Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
berbagai karunia, nikmat, rahmad kepada kita selaku hambaNya sehinggga bisa
melakukan aktivitas, menemukan ilmu dimana pun kita berada, menghirup nafas
rezki yang tiada henti-hentinya mengalir di sekeliling kita untuk mencapai satu
ucapan syukur kepada Tuhan sang pencipta.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada
manusia mulia, manusia agung, pemegang tonggak peradaban terbesar dalam sejarah
dunia. nabi akhiruz zaman, raja dari para nabi( mulukan nabiyya), seorang
lelaki penggenggam hujan. Dialah Muhammad SAW, yang telah mengantarkan manusia
dari kubangan dosa menuju kolam intan permata nan cahaya, yaitu Islam.
Bapak Rektor yang
terhormat…..
Ijinkan mahasiswa Bapak ini menyampaikan satu dua kata
untuk menyampaikan sesuatu, curhat, testimony, komunikasi dengan Bapak walau
hanya sebatas corat-coret dengan tulisan yang sederhana ini. Tentunya,
komunikasi yang baik harus dimulai dengan etika yang baik, tata karma yang
sopan, andap ashor kata orang jawa untuk memulai suatu perbincangan
antara murid dengan guru, ksatria dengan brahmana, santri dengan ustadz, maupun
mahasiswa dengan rektornya. Titik temu untuk bisa menemukan etika yang baik
kiranya bisa dimulai dengan satu pemahaman utuh bahwa kita adalah manusia,
bukan yang lain. Kita sering dihadapkan pada kenyataan sosial tentang hubungan
antar manusia yang selalu salah paham dalam memahami pemikiran, maksud hati,
dan keinginan untuk menyampaikan sesuatu hanya karena kita merasa paling benar
diantara yang lain, paling unggul, paling pintar, paling dewasa, menang
pengalaman dan lain-lain. Nah, disini saya sebagai mahasiswa Bapak apapun yang
saya katakan, entah solusi maupun kritik tolong anggaplah saya ini sebagai
manusia, yang segala sesuatu tidak bisa terlepas dari salah, khilaf, dan dosa.
Kiranya bapak juga demikian, tanggalkan dulu jabatan, pengalaman, prestisiusitas,
njenengan dulu agar kita bisa saling memahami, saling instropeksi diri,
bisa embat-embatan hati satu sama lain. Karena jaman sekarang, orang
sudah tidak berani menjadi manusia, mereka beraninya menjadi bupati, gubernur,
presiden, dan lain-lain. Mereka belum berani menjadi manusia seutuhnya. Kebanggaan
dan keberanian mereka satu-satunya adalah menjadi manusia struktural. Maka,
dengan ini saya dan anda mari menjadi manusia seutuhnya. Saya mohon dengan hati
yang lapang, bapak benar-benar mau sedikit mendengar keluh kesah, cerewet saya
yang selama ini saya pendam untuk bapak Imam yang terhormat.
Bapak Imam yang tak
pernah lelah berjuang…..
Dulu, ketika awal saya menjadi maba, satu hal yang saya
catat di memorandum saya adalah bahwa seorang pemimpin sejati pasti mempunyai
trik-trik, ilmu politik praktis, demi kelangsungan mempertahankan system yang
akan diterapkan pada pola kepemimpinannya. Namun, formula itu belum saya
temukan. Baru saya temukan ketika saya mendengarkan langsung pidato bapak
tentang empat pilar yang luar biasa dan terkenal di kampus ini yaitu, kedalaman
spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu dan kematangan professional. Empat
formula itu akan bereksplorasi menjadi kekuatan batin, memompa semangat
kemanusiaan, membentuk karakter kepribadian yang berorentasi menjadi manusia
ulul albab. Konsep dasar ini benar-benar anda ‘plokamirkan’ dalam setiap
pidato, ceramah, khutbah dimana saja. Tidak cukup dengan itu, pengejawentaahan
yang nyata dalam bentuk yang lebih kongkrit muncul seiringan dengan gagasan
anda itu.Yaitu, ma’had sebagai wilayah srategis untuk membentuk kepribadian
‘akhlakis’, agamis, namun tetap kritis dalam membaca wacana-wacana global
tentang sosial. Inilah yang membuat saya sedikit terinspirasi dan termotivasi
untuk selalu menemukan kesejatian diri, dan selalu mengambil ilmu dari Bapak.
Bapak Imam yang selalu
di rahmati Allah….
Tidak mungkin seorang pemimpin itu mengeberi kepentingan
mahasiswa untuk kepentingan dirinya. Saya yakin itu. Maksudnya, pola system
yang diterapkan di kampus tentunya mempunyai dasar, latar belakang pemikiran,
histografis letak, untuk menciptakan budaya akademis progresif untuk kemajuan
bersama. Tidak hanya untuk kampus, tapi juga untuk masyarakat, agama, bangsa
dan Negara. Maka, dalam penerapan system yang ada, seharusnya mahasiswa selalu
diikutsertakan, di ajak rembuk untuk menciptakan kebijakan dan aturan yang ada.
