Rasulullah mengajarkan kepada umatnya tentang satu metode
interaksi yang sangat mendalam, mencakup kohesitas antara hubungan manusia dan
tuhan, terselip disitu sebuah pendidikan mental, personal, yang kyai-kyai
dipesantren menyebutnya dengan “Ibda’ Binafsika” mulailah dari dirimu sendiri
kira-kira begitu terjemahannya. Ada titik temu yang bersifat vertical dimana
sesungguhnya manusia adalah guru bagi dirinya sendiri. Mandataris bagi akalnya,
hatinya, jiwanya sendiri. “Ibda’ Binafsika” seakan menyindir, meraba sisi
sensitivitas kita bahwa ternyata kita diam-diam dan secara tak sadar menjadi
munafik, nggaya, pamer udel, merasa paling dintara yang paling dan
lain-lain.