Senin, 18 Mei 2015

METODE LANGSUNG (THARIQAH MUBASYAROH) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Metode adalah cara, yang didalam merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan.untuk menetapkan lebih dahulu apakah sebuah metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus.[1]
Untuk memulai memberikan perhatian pada pendekatan pembelajaran itu adalah dengan berusaha menjelaskan istilah-istilah yang seringkali berkembang karena kemiripan dan dekatnya hubungan diantara masing-masing istilahberikut ini, yaitu.pendekatan, metode  dan teknik pembelajaran. Metode pembelajaran bahasa Arab telah mendapat mendapat perhatian dari para pakar pembelajaran bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan penelitian untuk mengetahui efektitas dan kesuksesan berbagai metode pembelajaran.[2]
Setelah kita membahas tentang hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode maka pembahasan kita kali ini adalah tentang metode-metode yang telah berkembang dalam pembelajaran bahasa Arab. Salah satunya adalah metode langsung/ thariqoh mubasyaroh yang merupakan metode kedua dari metode pembelajaran bahasa Arab setelah metode nahwu wa tarjamah (grammar and translation method). Dengan adanya pembelajaran metode mubasyaroh ini kita bisa sedikit banyak memperoleh manfaat dan dapat menerapkannya pada pembelajaran bahasa Arab.

1.2    Rumusan Masalah
 Dari latar belakang yang kami paparkan diatas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1.       Apa yang dimaksud dengan thariqah mubasyaroh (metode langsung/direct method)?
2.       Apa saja kebaikan/keunggulan dan kekurangan/kelemahan dari thariqah mubasyaroh (metode  langsung/direct method)?
3.      Bagaimana contoh pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan thariqah mubasyaroh (metode langsung/direct method)?

1.3    Tujuan
 Setelah membahas makalah ini diharapkan:
1.      Dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan thariqah mubasyaroh (metode langsung/direct method)
2.      Dapat mangetahui dan memahami apa saja kebaikan/keunggulan dan kekurangan/kelemahan dari thariqah mubasyaroh (metode langsung/direct method)
3.      Mengetahui dan dapat menerapkan contoh pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan thariqah mubasyaroh (metode langsung/direct method)


