Minggu, 01 Juli 2012

Makhluk pemenggal leher


            Aku merasakan dingin tidak hanya pada musim dingin saja. Di siang bolong segala aktivitasku dipenuhi dengan dingin-dingin yang menusuk. Di amalam hari semakin bertambah. Cara berjalan, bertanya, komunikasi, berdagang, belajar semua diliputi oleh dingin. Hingga akal, hati pun menjadi dingin. Teman-temanku merasa aneh dengan sikap dan kelakuanku. Apa yang kutatap, kupegang, kudengar, kebicarakan selalu menjadi es karena setiap gerakku adalah dingin. 
            Aku hampa ditengah kedinginan ini. Ingiiiiin rasanya memeluk, merangkul, sedikit bermesraan dengan seseorang yang kurindukan. Ketika hati ini beku, telingaku menjadi tuli. Ketika mataku buta, fikiranku tambah menjadi hambar. Serasa menghisap aroma panas api. Aku tak punya teman. Kesejatianku terututp oleh kesombongan bak Musa menantang Tuhan karena Kepandaiannya, kepintarannya, kecerdasannya. Tapi Musa adalah Nabi, manusia biasa dengan kolektifisnya sebagai hamba Allah. Hamba Sang hyang Taya, Yahofa. Tentu berbeda jauh denga aku. Haha..lha aku ini siapa. Kolektifitasku bukanla pahala dan ibadah, tapi bertribun-tribun dosa dan maksiat. Ditambah lagi dengan keangkuhan berat yang bernama kesombongan. Ingin menjadi seperti Musa As? Ah..basi. Kau hanya bisa meniru kesombongannya, bukan penghambaaanya kepada sang Tuhan.