Allah ngajarin kita puasa kan ada hikmah dan maknanya. Tidak hanya
secara kesehatan, ruhani dan hubungan vertical dengan Tuhan tapi juga termasuk
harmonisasi hubungan dengan sesama. Katakanlah, anda sedang puasa disaat yang
sama teman anda kegirangan, seneng hatinya karena dapat kiriman lalu secara
respek dia ngajak anda makan, nraktir di warung-warung dekat—karena rasa
syukurnya. Bisakah anda menolak lantaran anda sedang berpuasa.
Menerima atau menolak sesungguhnya bukan persoalan kewajiban, ia soal
kearifan kok. Arif itu deket-deket dengan bijaksana. Semi bijaksana lah. Arif itu
bisa mengukur maslahat, tahu diri, berusaha mungkin memahami psikologis sesama.
Dia menyimpan sensivitas tinggi akan gejala personal, sosial di kelilingnya. Kok
ada temannya cemberut, ditanya kenapa kok cemberut. Ngobrol dengan tukang parkir
kok wajahnya sepet, ngrogoh hati kira-kira apa yang membuat
wajahnya sepet.
Begitu juga soal sabar. Sakjane orang tidak masalah jika
tidak sabar, bersabar pun juga tidak mengurangi intensitas pahala malah semakin
berlipat-lipat jika ia istiqomah untuk selalu sabar.
Maka, aku akan malu terhadap diri sendiri, terhadap Allah jika
menolak rasa syukur teman aku. Ndak tega seandainya diajak makan lantas aku
ngomong “ aduuh, maaf aku sedang puasa. Ini bukan persoalan mencari gratisan
lalu aku seenaknya membatalkan puasa—dalam konteks puasa sunnah. Ini persoalan
akhlak. Aku ndak kuat hati melihat ekspresi wajahnya yang bahagia tiba-tiba
kusut lantaran aku sedang puasa. Kebahagiaan rasa syukur yang ia peroleh luntur
seketika, hilang tak tersisa pun kemudian hari tidak menyapa aku—seandainya demikian.
Siapa yang meniupkan kebahagiaan di dalam hatinya, menggerakkan
kekuatan kasih di relung jiwanya kalau bukan Allah. Allah berikan ia nikmat
sekaligus rasa syukur agar ia selalu ingat dan tak lalai. Dan kita pun harus
benar-benar ngrogoh, menata hati untuk itu.
Aku hanya berkhusnudzan bahwa Allah akan mengganti pahala yang
berlipat-lipat jika kita selalu menabur kasih diantara sesama, menebar
ketulusan cinta—dengan orang disekeliling kita.
Dan sampai hari ini belum aku temukan ruang dan waktu dimana
sesungguhnya aku harus berpuasa.