May..
Gegap gempita takbir
membahana. Bersuara di setiap lisan kaum muslimin yang memancar di setiap
speaker langgar dan masjid. Lantunan puja-puji kepada Allah atas nikmat
sejarah, nikmat pelajaran hidup yang dicontohkan Nabiyullah Ibrahim dan
putranya Isma’il alaissalam. Senja yang indah, penuh barakah. Dan seperti
sebelum-sebelumnya, aku selalu merasa kesepian disaat orang-orang merayakan nikmatnya lebaran.
May..
Ingin rasanya menengok altar
sejarah walau sejenak saja. Dimana nabiyullah Ibrahim menjadi tonggak
ke-tauhidan, puncak tawakkal dari tawakkal, puncak kesabaran dari kesabaran. Kesejatian
tauhid adalah ketika Ibrahim alaissalam berani tegak untuk menganggap siapa dan
apa sebagai Tuhannya, sebagai sesembahannya. Ibrahim alaihissalam tidak
dilahirkan dengan warisan tauhid, warisan ajaran. Ia dilahirkan di tengah kaum
yang memuja berhala. Ah, Bapak para Nabi ini begitu luar biasa, ampuh, dalam
pencarian akan Tuhannya yang sejati.
Pun akhirnya, ia menemukan
siapa sesungguhnya Tuhannya setelah beberapa kali ‘batal’ menuhankan matahari,
bintang, dan bulan. Maka, tauhid Ibrahim alaissalam adalah ketauhidan murni,
sejati, hakiki, yang tak mampu diobrak-abrik dengan apapun, oleh siapapun.
Dan apakah aku boleh murtad ‘sementara’
waktu untuk menemukan kembali siapa Tuhanku? Hahaha. Lelucon apakah ini.
May...
Pak Ibrahim alaihisalam—terlepas
dari sifat kenaabiaanya—kok begitu tawakkalnya tatkala Tuhan suruh ia menyembelih
putra kasihnya, putra tersayangnya. Lho..ini lelucon yang paling lucu. Ya Allah,
Kau uji hambaMu dengan harta namun Kau siapkan hambaMu dengan bahagia. Hikmahnya
adalah, siapa saja anda, profesor, doktor, tukang pijat, tukang sapu, tukang
parkir, jika dengan rendah hati memberikan harta paling berharga dalam
hidupnya, ia sudah lulus, naik derajat kemanusiaannya ke tingkat derajat ‘kenabian’.
May...
Ismail alaihissalah adalah
lanscap seorang putra dari tingkat keshalehan yang paling shaleh. Ia meramu
perintah ayahandanya dengan cinta kasih kepada Tuhannya. Ismail alaihissalam
merupakan postulasi ketakwaan yang tiada banding, tiada kira—dengan segala
proses usianya yang masih belita—ada nuansa kebahagiaan jika setiap orang tua
menghendaki putranya diberikan karunia takwa sebagaimana Ismail alaissalam.
May...
Menoleh sejenak yuk. Tentang
kita, tentang aku dan kamu. Ingatkah tatkala hari raya idul adha pernah menjadi
hari spesial, menjadi hari permulaan, menjadi hari perkenalan. Menghabiskan waktu
ditengah guyuran hujan, bertatap dalam waktu yang lama, bersanding sebentar
namun menyisakan kenangan yang entah apakah kau masih mengingatnya atau tidak.
CANGAR.
May...
Komitmen ini masih panjang
dan mungkin saja tak berujung. Kita masih menyisakan tanggung jawab moral
kepada mereka yang sudah berjasa kepada kita. Bapak, Ibu dan semuanya. Sedang,
disini aku hanya bisa berpasrah hati, mencoba mengikat kembali tali kasih yang
semakin hari tiada bertepi. Mungkin tak berujung, tak bermuara.
May...
Ayo bersama-sama menyanggul
asmara dalam kedekatan hati yang murni, hati yang bersih, hati yang jujur. Bahwa
di ruang rindu kita kan pasti bertemu. Insya Allah.
Malang,
10 Dzulhijjah 1434/ malam idhul adha.