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Thariqah Mubasyaroh (Metode Langsung/Direct Method)
Thariqah mubasyaroh (metode langsung/Direct method) yaitu cara menyajikan materi pelajaran bahasa asing dimana guru langsung  menggunakan  bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan, menggambarkan dan lain-lain.
Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar ailmu pasti alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus tertentu, berpikir dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih praktek langsung mengucapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya.
Demikianlah halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajarkan kepada anak-anaknya mula-mula dengan melatih anak-anaknya langsung dengan mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat per kalimat. Dan anaknya menurutinya meskipun kita lihat terasa lucu. Misalnya ibunya mengajar “Ayah” maka anaknya menyebut ”Ahh” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak mengenali kata-kata itu dan akhirnya mengerti pula tentang maksudnya.
Pada prinsipnya metode langsung (direct method) ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing, karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya). Meskipun pada mulanya terlihat sulit anak didik untuk menirukannya, tapi adalah menarik bagi anak didik.[3]
Metode ini lahir sebagai reaksi terhadap penggunaan metode nahwu wa tarjamah yang mengajarkan bahasa seperti bahasa yang mati. Dan sebelumnya sejak tahun 1850 telah banyak muncul propaganda yang mengampanyekan agar menjadikan pengajaran bahasa asing itu hidup, menyenangkan dan efektif. Propaganda ini menuntut adanya perubahan yang mendasar dalam metode pengajaran bahasa asing. Sehingga secara cepat lahirlah metode pembelajaran baru yang disebut dengan metode langsung ini.
 Berikut ini adalah ciri-ciri metode langsung:
a)      tujuan dasar yang diharapkan oleh metode ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir dengan bahasa Arab bukan dengan bahasa ibu siswa.
b)      hendaknya pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan bahasa Arab tidak menggunakan lain sebagai medianya.
c)      percakapan antar individu merupakan bentuk pertama dan yang umum untuk digunakan dalam masyarakat, sehingga pada awal pembelajaran bahasa Arab hendaknya percakapan mereka menggunakan kosakata dan susunan kalimat sesuai dengan maksud dan tujuan belajar siswa.
d)     di awal pembelajaran siswa dikondisikan untuk mendengarkan kalimat-kalimat sempurna dan mempunyai makna yang jelas, sehingga siswa mampu dan mudah memahaminya.
e)      nahwu adalah sebagai alat untuk mengatur ungkapan bahasa. Sehingga pelajaran nahwu diberikan tidak secara khusus tetapi diajarkan disela-sela penggunaan ungkapan-ungkapan bahasa dan kalimat-kalimat yang muncul dalam percakapan.
f)       teks Arab tidak disajikan kepada siswa sebelum mereka mengenal suara, kosakata serta susunan yang ada di dalamnya. Dan juga siswa tidak menulis teks Arab sebelum mereka bisa membaca dengan baik serta memahaminya.
g)      penerjemahan dari dan ke bahasa Arab adalah suatu yang harus dihindari dalam metode ini, sehingga tidak dibenarkan menerjemahkan ke bahasa Arab dengan bahasa apapun.    
h)      pengembangan keterampilan kognitif siswa seperti kemampuan analogis, dan analisis merupakan hal yang tidak boleh menyibukkan perhatian pemakai metode ini.
i)        penjelasan kata-kata dan kalimat yang sulit cukup dengan menggunakan bahasa Arab dengan berbagai model, seperti syarhul al-makna, muradif (sinonim) atau memakai mudladad (antonim) atau dengan  syiaq yang lain.
j)        guru lebih banyak menggunakan waktunya untuk tanya-jawab dengan siswa.
k)       sebagian besar waktu ppembelajaran digunakan untuk latihan bahasa, seperti imla, mengulang cerita atau mengarang bebas.
l)        perhatian metode ini lebih banyak pada pengembangan kemampuan siswa untuk berbicara dibandingkan pada aspek yang lain.[4]
Dan di buku lain Tayar Yusuf menyebutkan ciri-ciri metode langsung (direct method) adalah sebagai berikut:
a)      materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat.
b)      gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak dituntut menghafal rumus-rumus gramatika, tapi yang  utama adalah siswa mampu mengucapkan bahasa secara baik.
c)      dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu (alat peraga) baik alat peraga langsung, tidak langsung (benda tiruan) maupun peragaan melalui simbol-simbol atau gerakan-gerakan tertentu.
d)     setelah masuk kelas, siswa atau anak didik benar-benar dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa asing, dan dilarang menggunakan bahasa lain.[5]
2.2 Kebaikan/Keunggulan  dan Kekurangan/Kelemahan Thariqah mubasyaroh  (metode langsung/direct method)
A. Kebaikan/Keunggulan Thariqah mubasyaroh  (metode langsung/direct method)
Metode langsung (direct) dilihat dari segi efektifitasnya memiliki keunggulan antara lain:
1.      Siswa termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata kalimat dalam bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan macam-macam media yang menyenangkan.
2.      Karena metode ini biasanya guru mula-mula mengajarkan kata-kata dan kalimat sederhana yang dapat dimengerti dan diketahui oleh siswa dalam bahasa sehari-hari misalnya (pena, pensil, bangku, meja dan lain-lain), maka siswa dapat dengan mudah menangkap simbol-simbol bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya.
3.      Metode ini relatif banyak menggunakan berbagai macam alat peraga; apakah video, film, radio kaset dan berbagai media/alat peraga yang dibuat sendiri maka metode ini menarik minat siswa, karena sudah merasa senang/tertarik, maka pelajaran terasa tidak sulit.
4.      Siswa memperoleh pengalaman langsung dan praktis, sekalipun mula-mula kalimat yang diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami sepenuhnya.
5.      Alat ucap (lidah) siswa/anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan-ucapan yang semula sering terdengar dan terucapkan.[6]
6.      Mempersiapkan pengetahuan bahasa yang bermanfaat bagi ujaran dalam konteks.
7.      Cocok dan sesuai bagi tingkat-tingkat linguistik para siswa.
8.      Beberapa penampilan dan pajangan bagi tuntunan spontan.
B. Kekurangan/Kelemahan Thariqah mubasyaroh  (metode langsung/direct method)
Namun demikian metode langsung (direct) memiliki kekurangan/kelemahan di dalamnya yaitu:
1.      Hanya dapat diterapkan pada kelompok kecil.
2.      Sukar menyediakan berbagai kegiatan yang menarik dan bersifat situasi yang sebenarnya didalam kelas.
3.      Sangat membutuhkan guru yang terampil dan fasih.[7]
