Jumat, 15 Mei 2015

#Renung Senja 29



Ya Allah...
Mendayu-dayu menikmati setiap lantunan ayat-yang dibaca dilisan anak-anak itu.
Kaki ini hanya sepenuhnya bersila, yaa..sesungguhnya hanya bersila, jika ada getaran biasanya kaki ini kuposisikan dengan duduk diantara dua sujud.
Mata ini benar-benar tak bisa kubuka, hanya terpejam. Bukan menyimak apa yang sedang kalian baca. Ada getaran lain yang menyeret-dimana diri ini serasa hilang.
Ah.. Bagaimana menggambarkannya.
Seperti ini mungkin.
.
Ibarat telaga. Yang permukaannya tenang, airnya jernih. Di sekitar telaga itu, hidup bermacam-macam hewan yang hidup rukun berdampingan.
Suara kicauan burung, gemericik air, hembusan angin, semuanya menyatu, mendendangkan irama Tasbihnya kepada Tuhan. 

Dan aku sedang menyelam di dasar telaga. Berenang kesana kemari, menyapu pandang ke segala arah. Kutemukan tetumbuhan batu-batu karang yang indah, bermacam-macam ikan yang elok dengan warna-warninya, ada ular, kepiting, belut, ikan zebra, ikan neon, beragam makhluk air yang beraneka ragam.
Aku terus berenang. Jauh meninggalkan permukaan. Telaga ini begitu dalam hingga aku tak tahu dimana dasarnya. 

Gelap.

Masih gelap.

Semakin gelap.

Dan aku semakin memacu diri untuk terus berenang. 

Aku ingin tahu dimana dasarnya. 

Kedua tanganku menyibak air-air, kaki ini berkecipuk memompa tenaga.

Deras..semakin deras aku berenang. 

Tiba-tiba kepalaku tertabrak karang.

" ... Wain Hiftum e..e.. Alla Ta'diluu .. " 

Mataku terbuka. 

" Ulangiiiii ... "
.
Setiap lantunan mempunyai nuansa dan dunia yang berbeda-beda.
Bukan imajinasi.
Tapi ini riel benar-benar terjadi.
.
Miftah, Lilis, Faiz, Hikmah, Intan, Sauma. Mereka semua punya nuansa berbeda-beda.
Dan aku masih berusaha mencari telaga disetiap lantunan mereka.
06 Mei 2015