Kegundahan
serta ketidaktenangan itu muncul tatkala ada satu siluman, bau kentut tiba-tiba
menyeruak masuk ke dalam tanpa izin sang empunya rumah, tanpa basa-basi andhap
ashor, dan membuat suasana gaduh tanpa merasa sungkan dan dosa. Seisi rumah terkena imbas bau yang tidak sedap. Entah, makan apa dia sehingga kentutnya begitu "wangi" dan menebar. Imbas hakikinya berupa salah paham,
interkoneksi dalam berkomunikasi, munculnya duga'an-duga'an subjektif dan yang
paling ekstrim satu keluarga harmonis itu mulai berhalusinasi bahwa ada satu
proses saling meng-intrik diantara mereka.
Maka, mulailah satu keluarga itu
terpecah menjadi sekte-sekte. Perlu diketahui, keluarga ini adalah keluarga
plural yang terdiri dari berbagai macam suku, pendidikan, dan sebagian yang
menggandrungi keilmuan sastra dan teater. Pluralitas yang demikian itu akhirnya
menjadi satu konsonan, satu tubuh yang menopang satu sama lain yang akhirnya
bertumpu pada satu tujuan mulia yang disebut dengan perjuangan. Ideologi mereka
adalah ideologi perjuangan. Makanan sehari-hari mereka juga adalah perjuangan.
Hingga pada tatanan tindakan subversif struktural maupun kultural juga
diperlukan satu bentuk perjuangan. Itu mutlak dan tidak bisa ditolerir.
Aku
tidak ingin keluarga ini terpercah menjadi sekte-sekte. Hanya akan menimbulkan
persoalan yang tak pernah berujung karena yang dikedepankan bukan tujuan
bersama, tapi tujuan primordial diantara masing-masing.
Aku
tak ingin ada PBA-isme, BSA-isme, dan BSI-isme. Atau malah muncul satu
primordialitas yang lebih ekstrim Selangkanganisme. Wah2 kelas berat cuy.
Tapi
semua itu hanyalah romantisme hubungan. Romantisme itu sakralnya menempati
tingkat paling tinggi dari hubungan apapun diantara manusia. Maka, proses
menemukan sakralitas ini menuai ujian, hadangan, untuk mencapai romantisme
tinggi yang disebut dengan kerukunan dan ketentraman.
Nah,
munculnya isu-isu PBA-isme, BSA-isme, dan BSI-isme hanyalah sebuah
proses panjang dalam menemukan jati diri siapa sebenarnya keluarga ini. Bukan
berarti akan terpecah-pecah. Tapi lebih kepada cita-cita luhur Mawaddah
wa rahmah.
26 April 2012. 23.54 Wib