Bismillahirrahmanirrahim…..
Forum sosialisasi masalah penempatan anggota Css Mora
baru saja digelar. Sekian menit yang lalu, pada hari Rabu tanggal 20 Juni 2012
di kantor HTQ pada pukul 19.00-22.00 Wib. Menjadi satu moment penting untuk menentukan
langkah, masa depan arek-arek dalam menata dirinya maupun organisasinya yang
masih bau kencur ini. Entah, aku selalu suudzon mengapa forum-forum yang
terjadi selama ini hanyalah kamuflase belaka, kebohongan structural, dan
pembodohan mental serta pendidikan yang diterapkan (Ya Allah, semoga ini
salah). Aku hanyalah pemuda bodoh yang mencoba mencari langkah, menemukan
solusi terhadap lingkungan yang kugeluti. Di organisasi, masyarakat, maupun
konco-konco sejawat. Segmentasi menjadi penting, karena itu adalah proses
dimana manusia mulai menemukan siapa dirinya dan siapa Tuhannya.
Forum sosialisasi penempatan ini aku rasa hanyalah
pemaksaan Bapak terhadap kami-kami yang ingin menentukan langkah. Intervensi
memang penting dan urgen, namun intervensi yang baik, fair, objektif serta menjunjung
tinggi rasa paseduluran dan kebersamaan aku kira jauh lebih subtansi
dari pada hanya mementingkan keputusan sepihak tanpa diskusi dengan pihak yang
terkait, Dalam hal ini arek-arek Css Mora. Diskursusnya jelas, kami yang
menjalani proses, memutar tenaga dan fikiran, dan mbanting energi
seharusnya menjadi pertimbangan penting untuk diajak ngobrol dulu, diizinkan
mendengar sepatah dua kata, sebelum njenengan-njenengan memutuskan sebuah
kebijakan. Ya Allah, engkau maha mendengar, seharusnya hamba-hambaMu juga bisa
saling mendengar satu sama lain. Inna nastamiunal qaula fayattabiuna
ahsanahu.
Anggota Css Mora melalui mandataris dari kemenag melalui
Pembina sejak awal sudah disuguhi kontrak tertulis yang salah satunya harus
menetap di mahad sebagai langkah preventif untuk bisa menjaga akhlak, moral
maupun satuan ikatan diantara mereka secara emosional. Namun, khusus di Uin
Maliki Malang, ma’had menjadi satu prioritas yang tidak dapat digeser
keberadaannya. Dia menjadi rayon penting demi proses penjagaan hafalan alqur’an
para konco-konco Css Mora. Dari 13
Css (Uin Syarif Jakarta, UPI, IPB, UI, ITB, IAIN Walisongo Semarang, UIN Jogja,
UGM, IAIN Surabaya, ITS, UNAIR, UINA Malang, dan Unram) di Indonesia, satu-satunya Css Mora yang membidangi hafalan
al-qur’’an hanyalah Css Mora Uin Maliki Malang. Proses rekuitmen calon
mahasiswa baru di PBSB Uin syaratnya adalah mempunyai modal hafalan minimal 10
Juz. Jika tidak, ya ndak lulus.
Nah, dengan alasan itulah ma’had menjadi urgen di Css Uin
malang. Diharapkan, dengan bertempat di mahad, proses terjaganya hafalan, ngaji
bareng, meningkatkan kuantitas maupun kualitas hafalan menjadi titik yang tidak
bisa ditawar dan harus diperjuangkan. Maka dari itu, angkatan pertama 2009 yang
dipimpin Badrun sampai angkatan ketiga yang dikomandoi oleh Dzikrulah menempati
ma’had dan menjalankan aktivitas dengan system yang ada. Walaupun dari beberapa
konco ada reduksitas yang mencolok. Tapi itu tidak menjadi masalah karena semua
bisa menaungi dan memahami peran masing-masing sebagai mahasiswa dengan
berbagai multi kesibukan yang diemban. Gugur gunung tandang gawe, sayo-sayok
rukun bebarengan ro kancane kata orang jawa. Ya Allah, entah mengapa aku
begitu sayang dengan arek-arek.Terlebih kepada cah ayuku disana. May.
