Seakan lahir kembali, kayaknya seperti itu. Memandang siapa saja, dari arah dan kondisi apapun yang ada hati dan akal alhamdulillah bisa diajak kompromi. Selama ini, menghadapi berbagai segmen sosial yang melampang, harus membutuhkan ketangguhan mentral, kejernihan akal, dan kebersihan hati. Bondo tampang saja tak cukup, kau akan dimaki habis-habisan jika hanya tampang saja yang kau andalkan. Lha wong Gus Muhammad kurang apa pada kelembutan "tampang" beliau.
Idul fitri ini adalah sebuah ruang. Dimana kiita menjadi botol kosong setelah beragam macam air memasuki diri kita. Air kedengkian, air ketidakadilan berpijak, mungkin juga air kesombongan yang menyala-nyala. Ya Allah...begitu beraninya makhlukMu memakai bajuMu yang bernama kesombongan.
Berduyun-duyun setiap orang memasuki rumah demi rumah, berbondong-bondong tamu mengucapkan kemesraan kata maaf yang semuanya mengandung arti yang begitu luas untuk ditasfsirkan kembali. Minal a'idzin wal faizin ya? di hari yang penuh fitri ini, kita menjadi manusia suci, menambah kesejatian diri.
Semua dan siapa saja sudah kumaafkan, tidak hanya dalam setiap momentum fitri ini. Tetapi dalam setiap kesempatan kumerenung, menghayati, kontemplasi diri, aku selalu berusaha dengan sekuat hati memaafkan kesalahan siapa saja, dengan bergam dan model kesalahan yang pernah diperbuat.
Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah Swt untuk selalu menggandeng siapa saja ke dalam kesucian diri, kebersihan hati dan keaslian jati diri.
Jombang, 4 Syawal 1433 H