4.      Pengajaran dapat menjadi pasif, jika guru tidak dapat memotivasi siswa, bahkan mungkin sekali siswa merasa jenuh dan merasa dongkol karena kata-kata dan kalimat yang dituturkan gurunya itu tidak pernah dapat dimengerti, karena memang guru hanya menggunakan bahasa asing tanpa diterjamahkan ke dalam bahasa anak.
5.      Pada tingkat-tingkat permulaan kelihatannya metode ini terasa sulit diterapkan, karena siswa belum memiliki bahan (perbendaharaan kata-kata) yang sudah dimengerti.
6.      Meskipun pada dasarnya metode ini guru tidak boleh menggunakan bahasa sehari-hari dalm menyampaikan bahan pelajaran bahasa asing tapi pada kenyataannya tidak selalu konsisten demikian, guru terpaksa menerjamahkan kata-kata sulit bahasa asing itu ke dalam bahasa anak didik.
     Metode ini sebenarnya tepat sekali digunakan pada tingkat permulaan maupun atas karena si siswa telah memiliki bahan untuk bercakap/berbicara dan tentu saja agar siswa betul-betul merasa tertantang untuk bercakap atau berkomunikasi;maka sanksi-sanksi dapat diterapkan bagi mereka yang menggunakan bahasa sehari-hari.[8]
Untuk menunjang pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan thariqah mubasyaroh (metode langsung/direct method) ini terdapat beberapa macam media pembelajaran bahasa Arab yang cukup efektif, mudah dibuat, namun tidak mahal. Diantara media buatan guru yang bisa dijadikan alternatif adalah gambar guru, guntingan gambar dari majalah (cut out pictures), boneka jari kartu lipat, kartu melingkar, buku besar, poster dinding, kartu permainan dan lain-lain, atau sesuatu yang mudah didapat di sekitar kita. Masing-masing media tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, namun apabila guru bisa menyesuaikan pemilihan media dengan situasi dan kondisi pengajaran, tentunya kekurangan tersebut bisa diminimalkan.
Secara umum, media pembelajaran bahasa -Arab- dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu media elektronik dan non elektronik. Mustofa (Tt:20) mengelompokkan media pembelajaran bahasa menjadi tiga: Audio visual aids (al-Samiyah al-Bashariyah), kelompok rangkaian aktifitas (Majmuat al-‘Amal), dan praktikum (Majmuat al-Mulakhadhah). Selain itu, Suyanto (1999:7) menggolongkan media atau alat bantu pembelajaran bahasa –Arab- menurut dominasi indera yang digunakan. Indera dan organ yang aktif digunakan dalam berbahasa yaitu pendengaraan, penglihatan, dan alat bicara. Karenanya  media pembelajaran yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori besar, yaitu alat bantu dengar (audio aids), alat bantu pandang (visual aids), dan alat bantu pandang-dengar (audio-visual aids).
Media pembelajaran bahasa asing yang menuntut pembelajar untuk menggunakan indera pendengaran secara dominan adalah radio, tape recorder, ataupun alat musik tertentu.
 Pemanfaatan radio dalam pembelajaran bahasa Arab dapat berfungsi untuk menunjang menjadi pilihan pertama di sekolah-sekolah kita untuk menjadi media pembelajaran bahasa. Salah satu sebabnya adalah sulitnya mengakses siaran radio berbahasa Arab.
Alternatif kedua dari media audio adalah kaset dan tape recorder, yang bila dibandingkan dengan radio, memiliki keunggulan tersendiri karena beberapa aspek pengajaran bisa lebih terkendali. Pengajar dapat memilih materi rekaman yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, tingkat penguasaan siswa, topik pembelajaran maupun target keterampilan tertentu yang ingin dicapai.
Sedangkan visual aids cenderung lebih mudah pengadaannya karena bisa dibuat atau dipilih dari bahan-bahan yang relatif mudah didapat dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan harganya pun juga tidak mahal atau bahkan terkadang tanpa memerlukan biaya sama sekali. Seperti papan tulis, benda peraga, gambar dan foto, serta kartu.
Alat bantu pandang benda peraga dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu benda sesungguhnya (real objects), benda mini (miniatures), dan benda khusus. Benda sesungguhnya adalah benda-benda yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan cukup praktis untuk dibawa ke sekolah. Gebhard (1996:101) memberikan contoh seperti sisir, gunting, sikat gigi, balon, lilin, toples kopi, payung, topi, peralatan makan, alat tulis, dan lain-lain. Sedangkan benda mini adalah barang-barang buatan pabrik yang biasanya digunakan untuk mainan anak-anak, misalnya mobil-mobilan, beragam binatang yang terbuat dari plastik, beragam peralatan perang, alat-alat memasak dan minuman, atau telepon mainan.
Gambar dan foto merupakan contoh alat bantu pandang yang berguna untuk membantu siswa memahami konsep tertentu yang ingin dikenalkan oleh guru, baik itu merupakan gambar tiruan benda, kegiatan, tokoh-tokoh penting, maupun situasi. Kegunaan alat ini untuk membantu memudahkan siswa membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan, maupun memahami isi wacana lisan maupun tulis.
Kartu juga merupakan alat bantu yang menggunakan indra penglihatan paling dominan. Kartu seringkali dimanfaatkan guru untuk member penguatan pada siswa (drilling) mengenain suatu konsep bahasa yang sudah dikenal oleh guru.[9]
2.3   Contoh Pembelajaran Bahasa Arab dengan Menggunakan Thariqah Mubasyaroh (metode langsung/direct method)
 Contoh pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan metode Mubasyaroh (metode langsung/direct method) adalah sebagai berikut: 
Ø  Pertama: guru membuka pelajaran dengan langsung berbicara dengan bahasa Arab,             mengucapkan salam dan bertanya mengenai pelajaran saat itu. Siswa menjawab pertanyaan dengan bahasa Arab. Demikian guru meneruskan pertanyaan-pertanyaan dan sesekali memberi  perintah.
Ø  Kedua: pelajaran berkembang di seputar sebuah gambar yang menjadi media untuk mengajarkan mufradat (kosakata). Berbagai objek didiskusikan sesuai dengan kegiatan yang terpampang dalam gambar. Guru mendemonstrasikan konsep yang belum jelas (abstrak) dengan cara mengulang-ulang sampai seluruh siswa memahaminya. Kemudian siswa mengulangi kata-kata dan ungakapan-ungkapan baru serta mencoba membuat kalimat sendiri sebagai jawaban terhadap pertanyaan guru.
Ø  Ketiga: setelah mufradat dipelajari dan dipahami, maka guru menyuruh siswa membaca teks bacaan mengenai tema yang sama dengan suara keras. Guru memberi contoh kalimat yang dibaca terlebih dahulu dan siswa menirukan. Bagian yang menjadi inti pelajaran tidak diterjemahkan, tetapi guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dalam bahasa Arab dan harus dijawab oleh siswa dengan bahasa Arab pula. Kalau menemui kesulitan maka guru mengulang penjelasan dengan singkat dengan bahasa Arab dan siswa mencatat.
Ø  Keempat: pelajaran bisa diakhiri dengan bernyanyi bersama.[10]

