Akhir-akhir ini saya dan teman-teman
menjadi korban ketidakadilan pelampiasan dengan menciptakan sebuah komunitas
yang menamakan “komrasen” (komunitas ngrasani dosen). Komunitas ini berisi
orang-orang yang frustasi akan sebuah ketidakadilan dan krisis pelampiasan. Ada
hal-hal yang membuat mereka frustasi dan stress karena mereka merasa
termargimalkan dan tidak dinggap dari kehidupannya. Banyak kronologis yang
melatarbelakangi mengapa mereka menjadi seperti ini. Ini berawal dari salah
seorang dosen yang berstatus doctor namun mengajarnya seperti TK kanak-kanak.
Kami diajar seperti kami ini masih anak ingusan . ehm,,agaknya sulit
merepresentasikan ke dalam tulisan terkait bagaimana beliau cara mengajar kami
yang sebenarnya beliau tahu kami ini mahsiswa dan sudah dewasa, namun dalam
pandangan beliau kami masih seperti anak-anak TK yang harus diasuh dan diajar
sedemikian rupa layaknya guru TK mengajar anak-anak didiknya. Bukan
menjelek-jelekkan, tapi seperti inilah adanya memang. Lalu, ada juga dosen
arab, orang sudan, beliau memegang mata kuliah istima’. Lahjah arabiyahnya sudah tidak diragukan, keilmuan tentang kalam
maupun istima’ sangatlah luar biasa sehingga beliau menjadi salah seorang dosen
yang handal dalam bidangnya, bahasa arab. Beliau ini mempunyai satu ciri khas
khusus dimana mahasiswanya (termasuk saya) sangat hafal dengan ciri khasnya
itu. Model dan gaya bicaranya. Kalimat yang sering kami dengar dari beliau
adalah kalimat “la budda an tatahadast” setiap beliau mengajar. Nah, inilah
yang kami suka, seperti ada intonasi
khusus jika beliau mengucapkan laimat itu. Suaranya tinggi, cempreng, ehm..ah
maaf kawan, lagi-lagi sangat sulit sekali menjelaskan sebuah sifat dan gaya
manusia dalam bentuk tulisan. Namun ,
jika kalian tahu secara langsung, saya berani menjamin kalian akan langsung
hafal dan bisa menirukannya dalam sekejap.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk
mendiskreditkan seseorang. Namun lebih karena kecintan kami pada beliau semua.
Ungkapan cinta jangan hanya dianggap pada satu sisi dengan selalu memuji,
berperilaku baik depan, atau selau memberi penghormatan. Ekspresi cinta sangat
banyak variasi dan modelnya. Nah, komunitas komrasen adalah komunitas yang
sangat menghargai dan mencintai para dosennya dengan menirukan gaya dan ciri
khas dari setiap dosen. Wahai ibu dosen
dan bapak dosen, sayangilah kami layaknya kalian menyayangi anak-anak kalian.
Didiklah kami dengan cinta dan kasih, sayangi kami dengan kejujuran dan
pengorbanan. Memang seperti inilah kami
adanya. Cengengesan dan slengean. Namun,
kami harap cengengesan dan slengean kami tidak mengurangi rasa cinta dan sayang
kalian kepada kami.
Malang,
06 April 2011