Roman atau aku suka menyebutnya dengan romansa, menempati
satu pengetahuan sastra yang aku minati, tidak hanya hanya sebatas unsur
sastrawinya namun juga plot dinamika kisahnya yang dinamis. Banyak sastrawan
hebat, cerdas, yang aku kagumi karya-karyanya. Pramodya ananto toer, pria
kelahiran kota Blora yang hampir separuh hidupnya dihabisan dalam penjara.
Disisi lain, ia juga berkali-kali masuk dalam daftar kandidat pemenang nobel
sastra. Aku kagum dengan idealisnya, prinsip indenpensinya sebagai penulis
‘macan’, ia berhasil dan lulus menjadi dirinya sendiri. tanpa kepentingan
public, politis. Ia telah menjadi ananta toer. Roman Arok Dedesnya membuatku
kepincut.
Sudah barang tentu, menulis menjadi detak jantungnya.
Siapapun saja dan bagaimanapun keadaannya. Termasuk Chairil Anwar, hormatku
kepadamu Bung Chairil.
Sampai sekarang aku tak faham, tak mengerti dasar
filosofi apa yang membuat mereka begitu tekun, telaten menghabiskan hidupnya
dengan untaian kata dan kalimat.
Tahun 2010, bersama teman-teman kami sowan ke
Batang-batang Sumenep Madura. Silaturahmi ke salah sastrawan nasional yang
popular dengan karyanya celurit emas D Zawawi Imron. Kami disambut hangat dan
ramah. Beliau begitu bersahaja. Rumahnya yang sederhana dengan altar yang
dipenuhi lukisan-lukisan ciptaannya. Disamping rumah beliau ada musholla
sederhana yang ditempati lima puluh anak-anak, orang tua cacat. Kami akhirnya
tahu bahwa baliau manampung mereka, dididik, disinaui, diajari ngaji. “ mereka
juga aku ajari tentang sastra” tutur beliau.
Beliau bercerita lebar tentang perjalanan hidupnya.
Termasuk pengaalaman pertama dalam menulis sastra. Beliau hanya lulusan SR (
setara SD) namun pengetahuan tentang teori-teori sastra, hakikat sastra,
sejarah sastra, perlu mendapat apresiasi yang luar biasa. paling tidak menjadi
pecut semangat bagi kami yang masih proses belajar.
“ aku pertama kali menulis puisi-pusiku di lontar daun,
karena saat itu aku tak punya kertas untuk menulis” paparnya
Sindiran sekaligus rekonstruksi semangat bagi kami. Teknologi
sudah menempati presisi tertinggi di zaman ini. Laptop dan komputer sekarang
sudah sedemikian canggih, tidak ada alasan untuk tidak memanfaatkannya dengan
baik. Termasuk menumbuhkan produktifitas menulis atau apapun saja.
Hormatku pada kalian wahai para sastrawan.
**____Malang. 7/9/’13______**