Kamis, 14 Juni 2012

Sate, Rawon, Soto Dihari Kebangkitan Nasional (20 Mei )


            Sangat menarik menelaah tulisan Djoko Susilo di rubric opini jawa pos beberapa hari yang lalu (19/05/2012). Tulisan yang berjudul “nasionalisme di belantara mal” itu mengangkat satu tema menarik tentang bangsa kita dari sudut dan lorong yang berbeda untuk diambil pelajaran berharga tentang rasa nasionalis kita terhadap bangsa ini.
            Djoko Susilo memberi satu ulasan runtut tentang nasionalisme dari pandangan fakta bahwa tidak bisa dipungkiri banyak dari kita yang menganggap kemajuan suatu daerah, kota ditandai dengan adanya mal atau pusat perbelanjaan modern di kawasan itu.  Bukan hanya itu, seakan mal masih dianggap kurang, sebuah daerah akan merasa maju jika ditiap kecamatan terdapat banyak mart yang menjual produk-produk asing (jawa pos,19/05/2012) Kenyataan tersebut patut kita renungkan. Ya, kita renungkan setelah kita melewati hari kebangkitan nasional 20 Mei beberapa hari yang lalu.  

            Sebagai wartawan sekaligus duta besar yang pernah hidup lama diluar negeri, Djoko memandang bahwa dalam satu aspek local, keadaan kita sangatlah miris dan menyedihkan. Misal, kita kaitkan nasionalisme dengan mart-mart yang menjamur dibanyak tempat lebih banyak menjajakan makanan asing semisal hot dog, burger, pizza, dan sebagainya. Hampir tidak ada mart yang menyediakan makanan tradisional sebagai menu andalan semisal rawon, sate, soto, dan seterusnya. Wajar jika menteri Gita Wirjawan sangat resah dengan realita itu sehingga berencana mewajibkan mart, supermarket, hypermart, atau mart-mart lainharus menjual minimal 75 persen produk Indonesia (jawa pos, 19/05/2012).
            Agaknya kita sebagai warga Negara yang baik hendaknya mendukung apa yang akan dilakukan oleh menteri perdagangan Gita Wijarwan yang akan memasok penuh produk local disemua mart-mart seluruh Indonesia. Kita tidak anti terhadap produk asing, namun prioritas terhadap produk local harusnya tetap didahulukan.
            Sebuah PR bagi civitas akademika, khususnya fakultas Humaniora dan budaya dalam mewujudkan kearifan budaya local ditengah nuansa budaya global.
Malang, Mei 2012