Kemudian, proses penempatan ma’had mengalami sedikit
“benturan”. Ini terjadi tahun sekarang 2012. Dimana dengan peraturan baru,
mahasiswa lama yang sementara ini bisa tinggal di ma’had untuk tahun depan
sudah ditutup. Ma’had untuk tahun ini dikhususkan untuk calon mahasiswa baru
yang berkisar dengan jumlah tiga ribu pendaftar dan semuanya akan ditampung di
ma’had. Praktis, mahasiswa lama monggo segera pindah termasuk
konco-konco Css. Weh-weh….
Akhirnya, segala kreativitas untuk mencari paguyuban
segera meruak. Ada yang mengontrak bareng-bareng putra maupun putri. Ada yang
tetap kembali pada eksklusifitas bahwa konco-konco tetap harus masuk dalam satu
atap di pesantren. Tentunya pesantren mahasiswa. Dilematis ini hampir menjadi
kebingungan yang setiap orang berpegang teguh dengan opsi masing-masing.
Ditambah dengan dua akar klasik persoalan tanggung jawab dan kewajiban.
Tanggung jawab vertical hafalan al-qur’an serta tanggung jawab horizontal
ngrumat organisasi. Nah, untuk mempersatukan ide ini membutuhkan diskusi
panjang tentunya, mengingat kaderisasi organisasi dan hafalan adalah perjuangan
berat yang harus dilalui bersama-sama demi tersatunya tekad bersama untuk
meraih cita-cita juga demi terkobarnya semangat juang untuk menggenggam
kesuksesan.
Satu atap di pesantren
mahasiswa : keputusan bijakkah?
Ya Allah…ngeblank utekku.
Konco-konco geger, rame, kaget, rasan-rasan
mendengar ulasan kebijakan Pembina tentang penempatan di pesantren Al-Fadholi.
Bukan Al-Fandoli lo yo. Diterangkan bahwa dipesantren ini akan menjadi tempat
edukatif terhadap pembinaan yang selama ini dianggap “gagal”. Gagal? Ah…njenengan
kayak tahu aja Pak. Lha wong tatap empat mata, delapan mata, hingga enam belas
mata saja diantara kami saja anda pasif. Koq berani-beraninya memutuskan bahkan
menjustivikasi bahwa konco-konco sudah gagal. Sebenarnya apa sih yang dimaksud
dengan gagal itu? selama ini yang aku fikirkan adalah, sukses menurut bapak
adalah secara kuantitas. Jika hafalannya meningkat, ayatnya bertambah, itulah
sukses. Padahal banyak konco-konco yang hafidh secara kuantitas tetapi gagal
secara kualitas. Loh kan. Jika menelaah lebih lanjut, mencermati keadaan yang
ada. Adik-adikku 2010 kurang berhasil apa dalam memperbaiki diri. Setiap malam
ba’da Isya’, setiap sore ba’da ashar secara continue, istiqomah nderes
hafalan dengan pendamping masing-masing. Terlepas dari lancar atau tidak, mbulet
atau tambah ilang itu urusan belakang. Yang terpenting adalah proses usaha,
ikhtiyar itulah yang seharusnya menjadi landasan penting, pertimbangan panjang
sebelum anda-anda memutuskan bahwa mereka gagal atau tidak. Liniersi pemikiran
menjadi satu pola pikir yang salah jika anda tidak bisa menempatkan posisi dan
situasi. Ya Allah…ihdina shiratal mustaqim. Engkau mengajarkan untuk
selalu melangkah kedepan, melangkah, melangkah dan terus melangkah. Berproses
terus tanpa Engkau paksa harus mencapai finishing yang sempurna. Finish itu hak
preogatifMu, sedangkan proses adalah ajaranMu.
