1.1.
Latar Belakang
Memahami arti al-Qur’an merupakan langkah awal untuk lebih jauh
memahami kandungan dan pentingnya bagi kehidupan. Maka, perlu dijelaskan secara epistemologi arti dari al-Qur’an itu
sendiri. Disamping itu, memahami arti kata juga merupakan jalan untuk memahami
pentingnya al Qur’an dan sikap kita terhadapnya.
al-Qur’an merupakan masdar yang
maknanya sinonim dengan makna qira’ah (bacaan). Hal ini sebagaimana dipakai
dalam ayat 17, 18 pada surat al-Qiyamah yang artinya “Sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya
itu”.[1]
Secara istilah para ahli ilmu kalam
(teologi Islam) berpendapat bahwa al-Qur’an adalah kalimat-kalimat yang maha
bijaksana yang azali yang tersusun dari huruf-huruf lafdhiyah, dzihniyah dan
ruhiyah. Atau al-Qur’anitu adalah lafal yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW mulai dari awal surat al-Fatihah sampai dengan surah al-Nas, yang mempunyai
keistimewaan-keistimewaan yang terlepas dari sifat-sifat kebendaan dan azali.
Sedangkan ulama ushuliyyin , fuqaha’
dan ulama ahli bahasa berpendapat bahwa al-Qur’an adalah Kalam Allah yang
diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW mulai awal dari al-Fatihah sampai akhir
surah al-Nas.[2]
Dari beberapa uraian di atas, kita
dapat menyadari betapa penting al-Qur’an dalam kehidupan kita. Kehidupan umat
manusia di dunia ini disebut sebagai perjalanan, perjalanan menuju akhirat dan kelak
bisa berjumpa dengan Allah swt. Sebagaimana umumnya perjalanan dalam kehidupan
sehari-hari menuju daerah yang kita tuju, maka yang kita perlukan adalah
petunjuk jalan agar kita tidak salah arah. Begitu pula dalam kehidupan kita di
dunia yang sedang kita tempuh menuju akhirat.
Sebagai kitab suci, al-Qur’an
memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Penulis mencoba mengambil
satu sisi penting untuk mengkomparasikan dari seluruh sisi-sisi yang lain dari
peranan-peranan Al Qur’an itu sendiri. Peranan tersebut ialah Ia sebagai
petunjuk.
Dengan petunjuk al-Qur’an, kehidupan
manusia akan berjalan dengan baik, manakala mereka memiliki problema, maka
problema itu dapat terpecahkan sehingga ibarat penyakit akan ditemukan obatnya.
Sebaliknya, tanpa petunjuk al-Qur’an kehidupan manusia menjadi semrawut,
problematika hidup yang selalu bermunculan tidak mampu dipecahkan dan diatasi
oleh manusia, apalagi bila satu masalah belum terselesaikan sudah muncul lagi
masalah yang lebih rumit. Akibatnya, begitu banyak manusia yang putus asa dalam
menghadapi masalah dan ini tercermin pada sikap menghalalkan segala cara dalam
mencapai tujuan hingga bunuh diri yang kasusnya semakin banyak.