Ndase pecah, kebelet ngiseng, gara-gara soal Guru.
Penanggalan masehi terbukti tidak mampu mengelaborasi seluruh
tatanan chip dalam otak dan hatiku. Katakanlah,
kesempitan cara berfikir, cara memancang sesuatu, maupun management hati, sudah
sedemikian rupa terbalik-balik, terpecah-pecah, hingga seluruh energy habis
tumpah ruah karena itu.
Makanya cari guru “ demikian nasehat-nasehat yang ada
Siapapun kamu, dengan berbagai aksentuasi pengalaman dan cara
lelakumu, kamu harus punya tonggak, pondasi, yang berdiri dibalik tulang
punggungmu. Paling tidak, ia yang akan ngulur tangan, ngontrol setiap
gerak langkahmu, ngaweruhi
sangkan paran disetiap
pengetahuan yang kau cari. Itulah guru.
“ Lalu, apakah aku tidak bisa menjadi guru bagi diriku
sendiri..?
“ Lha kau itu siapa..? wali, rasul, Nabi, atau apa..? ngoco dulu. Kemakshuman para wali,
rasul, dan nabi pun harus dituntun oleh sang Jumenengi ilmu. Allah Swt. Itu pun masih
dijembatani oleh sang pembawa wahyu, Jibril As. Berarti, Jibril disamping
sebagai asisten Tuhan, ia juga merangkap sebagai pembawa wahyu ke-ilahian yang
dengan otoritas Tuhan wahyu itu disebul di dalam gerak, langkah, para
wali, rasul, dan nabi “
“ Emm..kalau
begitu aku harus berguru kepada malaikat Jibril gitu…?
“ Fahamilah dengan tersirat, bukan yang tersurat. Jibril As adalah
sebuah symbol, tanda,
analogi, untuk menggambarkan bahwa siapapun harus mempunyai guru ”
“ Setiap orang adalah guru bagiku ”
“ Apa maksudmu..? ”
“ Untuk berkaca, untuk lebih mengenal, untuk mencipta cinta, bahwa
guru paling nyata adalah siapapun yang ada dihadapan kita. Aku tak peduli siapa
mereka. Bakul jamu, tukang laundry, ustadz, kyai, professor, penjual ikan,
tukang tambal ban, siapapun saja dan apapun profesi serta latar belakangnya.
Dari merekalah aku mengais pengalaman-pengalaman, mengeksplorasi proses
hidupnya yang bermacam-macam, merangkum hikmah-hikmah yang terpendam—mungkin
diremehkan banyak orang. Merekalah Jibril-Jibril dunia, Jibril yang nyata,
tampak, disetiap cuil-cuil kehidupan, diemperan-emperan gang, dipojok-pojok
sejarah, yang tak pernah mendapatkan ruang untuk ditulis kisah-kisahnya,
sejarah hidupnya. Sejarah hanya milik mereka yang menang. ”
“ Mungkin itulah guru bagimu, tapi kau tak punya sanad guru yang
bermata rantai hingga pada Rasulullah. “
“ Justru mata rantai guruku lebih dari itu “
“ Tidak. Kau hanya mengada-ada”
“ Wahai sahabat, tengoklah sejenak dan mari saling melengkapi
pengetahuan satu sama lain. Aku tak mau berdebat hanya untuk mencari
pembenaran-pembenaran, apalagi mengklaim pengetahuan mana yang paling absah,
paling benar, paling paling dan paling. Aku menghargai prinsip dan metodemu
dalam mencari guru. Dan setidaknya kau juga bisa bersikap demikian padaku.
“ Ojok nylemur”
“ Lho..aku nggak nylemur”
“ Ah..kau ini”
“ Ah kau juga”
“ Piye to”
“ Lha enake piye”
“ Pecah ndasku diskusi sama kamu”
“ Aku malah kudu ngiseng lek diskusi karo kowe”
“ Hahahahahaahahah”
“ Eh..awas, Jibril neng
mburimu”
# Siapapun itu guru,, apapun itu ilmu, dan dimanapun itu sekolahan
Anshofa, 14/11/2013