Selain itu terdapat juga contoh pembelajaran bahasa Arab yang bisa menunjang metode mubasyarah,yaitu metode bercakap-cakap (Muhadasah). Berikut penjelasannya:
Pelajaran muhadasah merupakan pelajaran bahasa arab yang pertama-tama diberikan. Sebab tujuan pertama pengajaran bahasa arab adalah agar siswa mamupu bercakap-cakap (berbicara) dalam pembicaraan sehari-hari dengan berbahasa arab dengan membaca Al-Quran dalam shalat dan do’a-do’a. Yang disebut berbahasa itu adalah berbicara lisan.
            Metode muhadasah yaitu cara menyajikan bahan pelajaran bahasa arab melalui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara guru dan murid dan murid dengan murid, sambil menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata (vocabulary) yang semakin banyak. Di lembaga-lembaga pesantren modern seperti Pesantren Darussalam Gontor Jawa Timur sangat menekankan metode muhadasah ini disamping metode-metode lainnya. Anak didik mulai dari tingkat dasar telah di haruskan bercakap-cakap dengan bahasa Arab disamping bahasa Inggris, meskipun mula-mula arti pembicaraan belum begitu di pahami tetapi lama-kelamaan sedikit-demi sedikit anak didik mulai mengerti dan mulai memahaminya sehingga banyak kalangan orang menilai sistem dan metode yang dikembangkan oleh pesantren Gontor ini sangat efektif dan dapat dicontoh.
            Kalau diperhatikan lebih jauh, anak kecil belajar bahasa ibunya memang di mulai dengan percakapan (berbicara) ini, mula-mula ia ucapkan kata-kata yang di ajarkan oleh ibunya meskipun tidak langsung ia pahami atau dimengerti, setelah agak lancar mulai ia menyusun kata-kata dan akhirnya lama-kelamaan menjadi mahir dan paham berbicara yang ia ucapkan itu jadi bukan tata bahasanya (qowaid) yang pertama diajarkan tetapi melatih percakapannya.”sudah bisa karena biasa”, inilah metode alamiyah dan berhasil guna.
Tujuan Pengajaran Muhadasah:
1.      Melatih lidah anak didik agar terbiasa dan fasih bercakap-cakap (berbicara) dalam bahasa Arab.
2.      Terampil berbicara dalam bahasa arab mengenai kejadian apa saja dalam masyarakat dunia international apa yang ia ketahui.
3.      Mampu menerjemahkan percakapan orang lain lewat telepom, radio, televisi, tape recorder dll.
4.      Menumbuhkan rasa cinta dan menyenangi bahasa Arab dan al-Quran sehingga timbul kemauan untuk belajar dan mendalaminya.[11]
Metode Mengajarkan Muhadasah
Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam mengajarkan ini yaitu:
1.      Mempersiapkan acara atau materi muhadasah dengan matang dan menetapkan topik yang akan disajikan.
2.       Materi muhadasah hendaklah disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan anak didik. Jangan memberikan muhadasah dengan kata-kata dan kalimat yang panjang yang tidak dimengerti dan dipahami oleh anak didik. Mulailah dengan kata-kata dan kalimat yang telah dikuasai oleh anak didik. Misalnya dengan memulai memperkenalkan alat-alat tulis selokah dan peralatan rumah tangga. Dan setelah bahasa arabnya agak maju maka meningkat kepada pembentukan dan perangkaian kata-kata menjadi kalimat yang sempurna. Kemudian lingkup materi pembicaran terus semakin diperluas dan dikembangkan.
3.      Menggunakan alat peraga (sebagai alat bantu) muhadasah. Sebab dengan alat peraga dapat menjelaskan persepsi anak tentang arti dan maksud yang terkandung pada muhadasah. Disamping itu dapat menari perhatian anak didik dan tidak menjenuhkan. Sebagai contoh: guru bertanya kepada anak didik dengan memegang kitab yang ada ditangannya kemudian disuruh salah seorang murid untuk mengeja dengan kalimat yang sempurna.
4.      Guru hendaklah menjelaskan terlebih dahulu arti kata-kata yang terkandung dalam muhadasah dengan menuliskannya di papan tulis. Setelah murid dianggap mengerti guru menyuruh murid untuk mencoba mempraktekkannya di depan kelas. Dan teman lainnya menyimak dan memperhatikan sebelum mendapat giliran berikutnya.
5.      Pada muhadasah tingkat lebih atas anak didiklah yang lebih banyak berperan, sedangkan guru menentukan topik yang akan di-Muhadasah-kan. Dan setelah acara dimulai peranan guru hanya mengatur jalannya muhadasah agar jalannya muhadasah tetap sportif dan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6.      Setelah muhadasah selesai dilakukan, guru kemudian membuka forum soal jawabdan hal-hal lain yang perlu untuk didiskusikan mengenai muhadasah yang baru saja selesai. Jika ada hal-hal yang masih belum dimengerti dan dipahami oleh anak didik, malka guru mengulangi penjelasannya lagi, dan mencatatkannya di papan tulis dan menyuruh untuk mencatat di buku tulisnya.
7.      Penguasaan bahasa secara aktif, itulah yang baik dan berhasil bukan hanya penguasaan pasif. Jika bertemu dengan orang Arab, tak mampu murid-murid berkomunikasi. Alangkah janggalnya.
8.      Didalam kelas, guru harus selalu berbicara dalam bahasa Arab. Mustahil murid-murid akan pandai berbahasa arab jika gurunya tidak pernah atau jarang berbicara bahasa Arab.
9.      Jika muhadasah akan dilanjutkan kembali pada pertemuan berikutnya, maka guru sebaiknya, dapat menetapkan batas siswa dan materi pelajaran yang akan disajikan berikutnya, agar siswa dapat lebih mempersiapkan dirinya. Muhadasah adalah yang terpenting dalam pelajaran bahasa Arab.
10.  Mengakhiri pertemuan pengajaran,dengan memberi dorongan dan semangat siswa untuk lebih giat belajar.

