Setiap manusia, terlepas dari seberapa cerdas dan jeniusnya dia,
dari tukang bakso hingga camat, tukang tambal ban hingga ilmuwan, penganut ilmu
kejawen hingga darmo gandol, gatoloco, aboge (aliran rebo wage), hingga sekelas
wali, rasul dan nabi mempunyai satu bentuk kodrat alamiyah yang Tuhan ciptakan
agar ia selalu menemukan hikmah, pengetahuan yang tersirat, mutiara kehidupan
maupun nilai subantasi tentang dirinya serta apa saja yang disebut saliik.
Sang pencari. Kodrat inilah yang membedakan antara manusia sebagai khalifah
dengan bangsa tak kasat mata Jin, Iblis dan Malaikat sebagai abdi Tuhan. Ruh
khalifat inilah yang akhirnya membuat manusia menemukan kreativitas, system
manajerial hidup, tatanan bernegara, bersosial, hubungan makhluk dengan Tuhan
maupun reduksitas manusia yang bisa berganti-ganti wajah menjadi Iblis atau
Malaikat. Bangsa lain Jin, Iblis, dan Malaikat hanya menjadi pola supremasi
ketaatan perintah Tuhan yang disematkan pada mereka. Jika Allah perintahkan
malaikat bersujud kepada Adam As, ya sudah tanpa cincong sujudlah
mereka. Beda urusan dengan Iblis, kisah Iblis anda harus bisa membaca dari sisi
mana. Multi intepretasi. Yang aku baca adalah begitu taatnya Iblis kepada Allah
sehingga ia tidak mau membagi taatnya kepada Adam. Iblis tidak ingin memadu
cinta, ia tidak ingin poligami. Bentuk prinsip yang tak bisa ditukar oleh
apapun, dengan bagaimanapun. Sekalipun ia harus berkorban dengan pengorbanan
yang ia sendiri harus terima hingga anak cucunya kelak sampai yaumil kiyamah.
Dari Iblis kita belajar kesetiaan, kepatuhan mutlak, liniersi cinta, kesejatian
prinsip, pengorbanan dan tanggung jawab moral. Iblis gak patheken Tuhan
sebut sebagai aduwwun mubin (musuh yang nyata), Ar-Rajim (yang
terkutuk). Baginya, Jiwanya sudah Manunggaling Kawula lan Gusti. Seluruh
anatomi tubuhnya, sel-sel otaknya, jiwanya yang ada hanyalah Allah. Lalu,
beberapa abad kemudian, kita mencaci maki Iblis, mengutuknya diberbagai forum.
Di seminar, halaqah ilmiah, pengajian, presentasi makalah, khutbah jum’at,
diskusi dan lain-lain. Kasihan Kyai Iblis.
Lha wong, kita sendiri
saja tidak faham siapa kita. dan akhirnya benar-benar tidak mau menggali
sesungguhnya siapa itu manusia. Manusia sudah semakin tidak mengenali dirinya
sendiri, apalagi mengenali Setan atau Iblis, sehingga tidak pernah sadar atau
instingitif mengetahui apakah ia sedang dipengaruhi oleh setan, apakah sedang
didorong dan dimotivasi oleh si Setan. Ah..seandainya aku dititipi ilmu manteg
aji ngrogoh sukmo oleh Tuhan untuk berinteraksi dengan Setan aku akan
bilang “ Ngapunten wahai makhluk Allah yang terbuat dari api, kita para
manusia belum ta’arufan dengan sampeyan. Jadi, kalau mereka mengada-ada,
membuat definisi tentang sampeyan, segala keburukan dan nilai kegelapan
diorentasikan kepada bangsa anda, saya mewakili bangsa manusia mohon maaf. Lha
sampeyan sendiri ndak memperkenalkan diri sih”.
Di dalam Al-qur’an diceritakan “ Dan ketika dikatakan kepada
malaikat: bersujudlah kepada Adam, maka bersujudlah mereka, kecuali Iblis,
karena sombong dan lalai…”
Diam-diam, ketika aku ngopi di warung Mak Yem dengan setan ia
berujar : “Kami sengaja tidak bersujud kepada Adam, kami minta satu periode
zaman saja kepda Tuhan untuk membuktikan tantangan kenapa kami tidak bersujud
kepda Adam. Hari ini saya nyatakan: Tidak relevan Iblis bersujud kepada Adam,
karena anak turun Adam sekarang sudah beramai-ramai, kompak menyembah Iblis”.
Si Setan dengan santai nyedot Dji Sam Soenya.
Malang,
Januari 2013