Sabtu, 19 Mei 2012

Gunting, Rambut Gondrong dan Bapak Berbrewok


            Suatu kali, aku mengantarkan seorang kawan ke sebuah kantor instansi di perguruan tinggi ternama di Malang. Maksud dan tujuan kawanku ke kantor institusi tersebut adalah meminta hak serta ngurusi administrasi yang berkaitan dengan proses beasiswanya di salah satu perguruan tinggi. Ini adalah kali kedua dia datang ke kantor instansi tersebut setelah kali yang pertama dia ditolak dan diusir dari tempat itu. Tentunya, ketika kawanku ini memberanikan diri untuk datang lagi dia sudah menyiapkan mental, kejernihan akal, dan sedikit srategi  agar tidak mengalami kali kedua seperti yang pertama dia alami pada waktu sebelumnya.
             Ketika kami sampai di kantor aku katakan kepadanya “Bleh, opo kowe siap?engko awakmu diusir maneh. “Ah..santae, sing penting aku maju dulu” ujarnya acuh. Sepertinya sudah mantap dia. Apapun hasilnya, diterima, ditolak, diusir kali ketiga, bahkan diblack list nama agaknya dia sudah tak peduli. Kebutuhan yang bersifat pragmatis sudah tak bisa ditunda lagi, harus segera direalisasikan. Idealis tak dibutuhkan saat ini.