Rabu, 21 September 2011

Yang kanan yang bahagia


            Diam-diam aku menyimpan satu firasat buruk tentang buramnya perjalanan hidupku ke depan. Entah, aku tak tahu dan hampir saja tertipu. Seakan tergambar dengan jelas bahwa di depan sana, aku terhimpit asa, merangkak mencari keberadaan Tuhanku yang diam-diam meninggalkan diriku. Dunia ini tiba-tiba menjadi sangat berbeda dengan dunia yang kulihat sekarang, penuh kebusukan, kemunafikan semua bertopeng dan memakai tabir kepalsuan untuk melindungi pencitraaan dan kebrorokan dirinya.  ya Allah..bukannya aku merasa diriku yang paling alim dan suci, melainkan aku juga diam-diam memasuki topeng dan tabir itu. Maka, aku berputus asa dari rahmadMu, dan terngiang-ngiang di fikiran tentang satu pertanyataanmu.
            Engkau mengatakan “ Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu”(Qs.Al-Waqiah;27),
            Lalu, kulihat disebelah kananku, kuraba dan kurasa serta ku cari kebenaran kata-kataMu itu, aku memasukinya, bergaul aku dengan mereka, bercanda, bertawa ria, berdialog dan mengakrabkan diri, bertahun-tahun aku di dunia ‘kanan’ ini, mereka adalah keluarga dan sahabat-sahabatku, aku menyatu dalam diri mereka dan diri mereka menyatu dalam diriku. Tapi tahukah Engkau[i], bahwa aku merasakan kebrorokan disini, aku tidak bahagia seperti yang Kau katakan, aku tidak berselera, aku ingin muntah dan muntab dengan keadaan semua ini. Dan diam-diam aku ingin bertemu denganMu, tak peduli aku mati seperti Musa As yang mati dan kau hidupkan kembali karena ingin bertemu denganMu, dan aku juga tak peduli jika kau turunkan ayat ‘wakallama Allahu “Aan” taklima”[ii] kepadaku.
Wadkur rabbaka Idza nasita….
Malang, 12 Septembar 2011


[i] maaf, aku memperolokMu dengan kata-kata ini seakan Kau tak tahu apa yang sedang ku fikirkan, padahal Kau tahu isi hati dan fikiranku
[ii] Musa As mendapatkan gelar “kalamullah” Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa a.s. merupakan keistimewaan Nabi Musa a.s., dan karena Nabi Musa a.s. disebut: Kalimullah sedang rasul-rasul yang lain mendapat wahyu dari Allah dengan perantaraan Jibril. Dalam pada itu Nabi Muhammad s.a.w. pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari di waktu mi'raj.