Saran-saran yang harus diperhatikan dalam muhadasah
1.        Berani melakukan atau mempraktekkan percakapan, dengan menghilangkan perasaan malu dan takut akan salah. Prinsip yang harus dipegangi: ”yang penting bicara/ngomong, soal salah itu biasa, toh nanti akan baik dengan sendirinya.
2.        Rajin memperbanyak perbendaharaan kata-kata dan kalimat secara kontinu. Kita dapat memperhitungkan, jika setiap hari kita dapat menghafal sepuluh kosa kata, maka dalam satu bulan berarti kita telah dapat meenguasai kosa kata bahasa Arab sebanyak 300 kata. Nah..kalau 1 tahun? kalikan saja, berapa jumlah kosa kata yang dapat kita hafal.
3.        Selalu melatih alat pendengaran dan pengucapan, agar menjadi fasih dan lancar, sehingga secara spontan, kapan dan dimana saja diperlukan. Caranya mengajar orang lain yang pandai, untuk diajak bercakap-cakap dengan bahasa Arab. Atau dengan cara mendengarkan pembicaraan orang lain, baik melalui radio/siaran radio berbahasa arab, tv, tape recorder dll.
4.        Terus- menerus banyak membaca buku-buku dalam bahasa Arab. Buku petunjuk mengenai percakapan bahasa Arab, sangat membantu kemajuan percakapan bahasa Arab anda.
5.        Menciptakan lingkungan dalam suasana berbahasa Arab.
6.        Mencintai guru dan teman yang pandai berbahasa Arab, jadikan mereka sebagai teman setia. Dalam saat-saat tertentu, mereka dapat dijadikan sebagai tempat bertanya.
7.        Ajarkanlah bahasa itu, jangan hanya mengajarkan tentang bahasa itu”. Ajar dan latihlah anak-anak berbicara bahasa Arab, jangan hanya mengajar ilmu bahasa (qowaid-qowaid melulu).[12]

