Tidak mungkin Allah menciptakan manusia
tidak beserta desain-desain khusus yang melingkupinya. Jasadnya, fisiknya,
elemen-elemen hardware maupun sofwarenya. Kecondongan manusia satu dengan yang
lainnya. Bakat, ketrampilan, cara pandang maupun arah berpikirnya,
kreativitasnya, ‘sekuel’ manajement hatinya, kelebihan dan kekurangannya. Allah
melengkapi semua struktur itu, itulah mengapa manusia disebut unik. Dari sidik
jari hingga bentuk jempol kaki. Model rambut hingga lebar telinga, dan apapun
saja. Tidak ada satu persamaan pun disetiap hadrware maupun sofware manusia
sama. Allah maha detail atas segala hal.
Maka, pluralisme sesungguhnya
tidak ada. Karena hakikat perbedaan maupun keberagaman menjadi kenistaan,
sunnatullah yang nyata. Plurali-tas yang menjadi hakikat sunnatullah tereduksi
menjadi plural-isme. Ia menjadi faham, aliran, madzhab, golongan, dari sekian
keberagaman yang ada.
Kontekstualitas makna Khalifatullah
Fil Ard—secara subtansial—adalah menjadi wakil Allah di bumi. Begitu general.
Allah ngejamm sama anda. Ia bikin pohon, lalu anda mentransformasikannya
menjadi kayu, pintu, jendela, dan lain-lain. Allah siapkan logam, anda
meng-kretivitasinya menjadi gitar, sharon, baot, paku, dan apapun saja.
Allah mencipta angin, anda pun ‘mengeksploitirnya’ menjadi teknologi canggih. Kipas
angin, Ac, dan lain sebagainya.
Begitupun dengan anda ‘yang’
manusia. Sebagaimana yang dikatakan Cak Nun “ Anda harus tahu tentang ilmu
sangkan paran. Ilmu tentang asal usul. Siapa sesungguhnya dirimu, apa yang
dimaui Tuhan kepadamu “.
Ciptakan sensivitas yang dalam
untuk menyelidiki kecenderungan-kecenderunganmu, kreativitasmu, pola pikirmu,
keinginanmu. Tuhan sudah siapkan fasilitas internal dalam diri manusia agar anda
mampu ber-khalifah di muka bumi.
Tanya kepada Tuhan untuk apakah
anda diciptakan.