Pengertian Berita
Dalam dunia jurnalistik ada pomeo klasik yang
sangat terkenal. "Anjing menggigit orang bukanlah berita. Tapi. kolau
orang menggigit anjing, baru sebuah berita." (Charles A Dahana, 1882). Maksud
dari pomeo di atas, bahwa yang namanya berita dalam jurnalistik, bukan hanya
sekedar informasi atau peristiwa biasa, melainkan harus mempunyai nilai dan
sifat "lebih". Masing-masing penerbitan biasanya memiliki ukuran
tersendiri dalam menentukan layak tidaknya sebuah berita yang dipilih dan
dimuat di medianya.
Jawa Pos misalnya, mensyaratkan 13
kriteria (rukun iman) sebuah berita yang dianggap menarik. Kesebelas kriteria
itu adalah:
1.
Aktual: sesuatu yang sedang (hangat) dibicarakan orang.
2.
Eksklusif: hanya sebagian orang yang mengetahui.
3.
Dramatik: kejadiannya sangat menarik. Misalnya. tragis.
4.
Tokoh: orang yang punya pengaruh besar.
5.
Baru: peristiwanya baru pertama kali terjadi.
6.
Informatif: sarat akan informasi.
7.
Unik: peristiwa aneh, lucu, jenaka, ringan berisi.
8.
Magnitude: kedekatan/getaran emosi dengan pembaca.
9.
Progsimity: kedekatan jarak dengan pembaca.
10. Trend: sesuatu yang sedang
digandrungi masyarakat.
11. Misi: punya tujuan
tertentu.
12. Sensasi: sesuatu yang
berbau bombastis.
13. Kontroversial: ada
pertentangan.
Kriteria di atas, tentunya
bisa ditambah atau dikurangi, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing media.
Untuk menentukan berita itu layak atau tidak, seorang redaktur akan menilainya
dari 13 sisi di atas. Karena itu, bila Anda membaca Jawa Pos, maka
kriteria 13 ini bisa dijadikan alat ukur, mengapa sebuah berita itu diturunkan.
Tetapi, apakah sebuah berita yang sudah memenuhi 12 rukun iman berita itu pasti
dimuat? Jawabnya adalah belum tentu. Yang menyebabkan berita itu tidak dimuat
antara lain:
1. Datanya kurang akurat.
2. Faktor keamanan.
3. Penulisan beritanya
sepihak.
4. Bertentangan dengan 13
kriteria di atas.
5. Terbatasnya halaman,
misalnya karena banyak iklan.
6. Enggel yang diangkat kalah
menarik dengan berita yang lain, dsb.
Untuk memperoleh sebuah berita
yang baik dan akurat, tak bisa dilepaskan dengan kemampuan dan kecakapan
wartawannya. Untuk itu, seorang wartawan harus memilik SDM yang mumpuni. Baik
dari segi intelektual. ketahanan mental dan fisik, serta kepekaan perasaan yang
tajam.
Dengan kata lain, seorang
wartawan harus memiliki pengetahuan yang luas, punya kepekaan yang tajam
terhadap segala kejadian, energik, punya ingatan kuat, pandai bergaul, mampu
menempatkan dan menyesuaikan diri serta banyak relasi. Selain itu, juga harus
memiliki keberanian. percaya diri, keteguhan iman serta menanggung risiko dari
segala ancaman luar.
Syarat Berita
Saat terjun di lapangan,
seorang waratawan harus memperoleh jawaban dari sebuah pertanyaan yang
merupakan syarat berita. Syarat berita tersebut dikenal dengan istilah 5 W dan
1 H.
1. What: apa yang
terjadi?
2. Who: siapa yang
tersangkut?
3. When: kapan
terjadinya?
4. Where: dimana
kejadiannya?
5. Why: mengapa hal itu
terjadi?
6. How: bagaimana
kejadiannya? Akibatnya?
Selain itu, ada juga yang menambahi
dengan pertanyaan what next? Yaitu, bagaimana kelanjutan dari sebuah
peristiwa atau kejadian itu. Jawaban dari pertanyaan itu yong harus dikejar
oleh seorang wartawan. Kalau misalnya datanya tak bisa didapatkan hari itu atau
dari peristiwa itu masih ada data rentetan terkait yang masih belum
terpublikasikan, maka berita itu bisa di-running hari berikutnya.
Untuk menguraikan jawaban dari
pertanyaan di atas, harus jelas dan detail. Misalnya. untuk pertanyaan
"siapa" —apalagi menulis profil— maka jangan sampai salah tulis. Di
antaranya nama, gelar, tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan dan lainnya. Kalau
perlu, sumber berita disuruh menulis sendiri namanya atau kita minta kartu
namanya.