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
·         Thariqah mubasyaroh (metode langsung/Direct method) yaitu cara menyajikan materi pelajaran bahasa asing dimana guru langsung  menggunakan  bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar.

·         Ciri-ciri metode langsung:
1.      tujuan dasar yang diharapkan oleh metode ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir dengan bahasa Arab bukan dengan bahasa ibu siswa.
2.      nahwu adalah sebagai alat untuk mengatur ungkapan bahasa. Sehingga pelajaran nahwu diberikan tidak secara khusus tetapi diajarkan disela-sela penggunaan ungkapan-ungkapan bahasa dan kalimat-kalimat yang muncul dalam percakapan.
3.      penjelasan kata-kata dan kalimat yang sulit cukup dengan menggunakan bahasa Arab dengan berbagai model, seperti syarhul al-makna, muradif (sinonim) atau memakai mudladad (antonim) atau dengan  syiaq yang lain.
4.      guru lebih banyak menggunakan waktunya untuk tanya-jawab dengan siswa.
5.       sebagian besar waktu ppembelajaran digunakan untuk latihan bahasa, seperti imla, mengulang cerita atau mengarang bebas.
6.      perhatian metode ini lebih banyak pada pengembangan kemampuan siswa untuk berbicara dibandingkan pada aspek yang lain.

