Sabtu, 12 Mei 2012

Cak Kum-Pimred Radar Malang- (sebuah spionase)


Kurniawan Muhammad, seorang pimred Koran lokal radar Malang ternyata adalah alumni Universitas Brawijaya fakultas perikanan. Aktif di sejumlah kegiatan pers mahasiswa dengan mengasuh majalah ketawang gede. Ada yang menarik untuk sedikit di pahami bahwa konsentrasi seseorang dalam menekuni sebuah bidang, perjalanan karier, dan pendidikan  belum tentu menjadi akhir finis yang linier terhadap diskursus ilmu yang ditekuninya. Cak Kum, panggilan akrab Kurniawan Muhammad adalah alumnus fakultas perikanan  tapi menjadi wartawan jawa pos dan pimred radar Malang. Ini kan tidak nyambung-Jaka tingkir numpak becak;gak nyambung cak-.
Seperti yang dia ceritakan tentang pengalaman hidupnya di perpus lt.2 dalam acara “Short Course Of Journalism And Creative Writing” (11/05/2012)
“Saya adalah alumnus fakultas perikanan, tapi sekarang saya malah menjadi wartawan”terangnya dengan ringan.

            Artinya, betapapun linier pendidikan ataupun proses karier yang kita tempuh, belum tentu menjadi satu garis finish yang pasti bisa ditebak. Mahasiswa pendidikan belum tentu menjadi guru, dosen, ataupun pengajar. Mahasiswa Syari’ah belum tentu mendapat kepastian yang jelas bahwa dia akan menjadi hakim dan lain-lain. Artinya disini apa? Manusia yang disisi lain ialah “Hayawan An-natiq” (makhluq ber-akal budi) harus selalu siap dengan kondisi yang akan membentur dia dikemudian hari. Patut digaris bawahi dalam hal ini, bagaimanapun life skill sesorang selalu harus dipersiapkan sedari dini. Kerap kali hal ini yang banyak tidak diprediksi oleh masyarakat, hingga saat satu pintu tutup tertutup untuk dia, sudah kelabakan dan bahkan depresi. “Kreativitas itu terbangun karena dilatih” imbuh pentolan jawa pos ini, pernyataan yang sungguh kontradiktive mungkin bagi sebagian yang mengamini akan geniuitas, pambukaning akal budi,  adalah bawaan.
            Manusia adalah makhluk yang berpotensi menjadi malaikat, iblis, bahkan binatang. Jika menjadi seperti itu saja kita sangat berpotensi, maka seyogyanya kita juga berpotensi besar menguasai segala macam keilmuan yang ada untuk proses ke-khalifahan manusia di bumi.
Malang, April 2012

By,- Andri Kurniawan, Diana Manzila