Data-data tambahan seperti di atas,
juga sangat berguna untuk menambah tulisan yang kita sajikan agar tak tampak
kering. Termasuk performance, gaya, sikap, latar belakang pendidikan,
keluarga atau pribadinya. Tambahan data sekunder untuk lebih menghidupkan
berita yang kita sajikan itu lebih dikenal dengan colour news.
Sumber Berita
Dari mana saja kita bisa
mendapatkan sebuah berita? Tentu saja ada sumbernya. Bisa dari apa yang kita ketahui atau
kita rasakan sendiri atau dari orang lain. Terutama menyangkut berbagai
fenomena yang terjadi di jagat bumi ini, atau bahkan di luar angkasa. Baik
berupa kondisi riil (peristiwa), konsep, gagasan (pemikiran), kasus, putusan
hukum, ancaman, dan lain sebagainya.
Biasanya. sebuah berita
didapatkan dari seseorang yang melihat, mendengar, terlibat, atau merasakan
sesuatu yang layak untuk diberitakan. Baik orang tersebut memiliki kaitan
langsung terhadap tugas dan tanggung jawab akan kejadian yang akan dibuat
berita maupun tidak.
Yang perlu juga diketahui,
bahwa sumber berita tidak harus dari orang, melainkan bisa dari buku-buku
perpustakaan, data statistik, grafik, pengumuman, brosur, dan lain-lain.
Seorang wartawan yang menulis berita hanya berdasarkan apa yang dilihat dan
dirasakan, maka berita tersebut akan terasa kering.
Untuk itu, sebuah berita akan
lebih terasa lengkap dan memenuhi syarat jika ditambah dengan berbagai data
pendukung. Misalnya dengan tambahan konfirmasi dari yang terlibat langsung
dengan berita itu, atau orang yang terlibat secara tidak langsung, dari
lawannya, para pakar, data kepustakaan, atau yang lainnya.
Macam dan Jenis Berita
Sebelum menulis sebuah berita, seorang
wartawan biasanya menentukan terlebih dahulu, berita macam apa yang akan
ditulis. Selama
ini, dikenal ada tiga macam berita.
1. Hard news: berita
berat, serius (analisis, politik, ekonomi).
2. Soft news: berita
ringan, menggelitik, tidak membuat pembaca tegang.
3. Feature: berita kisah, human
interest, sering dijuluki berita boks.
Sedang jenis penulisan berita yang
dikenal dalam dunia jurnalistik ada beberapa macam, antara lain:
1. Straight news:
berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar
halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini.
2. Depth news: berita mendalam,
dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
3. Investigation news: berita
yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai
sumber.
4. Interpretative news: berita
yang dikembangkan dengan pendapat atau penilaian penulisnya/repopter.
5. Opinion news: berita
mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh, ahli,
atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbud hankam, dan
sebagainya.
Berita hard news dan soft news
biasanya ditulis secara langsung (straight news). Untuk menulis berita feature
diperlukan kreativitas tersendiri bogi wartawan. Kreatif dalam arti menimbulkan
sesuatu yang baru dengan menghubung-hubungkan beberapa variabel faktor kejadian
yang sebelumnya tidak pernah ada hubungannya. Seringkali dalam penulisannya
juga dimasukkan unsur-unsur sastra sebagai pemanis kalimat.
Struktur Berita
Untuk menyusun berita atau artikel, maka
terlebih dahulu penulis mengetahui tahapan persiapan menulis berita:
1. Pahami masalah
2. Kumpulkan bahan
3. Seleksi bahan
4. Tentukan tema pokok/enggel
5. Tentukan urutan logis (judul, lead,
badan berita dan penutup (ending).
Judul mengandung pengertian-pengertian
2-5 kata yang disajikan secara ringkas serta mengasosiasikan dengan sesuatu
yang langsung bisa diingat pembaca. Lead adalah dua kalimat hingga tiga
kalimat yang mengintisarikan berita sehingga dengan membaca lead,
pembaca tertarik untuk terus membacanya.
Badan berita atau tubuh berita, adalah
berisi sajian secara lengkap dari bahan yang akan ditulis. Sedangkan ending
atau penutup, berisi beberapa kalimat yang menyimpulkan dari berita.
Menyusun Berita
Setelah kita mendapatkan data dari
sumber berita dan menentukan jenis berita yang akan kita tulis, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun berita. Ada tiga jenis cara menyusun berita yang
selama ini kita kenal.
1. Piramida terbalik, meletakkan inti berita
(terpenting) di bagian awal. Semakin akhir, nilai beritanya semakin tidak
penting.
