Senin, 26 September 2011

Arek PBA yang KOMRASEN (komunitas ngrasani dosen)


            Akhir-akhir ini saya dan teman-teman menjadi korban ketidakadilan pelampiasan dengan menciptakan sebuah komunitas yang menamakan “komrasen” (komunitas ngrasani dosen). Komunitas ini berisi orang-orang yang frustasi akan sebuah ketidakadilan dan krisis pelampiasan. Ada hal-hal yang membuat mereka frustasi dan stress karena mereka merasa termargimalkan dan tidak dinggap dari kehidupannya. Banyak kronologis yang melatarbelakangi mengapa mereka menjadi seperti ini. Ini berawal dari salah seorang dosen yang berstatus doctor namun mengajarnya seperti TK kanak-kanak. Kami diajar seperti kami ini masih anak ingusan . ehm,,agaknya sulit merepresentasikan ke dalam tulisan terkait bagaimana beliau cara mengajar kami yang sebenarnya beliau tahu kami ini mahsiswa dan sudah dewasa, namun dalam pandangan beliau kami masih seperti anak-anak TK yang harus diasuh dan diajar sedemikian rupa layaknya guru TK mengajar anak-anak didiknya. Bukan menjelek-jelekkan, tapi seperti inilah adanya memang. Lalu, ada juga dosen arab, orang sudan, beliau memegang mata kuliah istima’. Lahjah arabiyahnya  sudah tidak diragukan, keilmuan tentang kalam maupun istima’ sangatlah luar biasa sehingga beliau menjadi salah seorang dosen yang handal dalam bidangnya, bahasa arab. Beliau ini mempunyai satu ciri khas khusus dimana mahasiswanya (termasuk saya) sangat hafal dengan ciri khasnya itu. Model dan gaya bicaranya. Kalimat yang sering kami dengar dari beliau adalah kalimat “la budda an tatahadast” setiap beliau mengajar. Nah, inilah yang kami suka, seperti  ada intonasi khusus jika beliau mengucapkan laimat itu. Suaranya tinggi, cempreng, ehm..ah maaf kawan, lagi-lagi sangat sulit sekali menjelaskan sebuah sifat dan gaya manusia dalam bentuk tulisan.  Namun , jika kalian tahu secara langsung, saya berani menjamin kalian akan langsung hafal dan bisa menirukannya dalam sekejap.
            Tulisan ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan seseorang. Namun lebih karena kecintan kami pada beliau semua. Ungkapan cinta jangan hanya dianggap pada satu sisi dengan selalu memuji, berperilaku baik depan, atau selau memberi penghormatan. Ekspresi cinta sangat banyak variasi dan modelnya. Nah, komunitas komrasen adalah komunitas yang sangat menghargai dan mencintai para dosennya dengan menirukan gaya dan ciri khas dari setiap dosen.  Wahai ibu dosen dan bapak dosen, sayangilah kami layaknya kalian menyayangi anak-anak kalian. Didiklah kami dengan cinta dan kasih, sayangi kami dengan kejujuran dan pengorbanan.  Memang seperti inilah kami adanya. Cengengesan dan slengean.  Namun, kami harap cengengesan dan slengean kami tidak mengurangi rasa cinta dan sayang kalian kepada kami.
Malang, 06 April 2011

Manusia yang bebas sebebas-bebasnya..


         Keterpenjaraan bagi saya adalah sebuah pembekuan akan sebuah kebebasan dan kemerdekaan. Rahmad kebebasan yang Tuhan berikan kepada kita rasa-rasanya tak ada artinya jika kebebasan itu sendiri terbelenggu oleh konstruk fikiran yang melanda. Dalam film into the wild, perjalanan seorang pemuda tampan nan kaya akan sebuah pencarian kebebasan mutlak mengindikasikan bahwa hanya dengan terbukanya fikiran dan hati, manusia akan mampu mencipta peradaban bagi dirinya sendiri. Artinya, peradaban yang kita sebut itu kreativiitas akan muncul dan menjadi-jadi tatkala fikiran dan hati kita bebas sebebasnya, tanpa ada satu konstruk atau kekuatan yang memenjara kita. Tatkala saya menjadi seorang “saya”, stabilitas saya dalam berekspresi dan bersosial begitu mengakar, ini karena saya masih merdeka tanpa ada satu penghalang yang memenjara saya. Saya bisa berekspresi sejadi-jadinya, bersenidengan kefulgaran apa adanya, dan berkreasi tanpa suatu tendensi. Disadari atau tidak, itu adalah kepuasan tersendiri bagi saya. Kepuasan yang Ternyata saya baru tersadar beberapa tahun kemudian bahwa saya bahagia tatkala itu. Sahabat-sahabatku yang kini hilang entah kemana, Letto, Toyo, Zarko’, Tumi, Dangdut, Angga, Prof, Apin, ah..rindu sekali dengan mereka. Tidak hanya sebatas kangen, namun sebuah kerinduan yang mendalam pada mereka. ada gairah tertentu dan sukar diungkapkan jika mengingatnya. Dengan merekalah kebahagianku ada. Benar-benar tanpa tendensi. Uang tidak menjadi masalah bagi kami, kami bisa tetap makan. Karena jika umpama salah satu dari sahabat kami yang kebetulan tidak punya uang, maka ditanggung oleh kami, begitu seterusnya. Disinilah aku tersadar setelah aku berpisah dengan mereka. Kebahagiaanku hilang, kesedihanku merambat. Kreativitasku hilang, jiwa seniku meredup, dan kebebasanku pergi jauh dariku. Dengan mereka kami membuat kelompok drama “kamar 19”. Manggung di tempat kediaman kami waktu itu, ma’had. Applous standing selalu kami raih dalam setiap penampilan. Kami yang terbaik. Dan aku sama sekali tidak terpenjara oleh suatu system, maka sebebas-bebasnya aku bertindak, berekspresi, dan berseni. Inilah yang ku maksud dengan kebebasan jiwa. Jika jiwa ini bebas dari beleggu-belenggu yang mengikat, maka kreativitas disitu akan timbul dan jika dipupuk dengan semangat berseni, akan semakin kuat mengakar dan mendalam. 
            Sekarang, totalitasku hilang sudah. Mau apa sekarang. aku sudah terpenjara oleh suatu system, seorang individu, dan segala macam aturan yang mengikat. Tidak seperti dulu lagi. Aku sekarang menjadi budak birokrasi,, segala sesuatunya harus diadapkan pada suatu peraturan. Jadwal yang disiplin, tugas dengan dead line yang tepat, dan segala tetek bengeknya. Aku terhampas dari kebebasan nyata. Kutak bisa lagi berseni dengan seni, dan berekspresi dengan ekspresi.
            Rasa-rasanya, aku harus segera mencari sahabat-sahabatku yang hilang. Mencari juga kebebasan dan kemerdakaanku yang juga hilang.  Merekalah semangatku. Setelah ini, aku akan keluar dari system birokrasi bodoh ini, kutancapkan lagi pada diriku untuk menjadi seorang manusia yang bebas dengan kebebasan mutlak, kebebasan kita terlalu mahal harganya hanya dengan tunduk patuh kepada manusia yang sebenarnya mereka tak lebih manusia seperti kita. Hanya kepada Tuhan kita tundukkan kepala dan sujudkan kening.
Wahai kebebasan dan sahabat-sahabatku yang hilang, dimana kau dan kalian berada?..
Malang, 23 Mei 2011