Lanjut. Akhirnya lagi njenengan-njenengan memutuskan
bahwa kita harus bertempat di pesantren Al-Fadholi. Grrrrrr…..semua podo rame,
bisik-bisik. Denga alasan efektifitas, perbaikan, evalusi bla…bla..bla.
Tibalah saatnya proses tanya jawab. Aku sudah ndak tahan
ingin ngomong, nyocot. Dada ini rasanya mau jebol menahan ringkik
kekesalan, kebodohan, reduksi pemikiran yang kolot hingga menjadi bolot.
Kubuka dengan uluk salam, basa-basi.
“Bapak yang terhormat, terima kasih sebelumnya atas kasih
sayang Bapak yang selama ini anda curahkan. Kami juga seperti Bapak koq,
sayaaaaaang banget dengan njenengan-njenengan. Namun, pertama yang membuat saya
bingung. Sosialisasi ini apakah ada tawar-menawar ataukah sudah final?
menanggapi penjelasan Bapak rasanya koq forum ini tidak ada gunanya jika sudah
final. Bla…bla….bla…..
“Yang kedua, jika kami jadi ditempatkan di pesantren,
maka aktivitas organisai Css akan mati. Kita tidak hanya bertanggungjawab
padahal hafalan saja, tetapi juga pada proses kaderisasi organisasi yang
bernama Css Mora. Bla..bla..bla…
“Yang ketiga, mengapa seluruh kebijaakan selalu mengalami
titik keputusan yang sepihak. Seakan-akan kita tidak bisa mandiri. Kita pak yang
menjalani ini, bukan njenengan. Keputusan yang fair, objektif dan bijak adalah
kita juga didudukkan untuk memberi formula dan pemetaan. Jangan ujug-ujug gitu
donk. Jangan lantas anda Pembina lalu intervensi jauh hingga pada persoalen
(kata orang Madura) ini. Bla..bla..bla..
Dan muncullah pertanyaan-pertanyaan lain dari
konco-konco. Sekilas kulirik raut muka Bapak-bapak Pembina, merah seakan
menahan amarah, Pak Jaiz hanya menundukkan kepala, Pak Saiful tenang dan
menurutku juga menahan jengkel sedang Wak Nasih clungak-clunguk, keder,
salting.
Semua berlangsung panas. Tidak hanya di forum ini.
Forum-forum sebelumnya juga sama. Khususnya di angkatan 2009. Khususnya lagi
mengapa harus aku yang selalu berbicara, lisan ini sudah kuempet untuk diam,
tapi selalu tidak bisa. Maka, spekulasi pun muncul, mereka mengira ini adalah
kepentinganku sendiri dengan membawa nama organisasi. Kepentingan personal yang
memanfaatkan situasi. Duh, aduh biyung, jika aku boleh ngomong pembelaan yang
kukatakan adalah : Kalau ngomong
kepentingan personal, dapat apa aku di Css Mora. Buat apa aku mondar-mandir
kesana-kemari, ngurus ini itu, terbang sana-sini, ngurusi arek-arek ini-itu.
Disaat teman-teman 2009 lelah, jenuh dan terima apa adanya. Aku hanya berdiri
dengan kaki sendiri, tenaga sendiri, dan menghabiskan energy. Untuk apa coba?
bukan apa-apa. Lha wong aku wes kadung sayang ke arek-arek. Itu saja. Cukup.
Pun demikian, terima kasihku pada Dirga, Ulil, Edi, Miftah yang selalu ngewangi
dan mbarengi.
Forum itu kemudian memberikan satu kesimpulan, bahwa kita
diberi kesempatan empat hari untuk berfikir, rembukan dan menentukan langkah
untuk mencari paguyuban baru, kontrakan baru dengan membangun komitmen bahwa
semoga dengan satu solusi ini kekurangan di intern organisasi juga kewajiban
setiap personal konco-konco dapat teratasi dengan lebih baik, lebih membangun
dan menjadi edukatif. Semoga.
Malang, Juni 2012