Jumat, 12 April 2013

Jangan kau sakiti hati temanmu lantaran kau berpuasa


Allah ngajarin kita puasa kan ada hikmah dan maknanya. Tidak hanya secara kesehatan, ruhani dan hubungan vertical dengan Tuhan tapi juga termasuk harmonisasi hubungan dengan sesama. Katakanlah, anda sedang puasa disaat yang sama teman anda kegirangan, seneng hatinya karena dapat kiriman lalu secara respek dia ngajak anda makan, nraktir di warung-warung dekat—karena rasa syukurnya. Bisakah anda menolak lantaran anda sedang berpuasa.   

Menerima atau menolak sesungguhnya bukan persoalan kewajiban, ia soal kearifan kok. Arif itu deket-deket dengan bijaksana. Semi bijaksana lah. Arif itu bisa mengukur maslahat, tahu diri, berusaha mungkin memahami psikologis sesama. Dia menyimpan sensivitas tinggi akan gejala personal, sosial di kelilingnya. Kok ada temannya cemberut, ditanya kenapa kok cemberut. Ngobrol dengan tukang parkir kok wajahnya sepet, ngrogoh hati kira-kira apa yang membuat wajahnya sepet.
 
Begitu juga soal sabar. Sakjane orang tidak masalah jika tidak sabar, bersabar pun juga tidak mengurangi intensitas pahala malah semakin berlipat-lipat jika ia istiqomah untuk selalu sabar.
Maka, aku akan malu terhadap diri sendiri, terhadap Allah jika menolak rasa syukur teman aku. Ndak  tega seandainya diajak makan lantas aku ngomong “ aduuh, maaf aku sedang puasa. Ini bukan persoalan mencari gratisan lalu aku seenaknya membatalkan puasa—dalam konteks puasa sunnah. Ini persoalan akhlak. Aku ndak kuat hati melihat ekspresi wajahnya yang bahagia tiba-tiba kusut lantaran aku sedang puasa. Kebahagiaan rasa syukur yang ia peroleh luntur seketika, hilang tak tersisa pun kemudian hari tidak menyapa aku—seandainya demikian. 

Siapa yang meniupkan kebahagiaan di dalam hatinya, menggerakkan kekuatan kasih di relung jiwanya kalau bukan Allah. Allah berikan ia nikmat sekaligus rasa syukur agar ia selalu ingat dan tak lalai. Dan kita pun harus benar-benar ngrogoh, menata hati untuk itu.
Aku hanya berkhusnudzan bahwa Allah akan mengganti pahala yang berlipat-lipat jika kita selalu menabur kasih diantara sesama, menebar ketulusan cinta—dengan orang disekeliling kita. 

Dan sampai hari ini belum aku temukan ruang dan waktu dimana sesungguhnya aku harus berpuasa.