Sabtu, 01 Februari 2014

Tiga model manusia ‎

Ta’lim Qur’an (Ma’anil Kallimat)
____** Jadilah orang yang mengerti terhadap objek. Banyaknya pengetahuan bukan untuk menghakimi mereka yang tidak tahu apa-apa. Kitalah yang harus lebih bijak, lebih tahu. Kita sudah menjadi langit, jangan suruh mereka menjadi langit. Turunlah ke Bumi untuk menggadeng tangannya, untuk membuatnya lebih mengerti, untuk mengangkat derajatnya menjadi langit bersama kita. Itulah kebijaksanaan. __Abi Muslimin__
Masih seputar surat Al-Baqarah, yang berarti sapi betina. Banyak catatan maupun penjelasan mengapa surat ini bernama sapi betina, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
“ Ini juga ada kaitannya dengan kelabilan—dalam konteks nafsu. Artinya, sapi betina adalah sebuah simbolik atas penggambaran nafu yang sedang labil.

Manusia—yang digambarkan di surat ini—sesungguhnya terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, manusia yang oleh Allah disebut Muttaqin. Mereka manusia “jelas”. Ayat 1-5 menjadi legitimasi atas semua itu. Kedua, kafirin. Kafir itu artinya tertutup, ingkar. Bukan Allah yang menutup hati, pendengaran, penglihatan, mereka. Jutru karena perbuatan mereka itulah Allah mengunci segala indra mereka. Terhadap kebaikan, kebenaran, maupun kemulyaan.

Kafaru itu menutup diri. Ia tahu tentang kebenaran yang sesungguhnya, namun enggan mengikutinya—oleh karena ia iri hati dan benci. Abu Jahal maupun Yahudi sangat tahu kebenaran tentang Muhammad, namun mereka enggan mengakuinya.

Maka, memahami ayat tidak boleh sepotong-potong. Pemahaman yang terpotong-potong dan tidak tuntas, akan mengakibatkan distorsi pemahaman maupun penafsiran. Ayat satu dengan yang lain saling berkesinambungan satu sama lain.
Manusia yang ketiga, adalah mereka yang berada diantara keduanya. Dikatakan kafir iya, disebut mukmin juga tidak salah. Mereka yang disebut kaum munafikin. Yang paling banyak disebut, dibahas, dalam Al-Qur’an. Munafik berasal dari nufuk. Ialah terowong untuk jalan kaki atau orang yang suka membuat terowongan. (Waminannasi Man Yakulu Amanna Billahi Wabil Yaumil Akhiri Wama Hum Bimukminin). 
Catatan-catatan
____** Ibnu Khaldun membagi negara dengan dua bagian. Negara hadawah, dari akar kata baduwi ; belum mengerti apa-apa (kasus orang badui kencing di masjid ketika Nabi melingkar bersama para sahabatnya) dan Negara hadzarah—Negara berperadaban.
____** Jadilah orang yang mengerti terhadap objek. Banyaknya pengetahuan bukan untuk menghakimi mereka yang tidak tahu apa-apa. Kitalah yang harus lebih bijak, lebih tahu. Kita sudah menjadi langit, jangan suruh mereka menjadi langit. Turunlah ke Bumi untuk menggadeng tangannya, untuk membuatnya lebih mengerti, untuk mengangkat derajatnya menjadi langit bersama kita. Itulah kebijaksanaan.
____**Begitu mudahnya mereka yang mengecap dirinya yang paling benar. Tanpa tahu sesungguhnya mereka sudah menggeser posisi Tuhan. Menjadi firaun-firaun kecil tak berpengetahuan. Orang lain disalahkan,dirinya dibenar-benarkan.
___**Allah turunkan bala’ ketika hari selasa. Maka kita membaca do’a tolak bala’ bukan untuk terjauhkan dari bala’. Dibalik bala ada nikmat, ada rahmad, ada kebahagiaan “yang tersembunyi”. Kita tak perlu meminta agar selalu dienyahkan dari bala’. Namun, kesabaran dalam menghadapi bala’ itulah yang menjadi pijakan dari cara berfikir kita, dalam lelaku kita.    
Wallau ‘alam