan aku dengan kekasihMu Muhammad biar di hati ini tak  ada lagi cinta kecuali kepadanya. Muhammadkan hamba, taburkanlah syafaatnya. 

Ya Allah. Usiaku hari ini 22 tahun, 4 hari hari lagi sudah menginjak 23 tahun. Tentu, syukur selalu kuucapkan kepadaMu. Engkau masih memberi nafas di setiap sendi kehidupanku. Tapi, 4 hari ke depan adalah sebuah lorong gelap. Gelap karena aku tak tahu, apakah Engkau masih memperkenankanku untuk menikmati indahnya dunia, merasakan tangisnya sahabat, meramu kasih dengan hadirnya Sang Ibu dan apapun saja. 

Engkau lebih tahu apakah diriku masih layak, pantas mengharap usia. Usia kan rahasiaMu. Pokoknya malam-malam ini aku tak minta apa-apa, apalagi minta diberi umur panjang. Yang kulakukan hanya lah terus memperbaiki diri, nyicil nyaor utang, mengemban amanat dan selalu merangkul kasih diantara sesama. 

Malang, 11 April 2013