Ya Allah. Hari-hari ini aku begitu takut. Memendam gelagat rasa
yang aneh, hampa, mungkin sedikit ngawur. Maka dari itu, hari-hari ini aku
menghibur diri dengan berbagai empirisitas kenyataan yang membuat diriku
sendiri tak faham mengapa aku melakukan hal demikian. Katakanlah, sudah dua
mingguan ini aku berkawan dengan anak-anak, tertawa riang, menjadi teman mereka
sekaligus mencuri-curi kesempatan menjadi guru bagi mereka. Serasa menyatu
dengan mereka dan sama sekali aku tidak berani menganggap bahwa aku sedang
menolong mereka. Merekalah yang sesungguhnya menolong aku, dengan wirid-wiridnya,
canda tawanya, doa-doanya.
Ya Allah. Hari-hari ini aku begitu hidup, kurasakan seperti itu.
kau hamparkan zatMu disetiap yang tampak. Ayat-ayat kauniyahMu menjadi bagian
nyata dalam hidup ini. Itu yang tergambar, itu yang terjelas. Dan manusia
benar-benar lalai dengan sesuatu yang nyata, yang wujud. Beberapa hari yang
lalu, kulihat seorang kakek-kakek tua dengan membawa buntalan lusuh. Pakaian yang
ia kenakan rasanya lebih layak untuk dilelang saja. Ia meminta-minta ke semua
orang, mengharap belas kasih, menunggu uluran tangan orang. Di Malang ini, kita
dengan mudah menemukan orang-orang demikian. Di lalu lintas, emperaan toko,
depan ATM diberbagai tempat yang penuh lalu lalang orang. Benakku bertanya-tanya,
dimanakah keluarga mereka, anak-anak mereka.
Ya Allah. Malam sesungguhnya menyimpan misteri dan teka-teki. Hidup
ini penuh dengan ‘malam-malam’. Gelap dan tak berujung. Aku tak tahu semenit,
dua menit ke depan akan mengalami apa. Tak cukup mempu memahami dimana
sesungguhnya letak diriku ini berpijak. Tidak bisa mengurai dengan kepastian
beberapa tahun kedepan aku menjadi apa, berkarier dimana, dan beristri dengan
siapa. Ah istri. Untuk masalah satu ini, biar kuserahkan saja sama Tuhan. Yang kubisa
hanyalah, berdo’a, riyadhah, tahu diri dan mensholehkan hati.
Ya Allah. Ketika jari-jemariku ini ‘bermain’ diatas keybord,
menulis sesuatu yang aku tidak fahami, tanganku berkata “ Kau tak punya kuasa
apa-apa. Walau sekedar ngukur gatal di kepalamu. Kau ini siapa, senaknya
saja menggerakkan aku untuk menuruti perintahmu”.
Loh, pripun duh Gusti, ia memprotes aku. Tak terima dengan
segala hal tentang diriku. Ia menghinaku, menghujatku dan tidak mau menuruti
apa yang menjadi kehendakku.
Ya Allah. Beri aku proses yang pahit agar aku menjadi sadar. Hentakkkan
kepalaku biar aku berfikir. Pertemukan aku dengan kekasihMu Muhammad biar di
hati ini tak ada lagi cinta kecuali
kepadanya. Muhammadkan hamba, taburkanlah syafaatnya.
Ya Allah. Usiaku hari ini 22 tahun, 4 hari hari lagi sudah
menginjak 23 tahun. Tentu, syukur selalu kuucapkan kepadaMu. Engkau masih
memberi nafas di setiap sendi kehidupanku. Tapi, 4 hari ke depan adalah sebuah
lorong gelap. Gelap karena aku tak tahu, apakah Engkau masih memperkenankanku
untuk menikmati indahnya dunia, merasakan tangisnya sahabat, meramu kasih
dengan hadirnya Sang Ibu dan apapun saja.
Engkau lebih tahu apakah diriku masih layak, pantas mengharap usia.
Usia kan rahasiaMu. Pokoknya malam-malam ini aku tak minta apa-apa, apalagi
minta diberi umur panjang. Yang kulakukan hanya lah terus memperbaiki diri,
nyicil nyaor utang, mengemban amanat dan selalu merangkul kasih diantara
sesama.
Malang, 11
April 2013