Ya Allah...
Mendayu-dayu menikmati setiap
lantunan ayat-yang dibaca dilisan anak-anak itu.
Kaki ini hanya sepenuhnya
bersila, yaa..sesungguhnya hanya bersila, jika ada getaran biasanya kaki ini
kuposisikan dengan duduk diantara dua sujud.
Mata ini benar-benar tak bisa
kubuka, hanya terpejam. Bukan menyimak apa yang sedang kalian baca. Ada getaran
lain yang menyeret-dimana diri ini serasa hilang.
Ah.. Bagaimana
menggambarkannya.
Seperti ini mungkin.
.
Ibarat telaga. Yang
permukaannya tenang, airnya jernih. Di sekitar telaga itu, hidup bermacam-macam
hewan yang hidup rukun berdampingan.
Suara kicauan burung,
gemericik air, hembusan angin, semuanya menyatu, mendendangkan irama Tasbihnya
kepada Tuhan.
Dan aku sedang menyelam di
dasar telaga. Berenang kesana kemari, menyapu pandang ke segala arah. Kutemukan
tetumbuhan batu-batu karang yang indah, bermacam-macam ikan yang elok dengan
warna-warninya, ada ular, kepiting, belut, ikan zebra, ikan neon, beragam
makhluk air yang beraneka ragam.
Aku terus berenang. Jauh
meninggalkan permukaan. Telaga ini begitu dalam hingga aku tak tahu dimana
dasarnya.
Gelap.
Masih gelap.
Semakin gelap.
Dan aku semakin memacu diri
untuk terus berenang.
Aku ingin tahu dimana
dasarnya.
Kedua tanganku menyibak
air-air, kaki ini berkecipuk memompa tenaga.
Deras..semakin deras aku
berenang.
Tiba-tiba kepalaku tertabrak
karang.
" ... Wain Hiftum e..e..
Alla Ta'diluu .. "
Mataku terbuka.
" Ulangiiiii ... "
.
Setiap lantunan mempunyai
nuansa dan dunia yang berbeda-beda.
Bukan imajinasi.
Tapi ini riel benar-benar
terjadi.
.
Miftah, Lilis, Faiz, Hikmah,
Intan, Sauma. Mereka semua punya nuansa berbeda-beda.
Dan aku masih berusaha
mencari telaga disetiap lantunan mereka.
06 Mei 2015