·         Kebaikan/Keunggulan Thariqah mubasyaroh  (metode langsung/direct method)
1.      Siswa termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata kalimat dalam bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan macam-macam media yang menyenangkan.
2.      Siswa memperoleh pengalaman langsung dan praktis, sekalipun mula-mula kalimat yang diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami sepenuhnya.
3.      Alat ucap (lidah) siswa/anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan-ucapan yang semula sering terdengar dan terucapkan.
4.      Mempersiapkan pengetahuan bahasa yang bermanfaat bagi ujaran dalam konteks.
5.      Cocok dan sesuai bagi tingkat-tingkat linguistik para siswa.

·         Kekurangan/Kelemahan Thariqah mubasyaroh  (metode langsung/direct method)
1.      Hanya dapat diterapkan pada kelompok kecil.
2.      Sukar menyediakan berbagai kegiatan yang menarik dan bersifat situasi yang sebenarnya didalam kelas.
3.      Sangat membutuhkan guru yang terampil dan fasih.
4.      Pengajaran dapat menjadi pasif, jika guru tidak dapat memotivasi siswa, bahkan mungkin sekali siswa merasa jenuh dan merasa dongkol karena kata-kata dan kalimat yang dituturkan gurunya itu tidak pernah dapat dimengerti, karena memang guru hanya menggunakan bahasa asing tanpa diterjamahkan ke dalam bahasa anak.

·         Selain itu terdapat juga contoh pembelajaran bahasa Arab yang bisa menunjang metode mubasyarah,yaitu metode bercakap-cakap (Muhadasah).
Pelajaran muhadasah merupakan pelajaran bahasa arab yang pertama-tama diberikan. Sebab tujuan pertama pengajaran bahasa arab adalah agar siswa mamupu bercakap-cakap (berbicara) dalam pembicaraan sehari-hari dengan berbahasa arab dengan membaca Al-Quran dalam shalat dan do’a-do’a. Yang disebut berbahasa itu adalah berbicara lisan.
Metode muhadasah yaitu cara menyajikan bahan pelajaran bahasa arab melalui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara guru dan murid dan murid dengan murid, sambil menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata (vocabulary) yang semakin banyak.

DAFTAR PUSTAKA


Hamid, Abdul dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, dan Media. Malang: UIN Press.

Machmudah, Umi dan Abdul Wahab Rosyidi. 2008. Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Press.

Sumardi, Mulyanto. 1974. Pengajaran Bahasa Asing, sebuah tinjauan dari segi metodologi. Jakarta: Bulan Bintang.

Surakhmad, Winarno. 1980. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Yunus, Mahmud. 1983. Metodik Khusus Bahasa Arab  (Bahasa al-Qur’an). Jakarta: Hidakarya Agung.

Yusuf, Tayar. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: RajaGrafindo Persada.



[1] Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Jemmars, Bandung,1980, hlm. 75
[2] Abdul Hamid dkk., Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, dan Media, UIN Press, Malang 2008, hlm.1
[3] Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 152-153
[4] Abdul Hamid dkk., Ibid., hlm. 23-25

[5] Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, sebuah tinjauan dari segi metodologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hlm.33
[6] Tayar Yusuf, Ibid., hlm. 153-154
[7] Abdul Hamid dkk., Ibid., hlm. 25

[8] Tayar Yusuf, Ibid., hlm. 155
[9] Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Press, Malang, 2008, hlm. 101-104
[10]Abdul Hamid dkk., Ibid., hlm. 25-26


[11] Mahmud  Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab  (Bahasa al-Qur’an), Hidakarya Agung,  Jakarta, 1983, hlm. 170  
[12] Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 192-195