Rabu, 09 Mei 2012

Arek PBA yang KOMRASEN (komunitas ngrasani dosen)


          Akhir-akhir ini saya dan teman-teman menjadi korban ketidakadilan pelampiasan dengan menciptakan sebuah komunitas yang menamakan “komrasen” (komunitas ngrasani dosen). Komunitas ini berisi orang-orang yang frustasi akan sebuah ketidakadilan dan krisis pelampiasan. Ada hal-hal yang membuat mereka frustasi dan stress karena mereka merasa termargimalkan dan tidak dinggap dari kehidupannya. Banyak kronologis yang melatarbelakangi mengapa mereka menjadi seperti ini. Ini berawal dari salah seorang dosen yang berstatus doctor namun mengajarnya seperti TK kanak-kanak. Kami diajar seperti kami ini masih anak ingusan . ehm,,agaknya sulit merepresentasikan ke dalam tulisan terkait bagaimana beliau cara mengajar kami yang sebenarnya beliau tahu kami ini mahsiswa dan sudah dewasa, namun dalam pandangan beliau kami masih seperti anak-anak TK yang harus diasuh dan diajar sedemikian rupa layaknya guru TK mengajar anak-anak didiknya.
Bukan menjelek-jelekkan, tapi seperti inilah adanya memang. Lalu, ada juga dosen arab, orang sudan, beliau memegang mata kuliah istima’. Lahjah arabiyahnya  sudah tidak diragukan, keilmuan tentang kalam maupun istima’ sangatlah luar biasa sehingga beliau menjadi salah seorang dosen yang handal dalam bidangnya, bahasa arab. Beliau ini mempunyai satu ciri khas khusus dimana mahasiswanya (termasuk saya) sangat hafal dengan ciri khasnya itu. Model dan gaya bicaranya. Kalimat yang sering kami dengar dari beliau adalah kalimat “la budda an tatahadast” setiap beliau mengajar. Nah, inilah yang kami suka, seperti  ada intonasi khusus jika beliau mengucapkan laimat itu. Suaranya tinggi, cempreng, ehm..ah maaf kawan, lagi-lagi sangat sulit sekali menjelaskan sebuah sifat dan gaya manusia dalam bentuk tulisan.  Namun , jika kalian tahu secara langsung, saya berani menjamin kalian akan langsung hafal dan bisa menirukannya dalam sekejap.

            Tulisan ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan seseorang. Namun lebih karena kecintan kami pada beliau semua. Ungkapan cinta jangan hanya dianggap pada satu sisi dengan selalu memuji, berperilaku baik depan, atau selau memberi penghormatan. Ekspresi cinta sangat banyak variasi dan modelnya. Nah, komunitas komrasen adalah komunitas yang sangat menghargai dan mencintai para dosennya dengan menirukan gaya dan ciri khas dari setiap dosen.  Wahai ibu dosen dan bapak dosen, sayangilah kami layaknya kalian menyayangi anak-anak kalian. Didiklah kami dengan cinta dan kasih, sayangi kami dengan kejujuran dan pengorbanan.  Memang seperti inilah kami adanya. Cengengesan dan slengean.  Namun, kami harap cengengesan dan slengean kami tidak mengurangi rasa cinta dan sayang kalian kepada kami.

Malang, 06 April 2011