Asslamu’alaikum.
Teruntuk kekasih dan ruang rinduQ…..
Teruntuk kekasih dan ruang rinduQ…..
May…
Ingin kukatakan padamu satu hal, mengenai hidup. Bahwa jika ingin
kuda-kuda batin kita kuat, langkah kaki kita tegap maka sadarilah kelemahan.
Paling tidak, dengan cara demikian kita bisa faham, tahu, letak kekuatan
sendiri ada dimana, dalam bidang apa.
May..
Aku ketika menjelang tidur, entah dulu bagaimana ceritanya, seneng
menghitung apa-apa yang sudah kulakukan dalam satu hari ini. Aktivitas apa saja
dan dimana saja. Di organisasi, di pondok, bergaul dengan teman-teman, waktu
kangen pean, apapun saja. Mencari detail kelemahan, kesalahan yang kuucap, yang
kulakukan. Karena lisanku ini kalau sudah ngomong, nyeplosnya ndak
karuan-karuan. Dari sekian banyak ngomong ini ngomong itu, banyak sekali reduksi
antara ucapan dan tindakan. Apa aku berdoa saja biar lisan ini dipelatkan
sebagaimana Nabiyullah Musa lidahnya juga pelat. Maafkan aku ya May
kalau ada satu, dua, tiga, omongan yang menyakitkan hati.
May..
Beberapa hari ini aku dilemma tentang banyak hal. Sekian banyak
itu, hingga aku bingung mau mempetakan mana yang harus aku prioritaskan. Di wilayah akademis,
organisasi, tanggung jawab orang tua, tanggung jawab pondok, hingga tanggung
jawab akan masa depan. Kata teman-teman itu ndak usah dipikir, dijalanin aja.
Satu nasehat yang sangat amat berguna. Namun, satu yang aku benar-benar mau mati
rasa menjalaninya adalah tentang cinta. Ahhh. Cinta bukan dipikir dan
dijalani, tapi harus dirasa. Wahai ruang rinduku May, jika kau faham apa itu
cinta ceritakanlah kepadaku tentang semua itu ?
May…
Aku pernah berucap padamu. “ ya Allah, sudah dua tahunan lho may
kita berhubungan”. Kuucap itu ketika kita berdua bertatap bersama di meja
ukuran 1mx2m di altar Universitas Brawijawa. Aihh. Kau ayu sekali di sore itu May.
Jilbab hijaumu, baju panjang putih bermotif bunga-bunga kecil berwarna hitam.
Aku tak tahu soal busana, tapi di mataku kau adalah perempuan ayuku. Itu tidak
akan pernah berubah sampai kapanpun.
Kita bisa awet sampai sekarang ini tidak lain tidak bukan karena
kita selalu dan saling berziarah hati satu sama lain. Ziaroh itu momen menengok
perasaan orang yang kita sayangi. Hati
kita berdua nyambung, batin kita merasa, do’a kita selalu terucap. Kau tahu
wahai RimayaQ, itulah kesejatian cinta, kemurnian rasa. Bukan karena seringnya
bertatap, intensnya kita bertemu yang semua itu hanyalah wujud fisik, wujud
biologis. Sesungguhnya kita berdua selalu bertemu kok. Dalam do’a, dalam
harapan, dalam silaturahmi yang sifatnya metafisika.
May…
Surban yang aku kasihkan kemarin itu, yang kau kenakan untuk
menutupi rasa dingin, menyimpan banyak kenangan. Termasuk ketika Edi kecelakaan
di Cuban Talun dulu. Ia berdarah hebat, surban itu kupakai untuk menutupi
pendarahan di kepalanya. Maka, masih ada bercak-bercak merah warna darah
disitu. Begitu juga kau wahai RimayaQ, aku ingin surban itu jadi obat hati,
obat rasaku padamu. Ya Allah beri kami luapan kerinduan yang sejati, yang murni.
May…
Bapak kemarin habis jatuh. Kebiasaan Bapak memang sukar dibatasi.
Bapak selalu melakukan apa-apa dengan sendirian, dari hal-hal ringan sampai
hal-hal yang berat. Padahal, anak-anaknya laki-laki semua. Tapi itulah Bapak,
ia selalu berpesan. Dadi bocah lanang iku harus siap mandiri, tanggung
jawab, tirakat. Minta do’a May, agar ia selalu diberikan sehat, kuat. Begitu
juga dengan Amah, Abah, Ibu, dan Ayah pean.
May…
Aku capek sekali, belum tidur sejak prosesi pemba’iatan Css dini
hari tadi. May, kau selalu menyita perhatianku. Maka, aku selalu mencuri-curi
ruang untuk memandangmu. Kau sendiri mungkin tak sadar. Hehe. Sori ya nDuuuuut.
^_^.
May...
Sekian dulu ya. Mazzmu ini sedang ingin menyapamu saja. Cinta Mazz
hanya untuk pean. Titip rahasia, titip aurat kita berdua.
Semoga pean
sehat disana, tak kekurangan apa-apa.
**yang selalu
merindukan pean**
__________A’and__________
Malang, 30/09/2013, 02.17 Dini Hari