2. Piramida konvensional (biasa), menyusun berita
dengan memulai bagian yang tidak penting. Isi pokok (terpenting) di bagian
akhir atau berlawanan dengan jenis piramida terbalik.
3. Pararel (beraturan), menyusun berita tanpa
klimaks, datar, merata. Biasanya untuk memberitakan pengumuman-pengumuman.
Semua isinya dianggap penting. Di antara tiga jenis cara menyusun berita itu
yang paling sering digunakan oleh media massa dewasa ini adalah jenis piramida
terbalik. Tujuannya untuk memudahkan pembaca menikmati inti berita secara
cepat. Sebab, tidak semua pembaca mempunyai waktu yang cukup guna membaca
berita. Selain itu. space yang tersedia di media cukup terbatas. Kalau
berita yang ditulis wartawan misalnya melebihi space yang tersedia, maka redaktur tak terlalu
kesulitan untuk memotong bagian akhir berita yang nilai datanya tidak terlalu
penting.
Dalam menyusun tulisan berita, yang
perlu kita pikirkan dulu adalah menentukan lead (kepala atau teras berita).
Yaitu, isi terpenting yang bisa mewakili makna dari berita yang akan kita
paparkan. Dengan membaca lead orang sudah bisa membaca hngkasan seluruh berita.
Di sini lead harus bisa menimbulkan daya getar bagi pembaca. Baru kalau seluruh
data yang kita peroleh tersusun menjadi sebuah berita, selanjutnya kita bisa
menentukan judul.
Namun. ini bukan berarti kita dilarang
menentukan judul berita lebih dulu. Kalau kita mendapatkan gambaran judul yang
menarik lebih dulu (sebelum berita ditulis), maka akan lebih baik judul berita
kita tulis paling awal. Karena penulisan judul juga akan membantu redaktur
menentukan alternatif judul yang akan ditampilkan di medianya.
Paling tidak, ada empat struktur atau
kerangka dalam menyusun sebuah berita. Yaitu. judul, lead, tubuh berita dan
penutup (ekor berita). Judul dan lead sudah jelas sebagaimana dipaparkan di
atas. Sedang yang dimaksud tubuh berita adalah paparan atau penjabaran lead
secara detail yang menyangkut 5 W + 1 H. secara ringkas dan padat berdasarkan
fakta atau data yang ada. Sedang penutup/ekor berita adalah tambahan yang
melengkapi, tetapi tidak selamanya penting untuk dibaca.
Itulah struktur/kerangka berita yang
pokok. Berita panjang atau pendek seperti apapun tetap mempunyai judul, lead,
tubuh dan ekor berita. Selain itu, yang tak kalah pentingnya, dalam menyusun
berita yang baik adalah memperhatikan susunan kalimat dan ejaan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Misalnya, kalimatnya tidak bertele-tele,
melainkan harus padat, lugas dan efektif. Begitu juga dalam menulis nama
seseorang, tempat, jabatan atau data berupa angka, hendaknya diperhatikan
secara seksama.
Penulisan Berita yang Aman
Bagaimana dengan penulisan berita yang
baik dan aman? Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang wartawan
saat menulis berita, baik menyangkut data maupun teknik penulisannya.
1. Akurat. Penulisan beritanya harus benar sesuai
dengan aslinya. Baik itu menyangkut data maupun cara penulisannya. Misalnya
nama pelaku, jabatan, tempat kejadian, ejaannya, dan lain sebagainya. Sebagai penjabaran akurasi, maka muncul formula
5W + H (What, Who, When, Where, Why dan How).
2. Imbang. Berita adalah laporan yang objektif,
termasuk tidak memihak kepentingan kelompok tertentu. Sifat berimbang ini perlu
dijaga agar berita tidak menyesatkan pembaca dan tidak digugat oleh pihak yang
merasa dirinya dirugikan.
3. Objektif. Berita harus merupakan laporan faktual
tentang suatu peristiwa seperti apa adanya, tetapi tentu saja sejauh hal ini
dimungkinkan. Sebab, wartawan pun memiliki keterbatasan. Untuk mengejar
objektifitas ini kemudian muncul laporan komprehensif dan laporan investigatif.
Ada pula yang mengistilahkan penulisan berita yang aman
harus mengandung unsur ABC. Yaitu accurate (akurat, cermat), balance
(imbang) dan clarity (jelas, murni). Demikian gambaran singkat soal
berita dan cara penulisannya. Namun, yang patut diperhatikan, bahwa semua yang
kami paparkan di atas bukan merupakan sesuatu yang baku melainkan bisa ditambah
atau dikurangi. Di antara faktor penyebabnya karena perkembangan ilmu,
teknologi, budaya, dan masih banyak lagi. Termasuk style dan misi media
juga ikut mempengaruhi. (*)