Emm...
Lama
aku tidak menyapamu wahai pelantun hati...
Diary
ini terlalu lama tidak kusapa sebagaimana lamanya aku tak bersapa dengan
pemilikmu. Iya, pemilikmu itu. Yang nun berada ‘jauh’ disana, mengembara
mencari jati dirinya, mencari cicilan cinta untuk kehidupannya. Juga diriku,
berusaha semampu mungkin memperbaiki diri, menata hati.
Pemilikmu
itu wahai pelantun hati...
Entah
sedang melakukan hal apa disana. Apa yang sedang ia fikirkan. Apakah ia sedang
bahagia ataukah dirundung kesedihan aku sama sekali ‘buta’. Ah. Pemilikmu itu
wahai pelantun hati, yang aku memanggilnya May. Semoga Tuhan mengiringi
langkahnya.
Seringkali,
bersama kesendirian setelah bergelut sapa dengan teman sebaya, selalu
‘kutengok’ sejenak tentang isi hati, isi fikiran, untuk berceloteh
menggambarkan suasana yang sedang bergejolak bahwa masa depan adalah ruang
panjang tak terkira. Ia misteri. Dan kita hanya mampu melangkah dalam rencana,
namun kepastian hanyalah milik Tuhan semata.
Pemilikmu
itu wahai pelantun hati...
Perempuan
sederhana dengan ‘ke-endelanya’, cerewetnya, senyumnya, cara berbicaranya,
tangisnya, perih sakitnya—ketika ia ngamar di Rs Aisiyah—menjadi
kenangan tersendiri dalam ingatanku. Yang aku tuangkan dalam tulisan-tulisan,
foto, dan apapun saja yang akan aku buka kembali jika rindu sedang bergejolak.
Beberapa
obrolan-obrolan singkat yang masih kuingat tentunya.
“
Benar kata pyan Mas, jika memang kita tidak ditakdirkan bersama di dunia,
semoga di akhirat kita bisa. Bitawakkal ilallah “
Juga
ia yang bercerita tentang mimpinya
“
Kelak, jika diberi kesempatan, May ingin lanjut kuliah s2 diluar negeri Mas. Menurut
Mas gimana..?
Dan
kehati-hatianya dengan zat kimia
“
Hati-hati Mas. Jangan terlalu sering makan bakso, mie, pangsit, dengan
berlebihan. Itu mengandung bla..bla..bla.. nanti efeknya
bla..bla..bla...soalnya kandungan kimiawinya bla..bla..bla... dan juga rokok,
dicoba sedikit-sedikit ninggalin rokoknya, itu bahaya karena bla...bla..bla...
Aku
hanya senyum-senyum saja. Jadi pendengar setia. Kurekam dengan detail apa-apa
yang ia omongkan, ia harapkan, ia impikan. Sembari kuamini dengan doa, dengan
ketulusan.
Ah
May. Bagaimanakah kabarmu...?
Pemilikmu
itu wahai pelantun hati...
Perempuan
penuh pesona, yang tak pernah kutemukan pesonanya kecuali dia. Disini, di
pondok sederhana ini, kurang ngejleng piye konco-konco putri disini...?
ada Evi, Hikmah, Nafisah, Linda, yang menjadi buah bibir santri putra. Mereka perempuan-perempuan
ayu, tapi tidak bagiku. May tetaplah yang paling ayu. Sampai kapan pun dan
bagaimanapun.
May,
ayok bersabar, saling menanti dan mendo’a semoga kelak dipertemukan Tuhan dalam
cintaNya, dalam rindhoNya. Semoga Tuhan hadir dalam kisah cinta ini. Ada baiknya,
kita harus ‘berpisah’ sementara demi ruang rindu yang kita tunggu.
Sayangi
Ibu Ayahmu, Amah Abahmu, Adik-adikmu. Cintai teman-temanmu, sahabatmu, dan siapapun saja. Agar kita tidak buta, agar kita
semakin mengenal, bahwa tidak ada alasan untuk membenci seseorang, yang ada
hanya cinta.
#
Anshofa 28/11/2013