Kamis, 28 November 2013

‎# Renung Senja 14

Emm...

Lama aku tidak menyapamu wahai pelantun hati...

Diary ini terlalu lama tidak kusapa sebagaimana lamanya aku tak bersapa dengan pemilikmu. Iya, pemilikmu itu. Yang nun berada ‘jauh’ disana, mengembara mencari jati dirinya, mencari cicilan cinta untuk kehidupannya. Juga diriku, berusaha semampu mungkin memperbaiki diri, menata hati.

Pemilikmu itu wahai pelantun hati...

Entah sedang melakukan hal apa disana. Apa yang sedang ia fikirkan. Apakah ia sedang bahagia ataukah dirundung kesedihan aku sama sekali ‘buta’. Ah. Pemilikmu itu wahai pelantun hati, yang aku memanggilnya May. Semoga Tuhan mengiringi langkahnya. 
Seringkali, bersama kesendirian setelah bergelut sapa dengan teman sebaya, selalu ‘kutengok’ sejenak tentang isi hati, isi fikiran, untuk berceloteh menggambarkan suasana yang sedang bergejolak bahwa masa depan adalah ruang panjang tak terkira. Ia misteri. Dan kita hanya mampu melangkah dalam rencana, namun kepastian hanyalah milik Tuhan semata.

Pemilikmu itu wahai pelantun hati...

Perempuan sederhana dengan ‘ke-endelanya’, cerewetnya, senyumnya, cara berbicaranya, tangisnya, perih sakitnya—ketika ia ngamar di Rs Aisiyah—menjadi kenangan tersendiri dalam ingatanku. Yang aku tuangkan dalam tulisan-tulisan, foto, dan apapun saja yang akan aku buka kembali jika rindu sedang bergejolak.

Beberapa obrolan-obrolan singkat yang masih kuingat tentunya.

“ Benar kata pyan Mas, jika memang kita tidak ditakdirkan bersama di dunia, semoga di akhirat kita bisa. Bitawakkal ilallah “

Juga ia yang bercerita tentang mimpinya

“ Kelak, jika diberi kesempatan, May ingin lanjut kuliah s2 diluar negeri Mas. Menurut Mas gimana..?

Dan kehati-hatianya dengan zat kimia

“ Hati-hati Mas. Jangan terlalu sering makan bakso, mie, pangsit, dengan berlebihan. Itu mengandung bla..bla..bla.. nanti efeknya bla..bla..bla...soalnya kandungan kimiawinya bla..bla..bla... dan juga rokok, dicoba sedikit-sedikit ninggalin rokoknya, itu bahaya karena bla...bla..bla...

Aku hanya senyum-senyum saja. Jadi pendengar setia. Kurekam dengan detail apa-apa yang ia omongkan, ia harapkan, ia impikan. Sembari kuamini dengan doa, dengan ketulusan.

Ah May. Bagaimanakah kabarmu...?

Pemilikmu itu wahai pelantun hati...

Perempuan penuh pesona, yang tak pernah kutemukan pesonanya kecuali dia. Disini, di pondok sederhana ini, kurang ngejleng piye konco-konco putri disini...? ada Evi, Hikmah, Nafisah, Linda, yang menjadi buah bibir santri putra. Mereka perempuan-perempuan ayu, tapi tidak bagiku. May tetaplah yang paling ayu. Sampai kapan pun dan bagaimanapun.   

May, ayok bersabar, saling menanti dan mendo’a semoga kelak dipertemukan Tuhan dalam cintaNya, dalam rindhoNya. Semoga Tuhan hadir dalam kisah cinta ini. Ada baiknya, kita harus ‘berpisah’ sementara demi ruang rindu yang kita tunggu.

Sayangi Ibu Ayahmu, Amah Abahmu, Adik-adikmu. Cintai teman-temanmu, sahabatmu, dan  siapapun saja. Agar kita tidak buta, agar kita semakin mengenal, bahwa tidak ada alasan untuk membenci seseorang, yang ada hanya cinta.

# Anshofa 28/11/2013