Orang
Jawa telah mengenal agama sejak zaman prahistori. Serat Ramayana yang
berasal dari abad ke-9 menunjukkan bahwa orang Jawa Kuno telah memeluk agama
hindu dan Budha. Kedua agama tersebut sangat mewarnai dan menjadi jiwa bagi
orang Jawa hampir menyeluruh hingga abad ke-15.
Pada akhir abad ke-15, terjadi gelombang mengislaman
secara besar-besaran di Jawa, yakni sejak sejak Prabu Brawijaya V, raja yang
diakui sebagai raja terakhir Majapahit, masuk agama Islam atas bimbingan Sunan
Kalijaga. Prinsip agama ageing aji membuat rakyat Jawa mengikuti apa
keyakinan dan agama rajanya. Apalagi kemudian disusul berdirinya kerajaan Demak
sebagai kerajaaan yang menjadikan kitab suci al Quran sebagai undang-undang
kerajaan. Kepemimpinan Demak di Jawa selama ± 65 Tahun, telah membuat sebagian
besar orang Jawa beragama tauhid.
Agama
Islam telah mengubah wajah dan kiblat orang Jawa. Namun, kuatnya tradisi Jawa
membuat Islam mau tak mau harus berakulturasi. Akhirnya wujud akulturasi
tersebut menjadi ajaran khas Jawa, yang kita kenal dengan nama Islam Kejawen.
Kini Islam dan Kejawen hampir tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen
menjadi satu warna baru yang berkembang di tanah Jawa. Wali Sanga mempunyai
andil besar dalam enyebaran Islam di Tanah JAwa. Unsure-unsur dalam Islam
berusaha ditanamkan dalam budaya Jawa semacam pertunjukan wayang kulit,
lagu-lagu dolanan anak, ular-ular, cerita-cerita kuno, hingga
upacara-upacara tradisi yang dikembangkan. Wayang kulit mengambil pakem dari
kisah-kisah Jawa Kuno yang turun temurun menjadi mitos besar yang dipercaya
orang Jawa.
Dalam
kurun waktu berates-ratus tahun, sejarah menjadi legenda, legenda berkembang
menjadi mitos. Sulit sekali memisahkan sejarah jawa dengan legenda dan mitos
tersebut. Selain itu, hampir tidak ada karya sastra Jawa sebelum abad ke-16
yang tidak mengandung mitologi.
Para
pujangga Jawa jarang sekali menyajikan suatu peristiwa secara gambling,
melainkan dibungkus dalam suatu bahasa yang alegoris. Para pujangga pun
banyak yang menyembunyikan diri dibalik pasemon, karena wong Jawa iku
nggoning semu orang Jawa itu tempatnya hal yang semu. Hal itu meruakan
kearifan tersendiri yang permaknaanya ditujukan kepada orang-orang yang winasis
lan waskita pandai dalam logika dan ilmu ghaib.
Islam
adalah agama besar di dunia dengan teologi yang
gemilang. Sementara itu, Hindhu dan Budha adalah agama yang lahir lewat
proses sejarah umat manusia yang demikian panjang. Bedanya adalah bahwa cikal
bakal Islam berkembang dari dunia padang pasir yang panas dan tandus ddi Timur
Tengah, sedangkan Hindhu dan Budha lahir dari sekitar sungai gangga yang subur
dibawah lindungan tapak kaki Pegunungan Himalaya di Hindia Muka. Tradisi Hindhu
telah jauh berkembang sejak sebelum tahun masehi.
Para
Raja dan bangsawan India adalah kaum satri yang juga menjadi penyebar agama.
Namun glongan penyebar agama yang murni adalah para Brahmana yang dalam teologi
Hindu mendapat tempat istimewa sebagai kasta yang paling elit. Sejak awal
masehi, banyak orang india datang ke JAwa. Menurut kitab-kitab kuno
pra-Majapahit, misalnya kitab pararaton, para satria dan brahmana
tersebut memiliki postur tubuh tinggi besar. Mereka dianggap dewa angeja
wongtah atau dewa kang angejawi.