Mengurus suatu kelembagaan, organisasi, himpunan, pergerakan, atau apa saja menjadi suatu tanggung jawab yang benar-benar harus dilaksanakan. Tanggung jawab itu berupa banyak hal menurut kadar kemampuan masing-masing. Tidak harus ahli dalam spesifikasi tentang ilmu tertentu, bukan itu. Seorang pemimpin bukanlah mereka yang handal, linier cara berfikirnya dalam menjalankan roda organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin yang handal ialah mereka yang bisa meracik segala pluralitas yang ada disekelilingnya. Jika ia menemukan bawang dan tomat, ia akan membentuk satu komposisi lezat yang dinamakan sambal.
Jika ia dihadapkan pada dua pilihan antara urusan pribadi dan organisasi, ia akan mengubah dua pilihan itu menjadi satu keputusan bijak bahwa persoalan organisasi merupakan skala prioritas yang harus didahulukan. Semua ada batas frekuensinya masing-masing. Tidak semua orang bisa menjadi ahli peracik yang baik, tapi paling tidak ia harus sedikit legowo, mengalah, mangku terhadap apa saja menyangkut sisi pribadi, psikologi, mental, moral maupun ketidakpunyaan ilmu yang dimiliki. Pemimpin yang perkasa ialah dia yang siap makan hati, tajam penalarannya terhadap situasi dan kondisi. Satu lagi, kuat tahan banting.
Untuk sahabat-sahabatku SEMA-F Fakultas Humaniora dan Budaya Nur Faiz Saiful Mujab, Subyadi, Tina Siska, dan Labib Al-halim ayo bareng-bareng berproses, kepal tangan kita untuk menyatukan akal, fikiran dan tujuan.
Kalian lebih berpengalaman dan berpengetahuan dari pada aku. Siapakah Aan itu? ia hanyalah pria sederhana yang tak kuasa memimpin dirinya apalagi memimpin orang lain.
Kalian adalah pelengkapku. Mengajakku berfikir ketika semua serasa buntu. Memompa semangatku ketika dirasa tak ada jalan. Bukankah begitu wahai sahabat?