Proses
menulis yang sering saya sarankan bagi kalangan penulis pemula adalah
FreeWriting dan Re-Writing.Dengan teknik Free Writing berarti kita menulis
secara bebas, tanpa mempedulikan bagus
tidaknya tulisan yang sedang digarap. Pokoknya terus saja menulis sampai capek,
sampai tidak ada lagi yang mau ditulis. Sekalipun nggak urut biarkan saja.
Tidak bagus cuekin saja. Bahkan karena bingung, akhirnya kita hanya menulis: “…
apa ya? Aku tak tahu mau nulis apa? Ah gimana nih? Dst”. Yang ada dalam pikiran
kita cuma: what next, next, next!
Perhatikan
saja kalau kita lagi emosi (khususnya marah atau gembira), atau dalam pengaruh
tekanan (seperti lagi ujian essay).
Naturalnya sebagian besar kita akan menulis dengan cara free writing, ya
‘kan?
Lha,
setelah selesai menulis, tentu hasilnya wow… jelek sekali ya. Semua serba ada.
Banyak yang asal-asalan, atau juga urutannya bisa jadi ngaco.
Disinilah
saatnya anda mulai menyunting, mulai dari membuang yang tidak perlu, menyusun
lagi urutannya serta membaguskan bahasanya. Bisa bolak-balik berkali-kali, sampai
akhirnya anda suka dengan hasil akhirnya.
Cara
lain adalah menulis dengan teknik Re-Writing atau menulis ulang. Ini sangat
cocok dan sangat mudah bagi para pemula. Yang kita lakukan adalah mengumpulkan
bahan-bahan (referensi atau hasil wawancara) lalu kemudian menulis-ulang
kembali bahan tersebut dengan tentu saja memakai gaya bahasa sendiri. Sebut sajalah hasilnya sebagai naskah-ramuan.
“Ramuan
yang baik”, kata Slamet Suseno, “biasanya selalu berupa pernyataan yang disusun
dengan kalimat lain, yang berbeda dengan kalimat sumber informasi yang asli.
Sedang ramuan yang buruk seringnya berbentuk kumpulan kalimat sama dengan
sumber aslinya. Kadang-kadang malah ada semacam ramuan atau rangkuman yang
tidak merangkum, tapi mengutip berbagai pernyataan sesuai dengan aslinya,
walaupun dengan kata-kata yang disana-sini diganti dengan kata lain, agar agak
berbeda.”
Selama
naskah-ramuan itu tidak menunjukkan hasil pengumpulan berbagai informasi (lebih
dari satu sumber), ia belum dapat disebut naskah-ramuan namanya, tapi itu
jiplakan yang ringkas.
Sebaiknya
dalam menulis naskah ramuan gunakan gaya bebas saja, seperti sedang
menyampaikan informasi kepada seorang teman akrab. Apa yang ditulis biasanya
memakai kata lain yang berbeda dengan kata dalam informasi aslinya. Hanya
idenya saja yang sama.
Sesudah
ramuan itu selesai ditulis, tetap saja sebaiknya naskah itu disunting lagi
minimal mengedit bahasanya, atau paling tidak ya judul dan leadnya. Bila perlu,
agar lebih gurih rasanya, mungkin masih bisa kita selipkan dan perbaiki
intonasinya, nadanya, gaya bahasanya, atau bahkan sedikit digarami dengan
humor-humor jenaka.