Realita yang ada, banyak faktor mis komunikasi antar birokrasi dan elemen
mahasiswa dalam memahami kepentingan-kepentingan yang ada. Mahasiswa seakan
dikomodiskan sebagai pelengkap, objek pelaku system tanpa mereka mengetahui
mengapa harus ikut aturan itu. Misalnya, kasus dekat-dekat kemarin-mahasiswa
demo tentang SPP, yang berujung pada kasus yang lebih besar dan tidak terduga.
Bapak dituduh korupsi dana Negara untuk pembangunan masjid ulul albab. Saya
kira, kesalahan fatal Bapak dengan elemen jajaran birokrasi adalah meniadakan
peran mahasiswa dalam menentukan aturan, rembuk bersama, untuk menemukan
kesepakatan-kesepakatan yang bijak dan cerdas antara birokrator dan mahasiswa.
Wahai Bapak, ajaklah kami selaku mahasiswa untuk bisa urun pendapat dan
gagasan untuk menentukan langkah dimana kami yang selalu menjadi objek pelaku
aturan. Jangan menunggu didemo baru kami bisa mengajukan gagasan atau
tuntutan.. Itu salah sesungguhnya.
Bapak Imam yang bersahaja…..
Kalau boleh jujur, kepemimpinan Bapak dalam kaca mata
subjektif saya sangat luar biasa, dimata sebagian mahasiswa, karyawan, dosen
maupun di lingkup luas nasional. H.R. Taufiqurrochman dalam bukunya Imam
al-jami’ah menulis bahwa banyak sekali tokoh-tokoh termuka yang menaruh
simpati atas kesuksesan Bapak dalam
membangun kampus ini. Muhammad Maftuh Bayuni Menteri Agama menilai bahwa anda
adalah tokoh yang intens, total, dan tidak mengorbankan satu untuk lainnya. Prof.
Drs. A. Malik Fadjar, M.Sc Menteri Pendidikan Nasional juga megungkapkan hal
yang sama. Prof. Dr. Yahya Muhaimin Menteri Pendidikan Nasional kabinet
persatuan, Prof. Komaruddin Hidayat, Ph.d Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sampai dengan Basri Zain, MA, Ph.D ketua pusat studi tarbiyah ulul
albab UIN Maliki Malang. Semua sangat apresiasi terhadap cirri khas, gaya,
retorika kepemimpinan anda. Namun, ada yang janggal dalam buku Imam
Al-jami’ah karangan H.R Taufiqurrochman tersebut, yaitu tidak adanya
statement dari mahasiswa terhadap Bapak. Yang ‘dipajang’ hanyalah statement
orang-orang yang mempunyai prestisius besar dengan menempati posisi srategis
dalam birokrasi maupun kepemerintahan. Bapak boleh berbangga, tetapi jangan
lupakan bahwa sesungguhnya penilaian yang sejati, jujur, objektif, mempunyai
supremasi hukum, adalah penilaian mahasiswa. Bukan orang-orang ‘besar’ seperti
yang telah diungkapkan. Karena pelaku utama dari aturan-aturan yang diterapkan
adalah mahasiswa. Mahasiswa bukanlah objek, tapi mereka adalah subjek. Otoritas
tertinggi secara hukum, subtansi, filosofi, social development adalah mereka.
Rektor, wakil rektor, dekan, wakil dekan, kajur, wakil kajur, kamahasiswaan,
karyawaan, adalah buruh dan pemimpinnya adalah mahasiswa. Jajaran birokrasi
hanyalah orang yang dibayar untuk menemani mahasiswa belajar, mencari ilmu,
mandiri dan lain-lain. Jangan semena-mena dan sombong dengan jabatan akademik
dengan meniadakan peran mahasiswa dalam berkontribusi untuk kampusnya. Wahai
Bapak, elus kepala kami dengan kasih sayang layaknya orang tua kepada anaknya.
Tidak hanya secara struktural, namun lebih kepada romantisme hubungan kultural.
Wahai Bapak Imam yang
selalu sabar….
Napak tilas perjuangan Bapak saya yakin akan
dikenang oleh siapa saja yang mau menghargai akan sebuah perjuangan. Saya ingat
satu cita-cita luhur Bapak untuk kampus ini kedepan, yaitu menjadikan kampus
ini unggul, unggul, dan unggul. Keunggulan itu diperkuat dengan banyaknya
jajaran birokrasi, pemimpin fakultas, maupun universitas yang hafal Al qur’an.
Sebagai mahasiswa, sungguh itu adalah cita-cita luhur nan luar biasa. Beberapa
bulan ke depan, Bapak sudah tidak memimpin kammpus ini, tapi Bapak sudah
meninggalkan warisan cita-cita, mimpi dan impian untuk kampus, mahasiswa, dan
semuanya untuk depannya.
Sekali lagi apapun yang saya ungkapakan, terimalah saya
sebagai manusia yang penuh salah dan dosa. Trima kasih Pak mau membaca surat
sederhana ini. Semoga Rahmad Allah selalu menaungi kita dalam melakkukan
aktivitas sehari-hari. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr Wb