oleh : Adenovit Rachmawan
Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak menginginkan kebahagiaan.
Semua tindak-tanduk aktifitas yang dilakukan manusia sudah pasti akan
berorientasi pada satu tujuan, yaitu kebahagiaan. Lalu apakah makna kebahagiaan
itu sendiri ?. Arisoteles memberikan pengertian menarik tentang ini.
Menurutnya, kebahagiaan adalah good feeling (perasaan senang), having
fun (besenang-senang), having a
good time (mempunyai waktu yang baik), atau sesuatu yang membuat pengalaman
yang menyenangkan. Nah, hari-hari ini nih banyak diantara kita ketika sedang
mencari kebahagiaan, selalu saja diidentikkan dengan pasangan (khususnya yang
muda-mudi nih, heuheu), yang seakan-akan pasangan adalah segala-galanya, dan jomblo
adalah status mengerikan yang sebisa mungkin harus dihindari, yang selama ini
jomblo seakan-akan menjadi orang yang terkucilkan dalam sebuah tatanan
masyarakat. Untung saja tak ada hukuman pasung bagi para jomblo. Huahaha. “Jomblo
itu berat, kamu tak akan kuat, biar aku saja. heueheu”. Realitas
seperti itu sudah tak bisa lagi dihindarkan lagi hari-hari ini. Realitas yang
memberikan sebuah kesan bahwa “punya pasangan berarti bahagia, tidak punya
pasangan berarti tak bahagia”. Maka
jangan heran jika pada saat ini, manusia (anak muda) semakin menyempitkan
makna kebahagian dengan hanya membubuhkan pasangan sebagai sumber kebahagian.
Pun juga sebaliknya, bahwa sumber kesedihan orang terletak hanya dari seorang
pasangan. Seakan sangat sulit menemukan kebahagian hidup selain mengenai
pasangan. Realitas yang membuat saya semakin bertanya-tanya dengan kualitas
hidup di zaman modern. Sebercanda itukah cinta ?. ecieeeee.
Biasanya, kata “cinta” selalu melekat dalam proses berpasangan.
Kata “cinta” adalah simbol suci yang harus terbubuhkan dalam aktifitas
berpasangan. Biasanya sih gitu ?, kamu gitu nggak ? heuheu. Cinta selalu
tak bisa jauh dari kata bahagia. Kamu bahagia ngga sama dia ? Huahaha. Tapi
kenapa banyak yang galau karena cinta ? cieeeee. Banyak yang stress, kacau,
gundah, pusing, hancur, wa ala alihi wa sohbih. Loh, katanya cinta akan
memberikan kebahagiaan ? lha ini trus gimana ? yang salah siapa ? cinta kah ?
kamu kah ?. “Cinta itu berat, kamu tak akan kuat, biar aku saja.” Huahaha.
Coba kita tengok sebentar tips bercinta menurut Sabrang MDP alias
Noe Letto. Nih, kata beliau, “ Rabi kui dudu mencari bahagia, lha kui konsep
salah kui, rabi kok mencari bahagia ? tak jamin kecewa koe. Makanya ada konsep
bahwa kawin di lima tahun pertama di jamin goyah, nanti setelah lewat lima
tahun stabil, karena konsep rabimu golek bahagia ! ketika sebelum rabi kamu
harus menemukan bahagia dalam dirimu sendiri. Dan ketika kowe rabi urusannya
adalah membagi dan memberi kebahagiaan. lagi-lagi kita tertipu oleh peribahasa “badai
pasti berlalu, kan ngono kalimate ? do lali, nek hari yang cerah ki yo berlalu,
podo ae, mok pikir badai berlalu njuk entek ra ono badai maneh ? yok ono kok
mestine, urip kok. Iki sing jomblo bahaya, njuk do wegah rabi ki”. *Jika
anda butuh translate, anda bisa hubungi nomor ini, 085608244505. Huahaha …
Hmmm, gimana guys ? sudah sesak kah dada kalian ? hihihi. Biar
semakin sesak, nih ada lagi pitutur dari mbah kita Erich Fromm, “Yang terpenting
dalam hal ini (bercinta) bukan soal bahwa dia telah mengorbankan hidupnya demi
orang lain, melainkan bahwa dia telah memberikan apa yang hidup dalam dirinya;
dia memberikan kegembiraannya, kepentingannya, pemahamannya, pengetahuannya,
kejenakaannya, kesedihannya-semua ekspresi serta manifestasi yang ada dalam
dirinya. Dengan tindakan tersebut seseorang telah memperkaya orang lain,
meningkatkan perasaan hidup orang lain lewat peningkatan perasaan hidupnya
sendiri.” Iyuuuh benget kan ?
Dari dua pitutur
tersebut, sebenarnya kita sudah bisa menebak inti keduanya. Bahwa sebenarnya
dalam diri kita ada sebuah kebahagiaan yang harus terus kita cari, jangan
sampai nggak dapet, harus dapet. Kita harus cerdas dan super kreatif untuk
menemukan kebahagiaan dalam diri kita sendiri. Nah urusannya dengan cinta
adalah kita tidak sedang mencari kebahagiaan. lha wong kita sudah bisa bahagia
sendiri kok. Urusannya dengan cinta adalah bagaimana kita bisa dan mampu
memberikan, membagi, mengeksplorasi kebahagiaan yang sudah ada dalam diri kita
kepada orang lain, mungkin khususnya orang yang kita cinta. Dengan ini akan ada
hubungan positif yang bernuansa take and give atau give and take. Dan
mungkin tidak akan lagi ada cerita aktivis yang tak lagi aktif atau kritis
karena sibuk pacaran. Tidak akan lagi ada cerita karir seorang hancur karena
masalah cinta atau cerita-cerita semacamnya. Semua saling respect dan
saling mendukung. Romantis beut kan guys ?.