Rabu, 12 November 2014

Renung Senja #20

Idealnya, pemahaman mengenai suatu hal adalah ketika anda mampu berpikir komprehensif, meyeluruh, memutari persoalan dari multi sudut pandang yang berbeda-beda. Anda makan tempe, ingatlah bahwa tempe tidak hanya sekedar tempe. Tumbuhkan kesadaran bahwa ketika anda makan tempe, anda harus ingat kedelainya, ingat petani yang menanam kedelai, ingat pabrik tempe, ingat perputaran ekonomi pasar, ingat ekspor impor tempe, semuanya. Satu objek tentang tempe, anda menemukan banyak hal tentang apa saja.

Jadilah orang yang tahu banyak tentang banyak hal. Nah, anjuran maupun idealitas cara berpikir yang demikian sangat sukar ditemukan di kampus, di bangku kuliah, dengan para akademisi, dengan para professor, dengan para doktor.


Berpikirlan mandiri.

Renung Senja #19

Apakah kita berani memastikan diri bahwa esok hari kita masih hdup. Apakah dengan frame ilmu kita, pengalaman-pengalaman kita, gelar akademis kita, dan apapun saja, kita berani memastikan bahwa semenit kemudian, satu jam kemudian, hingga esok hari, kita masih diperkenankan menghirup nafas oleh Tuhan.

Apakah kita bisa tahu apa yang akan terjadi satu jam kemudian. Apakah kita mampu membaca situasi mengenai apa saja esok hari.

Hidup adalah ketidakpastian. Kita bisa merancang sesuatu jauh-jauh hari, namun apakah bisa memastikan itu semua bisa terjadi. Kita bisa mengatur management, sikap hidup, teknis kegiatan, implementasi teori-teori, dan apapun saja. Namun apakah kita bisa menjamin bahwa aturan-aturan yang sudah kita ciptakan, akan benar-benar terjadi sesuai dengan kehendak kita.
Maka hidup itu tidak pasti, hidup itu seperti malam hari. Gelap, kita butuh lentera untuk menerangi jalan.

Dan lentera itu ada dalam Qalbumu sendiri.  


Renung Senja #18

Jika engkau sedang bertahajjud, jangan lantas merasa tinggi dengan temanmu yang tertidur pulas. Bisa jadi, temanmu yang tertidur pulas itu lebih ikhlas hatinya, lebih patuh kepada Ibu bapaknya, lebih tulus pengabdiaanya kepada Tuhannya.

Bilamana engkau sedang berpuasa, rendah dirilah kepada sesama. Siapa tahu temanmu yang tidak berpuasa itu lebih tawadhu’ sikapnya, lebih rajin belajarnya, lebih keras perjuangannya.
Tirakatmu, ibadahmu, lelakumu, puasa serta shalat-shalatmu, biarkan dirimu dan Tuhanmu yang tahu.