Kamis, 14 November 2013

Suluk kontemplasi


Ndase pecah, kebelet ngiseng, gara-gara soal Guru.

Penanggalan masehi terbukti tidak mampu mengelaborasi seluruh tatanan chip dalam otak dan hatiku. Katakanlah, kesempitan cara berfikir, cara memancang sesuatu, maupun management hati, sudah sedemikian rupa terbalik-balik, terpecah-pecah, hingga seluruh energy habis tumpah ruah karena itu.
Makanya cari guru “ demikian nasehat-nasehat yang ada 

Siapapun kamu, dengan berbagai aksentuasi pengalaman dan cara lelakumu, kamu harus punya tonggak, pondasi, yang berdiri dibalik tulang punggungmu. Paling tidak, ia yang akan ngulur  tangan, ngontrol setiap gerak langkahmu,  ngaweruhi sangkan paran disetiap pengetahuan yang kau cari. Itulah guru. 

“ Lalu, apakah aku tidak bisa menjadi guru bagi diriku sendiri..? 

“ Lha kau itu siapa..? wali, rasul,  Nabi, atau apa..? ngoco dulu. Kemakshuman para wali, rasul, dan nabi pun harus dituntun oleh sang Jumenengi ilmu. Allah Swt. Itu pun masih dijembatani oleh sang pembawa wahyu, Jibril As. Berarti, Jibril disamping sebagai asisten Tuhan, ia juga merangkap sebagai pembawa wahyu ke-ilahian yang dengan otoritas Tuhan wahyu itu disebul di dalam gerak, langkah, para wali, rasul, dan nabi “ 

  Emm..kalau begitu aku harus berguru kepada malaikat Jibril gitu…? 

“ Fahamilah dengan tersirat, bukan yang tersurat. Jibril As adalah sebuah  symbol, tanda, analogi, untuk menggambarkan bahwa siapapun harus mempunyai guru ” 

“ Setiap orang adalah guru bagiku ”

“ Apa maksudmu..? ” 

“ Untuk berkaca, untuk lebih mengenal, untuk mencipta cinta, bahwa guru paling nyata adalah siapapun yang ada dihadapan kita. Aku tak peduli siapa mereka. Bakul jamu, tukang laundry, ustadz, kyai, professor, penjual ikan, tukang tambal ban, siapapun saja dan apapun profesi serta latar belakangnya. Dari merekalah aku mengais pengalaman-pengalaman, mengeksplorasi proses hidupnya yang bermacam-macam, merangkum hikmah-hikmah yang terpendam—mungkin diremehkan banyak orang. Merekalah Jibril-Jibril dunia, Jibril yang nyata, tampak, disetiap cuil-cuil kehidupan, diemperan-emperan gang, dipojok-pojok sejarah, yang tak pernah mendapatkan ruang untuk ditulis kisah-kisahnya, sejarah hidupnya. Sejarah hanya milik mereka yang menang.  ” 

“ Mungkin itulah guru bagimu, tapi kau tak punya sanad guru yang bermata rantai hingga pada Rasulullah. “

“ Justru mata rantai guruku lebih dari itu “ 

“ Tidak. Kau hanya mengada-ada”

“ Wahai sahabat, tengoklah sejenak dan mari saling melengkapi pengetahuan satu sama lain. Aku tak mau berdebat hanya untuk mencari pembenaran-pembenaran, apalagi mengklaim pengetahuan mana yang paling absah, paling benar, paling paling dan paling. Aku menghargai prinsip dan metodemu dalam mencari guru. Dan setidaknya kau juga bisa bersikap demikian padaku.  

 Ojok nylemur

“ Lho..aku nggak nylemur

“ Ah..kau ini”

“ Ah kau juga” 

“ Piye to”

“ Lha enake piye”  

 Pecah ndasku diskusi sama kamu”

“ Aku malah kudu ngiseng lek diskusi karo kowe

“ Hahahahahaahahah” 

“ Eh..awas, Jibril neng mburimu” 

# Siapapun itu guru,, apapun itu ilmu, dan dimanapun itu sekolahan
Anshofa, 14/11/2013