Aku merasakan dingin tidak hanya pada musim dingin saja.
Di siang bolong segala aktivitasku dipenuhi dengan dingin-dingin yang menusuk.
Di amalam hari semakin bertambah. Cara berjalan, bertanya, komunikasi,
berdagang, belajar semua diliputi oleh dingin. Hingga akal, hati pun menjadi
dingin. Teman-temanku merasa aneh dengan sikap dan kelakuanku. Apa yang
kutatap, kupegang, kudengar, kebicarakan selalu menjadi es karena setiap
gerakku adalah dingin.
Aku
hampa ditengah kedinginan ini. Ingiiiiin rasanya memeluk, merangkul, sedikit
bermesraan dengan seseorang yang kurindukan. Ketika hati ini beku, telingaku
menjadi tuli. Ketika mataku buta, fikiranku tambah menjadi hambar. Serasa
menghisap aroma panas api. Aku tak punya teman. Kesejatianku terututp oleh
kesombongan bak Musa menantang Tuhan karena Kepandaiannya, kepintarannya,
kecerdasannya. Tapi Musa adalah Nabi, manusia biasa dengan kolektifisnya
sebagai hamba Allah. Hamba Sang hyang Taya, Yahofa. Tentu berbeda jauh denga
aku. Haha..lha aku ini siapa. Kolektifitasku bukanla pahala dan ibadah, tapi
bertribun-tribun dosa dan maksiat. Ditambah lagi dengan keangkuhan berat yang
bernama kesombongan. Ingin menjadi seperti Musa As? Ah..basi. Kau hanya bisa
meniru kesombongannya, bukan penghambaaanya kepada sang Tuhan.