Senin, 18 Mei 2015

Asal Usul Orang Jawa (Agama Ageming Aji)

Orang Jawa telah mengenal agama sejak zaman prahistori. Serat Ramayana yang berasal dari abad ke-9 menunjukkan bahwa orang Jawa Kuno telah memeluk agama hindu dan Budha. Kedua agama tersebut sangat mewarnai dan menjadi jiwa bagi orang Jawa hampir menyeluruh hingga abad ke-15.

Pada akhir abad ke-15, terjadi gelombang mengislaman secara besar-besaran di Jawa, yakni sejak sejak Prabu Brawijaya V, raja yang diakui sebagai raja terakhir Majapahit, masuk agama Islam atas bimbingan Sunan Kalijaga. Prinsip agama ageing aji membuat rakyat Jawa mengikuti apa keyakinan dan agama rajanya. Apalagi kemudian disusul berdirinya kerajaan Demak sebagai kerajaaan yang menjadikan kitab suci al Quran sebagai undang-undang kerajaan. Kepemimpinan Demak di Jawa selama ± 65 Tahun, telah membuat sebagian besar orang Jawa beragama tauhid.


Agama Islam telah mengubah wajah dan kiblat orang Jawa. Namun, kuatnya tradisi Jawa membuat Islam mau tak mau harus berakulturasi. Akhirnya wujud akulturasi tersebut menjadi ajaran khas Jawa, yang kita kenal dengan nama Islam Kejawen. Kini Islam dan Kejawen hampir tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen menjadi satu warna baru yang berkembang di tanah Jawa. Wali Sanga mempunyai andil besar dalam enyebaran Islam di Tanah JAwa. Unsure-unsur dalam Islam berusaha ditanamkan dalam budaya Jawa semacam pertunjukan wayang kulit, lagu-lagu dolanan anak, ular-ular, cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan. Wayang kulit mengambil pakem dari kisah-kisah Jawa Kuno yang turun temurun menjadi mitos besar yang dipercaya orang Jawa.

Dalam kurun waktu berates-ratus tahun, sejarah menjadi legenda, legenda berkembang menjadi mitos. Sulit sekali memisahkan sejarah jawa dengan legenda dan mitos tersebut. Selain itu, hampir tidak ada karya sastra Jawa sebelum abad ke-16 yang tidak mengandung mitologi.

Para pujangga Jawa jarang sekali menyajikan suatu peristiwa secara gambling, melainkan dibungkus dalam suatu bahasa yang alegoris. Para pujangga pun banyak yang menyembunyikan diri dibalik pasemon, karena wong Jawa iku nggoning semu orang Jawa itu tempatnya hal yang semu. Hal itu meruakan kearifan tersendiri yang permaknaanya ditujukan kepada orang-orang yang winasis lan waskita pandai dalam logika dan ilmu ghaib.

Islam adalah agama besar di dunia dengan teologi yang  gemilang. Sementara itu, Hindhu dan Budha adalah agama yang lahir lewat proses sejarah umat manusia yang demikian panjang. Bedanya adalah bahwa cikal bakal Islam berkembang dari dunia padang pasir yang panas dan tandus ddi Timur Tengah, sedangkan Hindhu dan Budha lahir dari sekitar sungai gangga yang subur dibawah lindungan tapak kaki Pegunungan Himalaya di Hindia Muka. Tradisi Hindhu telah jauh berkembang sejak sebelum tahun masehi.


Para Raja dan bangsawan India adalah kaum satri yang juga menjadi penyebar agama. Namun glongan penyebar agama yang murni adalah para Brahmana yang dalam teologi Hindu mendapat tempat istimewa sebagai kasta yang paling elit. Sejak awal masehi, banyak orang india datang ke JAwa. Menurut kitab-kitab kuno pra-Majapahit, misalnya kitab pararaton, para satria dan brahmana tersebut memiliki postur tubuh tinggi besar. Mereka dianggap dewa angeja wongtah atau dewa kang angejawi.