Kamis, 26 April 2012

Tamu itu bernama Bau kentut

            Kegundahan serta ketidaktenangan itu muncul tatkala ada satu siluman, bau kentut tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam tanpa izin sang empunya rumah, tanpa basa-basi andhap ashor, dan membuat suasana gaduh tanpa merasa sungkan dan dosa. Seisi rumah terkena imbas bau yang tidak sedap. Entah, makan apa dia sehingga kentutnya begitu  "wangi" dan menebar. Imbas hakikinya berupa salah paham, interkoneksi dalam berkomunikasi, munculnya duga'an-duga'an subjektif dan yang paling ekstrim satu keluarga harmonis itu mulai berhalusinasi bahwa ada satu proses saling meng-intrik diantara mereka.
Maka, mulailah satu keluarga itu terpecah menjadi sekte-sekte. Perlu diketahui, keluarga ini adalah keluarga plural yang terdiri dari berbagai macam suku, pendidikan, dan sebagian yang menggandrungi keilmuan sastra dan teater. Pluralitas yang demikian itu akhirnya menjadi satu konsonan, satu tubuh yang menopang satu sama lain yang akhirnya bertumpu pada satu tujuan mulia yang disebut dengan perjuangan. Ideologi mereka adalah ideologi perjuangan. Makanan sehari-hari mereka juga adalah perjuangan. Hingga pada tatanan tindakan subversif struktural maupun kultural juga diperlukan satu bentuk perjuangan. Itu mutlak dan tidak bisa ditolerir.

            Aku tidak ingin keluarga ini terpercah menjadi sekte-sekte. Hanya akan menimbulkan persoalan yang tak pernah berujung karena yang dikedepankan bukan tujuan bersama, tapi tujuan primordial diantara masing-masing. 

            Aku tak ingin ada PBA-isme, BSA-isme, dan BSI-isme. Atau malah muncul satu primordialitas yang lebih ekstrim Selangkanganisme. Wah2 kelas berat cuy. 

            Tapi semua itu hanyalah romantisme hubungan. Romantisme itu sakralnya menempati tingkat paling tinggi dari hubungan apapun diantara manusia. Maka, proses menemukan sakralitas ini menuai ujian, hadangan, untuk mencapai romantisme tinggi yang disebut dengan kerukunan dan ketentraman.  

            Nah, munculnya isu-isu PBA-isme, BSA-isme, dan BSI-isme hanyalah sebuah proses panjang dalam menemukan jati diri siapa sebenarnya keluarga ini. Bukan berarti akan terpecah-pecah. Tapi lebih kepada cita-cita luhur Mawaddah wa rahmah.

26 April 2012. 23.54 Wib